26. Aigoo....banyak dukungan

27 7 10
                                    

Ada alasan bagiku untuk menyudahi percakapan canggung dengan Jhope. Mataku melotot menatap unggahan foto dihalaman media sosial Mina. Foto ibu jhope sedang makan diluar. Mina tentu sengaja meng-upload foto itu di halaman sosial medianya.

"Terimakasih eommanim, dulu dan sekarang tak pernah berubah."  Begitulah catatan kecil yang Mina tuliskan.

Ku letakkan ponselku dimeja samping ranjang. Tak ingin terpancing dengan semua hal yang dilakukan oleh Mina aku memilih membersihkan diri. Tepat ketika aku keluar kamar mandi, ibu masuk kamarku membawa piring berisi cemilan.

"Makanlah nanti malam jika kau ingin ngemil. Kau harus makan banyak demi bayimu." Ibu membantuku menyisir rambut.

Kegiatan yang dulu sering kami lakukan bersama. Ibu sering membantuku merapikan rambut, menguncir atau mengepang. Padahal aku sebenarnya acuh terhadap fashion.

"Apakah kau berpikir akan meninggalkan rumah mu dalam waktu yang lama?" Ibu tetap fokus menyisir ketika menanyaiku.

"Kau sudah menikah, eomma tak melarang kau tinggal di sini. Semua pasangan pasti bertengkar. Tapi tak semua juga punya masalah seperti kalian." Ibu tiba-tiba diam namun tetap menyisir rambutku telaten.

"Appa mu marah tapi dia memilih untuk menahan semuanya karena calon cucunya. Jika appa mu yang tegas bisa sabar, kau juga pasti bisa. Bicara pada suamimu, bukan malah pergi dari rumah seperti ini."

Ibu kembali diam tapi otakku berpikir keras. Aku lupa tentang pandangan tetangga pada ku. Wanita yang telah menikah pulang sendiri dalam jangka waktu lama menetap di ruang orang tua tanpa alasan jelas, akan menjadi bahan gunjingan.

"Tinggallah di sini hingga hilang kesal mu lalu cari solusi bersama dengan Hoseok. Apapun keputusan mu, kami akan mendukung." Ibu mengecup belakang kepalaku kemudian keluar dari kamar.

Kebingungan membuatku tak bisa tidur. Sepanjang malam aku terjaga. Otak sepertinya tak mau memberi kesempatan untuk mengistirahatkan diriku.

Di apartemen kami, Jhope juga sedang mencari kantuk. Hatinya berbunga-bunga bak sedang jatuh cinta. Sebentar-sebentar dia meringkuk senyum-senyum sejenak kemudian dia duduk sambil malu-malu.

Hari ini membuatnya senang bukan main. Menemani istrinya ternyata sangat menyenangkan. Waktu berlalu ternyata matahari telah muncul. Jhope bangun dengan malas terasa seperti hanya tidur sebentar.

Wajahnya masam menatap kemeja, jas, celana kainnya menumpuk kotor. Kepalanya menengadah lelah dan kesal.

"Ternyata selama ini hidupku nyaman karena ada Somi. Aigoo!" J-Hope mengeluh sambil mengangkat ember penuh baju kotor menuju ruang laundry.

Matanya menatap mesin cuci dengan banyak tombol. Kepalanya bergerak mencari sabun cuci baju yang tak dia temukan.

"Apa harus ku bawa ke laundry saja?" Gumamnya berpikir keras.

Aku bangun siang tanpa tau sejak jam berapa aku tertidur. Badanku sakit semua juga lapar. Ketika turun, terlihat ibu menatapku dari ruang makan.

"Malas mu sudah muncul ya? Ayo makan, eomma temani."

"Eomma, aku harus bagaimana?"

"Apanya? Tinggal sumpit lalu suap ke mulutmu." Jawab ibu datar.

"Eommaaa." Rengek ku.

"Geure. Pulanglah, temui suamimu, turunkan egomu, bicara berdua cari solusinya."

"Terdengar begitu mudah."

"Yang membuat sulit hanya karena kau tak mau menurunkan ego. Kau merasa bahwa dirimu sendiri yang berjuang, yang terluka, yang disakiti. Lalu kau tak mau memberi waktu bicara pada suamimu, kau pun tak mau memberi maaf bisa jadi kau ingin membalasnya bukan?" Ibu menatapku selidik.

Fake apologize, The Path I ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang