25. Serangan pertama

29 8 5
                                    

Manager Ji undur perlahan-lahan meninggalkan meja kami yang didatangi oleh Mina. Seperti biasanya pakaian wanita itu jauh dari kata normal. Aku sudah menahan rasa tidak suka ku padanya.

Jhope bisa membaca raut wajahku. Dia juga terkejut melihat kedatangan Mina. Jhope yakin jika Mina tak akan mampu membiayai makanannya ditempat ini.

"Jangan kaget begitu, tak enak dilihat orang. Mereka akan berpikir aku menganggu kalian." Mina duduk di salah satu kursi kosong.

"Ohh sedang mual-mual ya?" Telunjuknya bergerak diatas mangkuk-mangkuk kecil berisi es krim.

Tak ada respon dari aku juga Jhope. Mina tersenyum sinis sambil menyantap salah satu varian es krim tanpa ijin.

"Oppa, kau bilang jika akan menceraikannya. Aku menunggu hari itu hingga detik ini. Kau juga merasakannya bukan, jika Jhope oppa masih mencintaiku?" Mina menoleh kearah ku.

"Iya. Lalu?" Jawabanku agaknya membuat Mina bangga.

"Tentu saja, bahkan ketika kami bercinta dia terus mengatakan aku lebih enak daripada dirimu, ya kan oppa?" Mata Mina menatap rayu suamiku sedangkan tangannya hendak menyentuh tangan Jhope.

"Mina!" J-Hope menegurnya keras.

Reflek Jhope bagus, dia menghindar sebelum ujung jari Mina mengenai kulitnya.

"Jangan bicara omong kosong. Kita sudah selesai, jadi tak perlu lagi ada cerita apapun yang harus kau sampaikan." Jhope menegaskan.

"Kau sungguh yakin dengan...ohh astaga, aku harus bilang apa ya? Hubungan? Emm, kisah cinta? Atau mungkin drama lebih tepatnya..pokoknya antara kalian berdua ini. Dia bahkan terlihat tak bahagia ada di sini." Telunjuk Mina berada di depanku.

"Mumpung masih sabar, aku minta kau pergi dari sini." Jhope menahan nada bicaranya.

"Apa oppa pikir, istri yang sedang kau ingin menangkan hatinya lagi ini, sepolos dan sebaik yang oppa kira? Tidak tuan Jung sayang, istrimu adalah ular beludak yang punya wajah polos sok alim." Mina makin hiperbolis dengan mata melotot.

"Teruskan! Ku beri kau waktu dan kesempatan untuk bicara disini. Katakan saja semua yang kau tau tentang aku dan tuduhan mu itu." Ku tantang wanita tak tau diri itu didepannya langsung.

Aku benar-benar sudah lelah dengan semua kekacauan yang mereka berdua perbuat. Maka, alih-alih mengamuk hingga kehabisan energi, aku memilih mengikuti jalan cerita yang diinginkan Mina.

"Apa kau yakin jika Jhope oppa tau kelakuan mu dibelakangnya, dia masih akan terus memperjuangkan mu?" Mata Mina menyipit.

"Seperti yang kau katakan tadi, dia sangat mencintaimu. Aku juga telah merelakan dia selama ini. Aku tau aku hanya pelarian dan tak pernah lebih dari itu. Maka seharusnya kau tak perlu membuang tenaga dan harga dirimu seperti ini." Ku rasa ingin menangis sambil berharap air mataku tak tumpah.

Wajah Jhope mengeras menahan isi otaknya yang hendak menolak kejujuran ku. Tangan Jhope menggenggam lenganku erat. Berkali-kali dia menggelengkan kepala dengan wajah bermohon.

Mina terlihat sedikit goyah melihat sikap pria yang sedang dia ingin menangkan. Dia masih cukup sadar untuk mengerti bahwa aku juga sudah tak lagi seperti dulu yang berkeras hati mempertahankan pernikahanku.

"Bagus kalau begitu, jalan kami untuk bersama akan makin cepat dan mulus, bukan begitu oppa? Jadi, seperti yang sudah kami bicarakan sebelumnya. Oppa mengajak mu kesini hanya untuk menyerahkan berkas persetujuan perceraian kalian. Oppa mana berkas itu?" Mina melirik kecil meminta persetujuan atas keinginannya.

Mataku menatap pupil mata Jhope. Pria itu diam menatap ku juga. Jadi benarkah yang dikatakan Mina? Kami akan berakhir dan dibuka dengan sikap manisnya tadi? Ternyata diperlakukan romantis hanya untuk dibanting.

Fake apologize, The Path I ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang