Pagi itu seperti awal baru dalam hubungan kami, awalnya kupikir begitu. Setelah kejadian semalam, Jhope memang sedikit berubah, dia lebih sering pulang cepat dibanding sebelumnya. Kami juga beberapa kali mengulang lagi hubungan intim seperti pasangan menikah lainnya.
Tapi itu tak lama, hingga aku memergokinya dan Mina di restoran favorit kami berdua. Mereka duduk disudut biasa kami duduk. Restoran milik paman Park yang sejak awal kuliah paling sering kami kunjungi. Saking seringnya, karyawan lama mereka bahkan mengira kami pacaran seperti orang kebanyakan menilai kami. Oke, sepertinya cukup dulu mengenang masalaluku dan saatnya kembali ke dunia nyata.
Hari ini aku akan meneruskan finishing pesanan tuan Kim untuk proyek surprisenya. Membayangkan anak-anak itu tersenyum bahagia, suasana hatiku menghangat. Pikiran punya anak sempat terbersit di otakku, hanya sekilas namun membahagiakan. Jika aku akhirnya mungkin hamil nanti, aku akan sangat bahagia.
Setelah berhubungan badan dengan suamiku, aku berharap berhasil hamil dan dia mungkin juga akan turut senang. Tapi tiap bulan aku masih mendapatkan tamu, bahkan bulan lalu juga demikian. Positif thinking saja, belum rejeki dan ditambah lagi kami sedang tidak baik-baik saja.
"Selamat pagi? Kukira anda belum buka, aku hanya mencoba memastikan ternyata pintu tak terkunci. Maafkan aku." Kim NamJoon yang terkejut memasang wajah lucu menatapku yang juga kaget melihatnya masuk.
"Ahh, maafkan saya tuan. Saya pasti lupa membalikkan tanda pintu." Kepala kumiringkan mengecek tanda pintu yang membuatnya salah paham itu.
"Sepertinya anda sedang mengerjakan proyekku?" Matanya menyapukan pandangan kedalam box-box dilantai.
"Iya benar tuan, hanya tinggal tahap akhir. Pembungkusan kardus isi mainan edukasinya." Jawabku kali ini sambil sibuk memilih kertas kado ukuran jumbo di samping kanannya.
"Oke, kalau begitu saya permisi dulu. Selamat pagi."
Punggung tegap itu berlalu dibalik pintu. Senyumku terkembang tanpa ku sadari, sepagi ini dia mengecek pesanannya? Pasti dia menggap kejutan ini sebagai hal serius. Mendapat perhatian langsung dari pelanggan, membuatku tak mau mengecewakannya. Tak perlu waktu lama untukku menyelesaikan pembungkusan box-box itu. Hanya tinggal besok, maka pekerjaan ini akan berakhir.
"Somi-aa, itu?" Mata Dami masih menatap keluar sambil tangannya menahan pintu.
"Kakak seperti anjing pelacak, tau jika dia datang." Sarkasku karena gemas dengan kelakuannya.
"Dia lebih tampan dari suamiku." Ucaapannya membuatku mengerutkan dahi.
"Jika suamimu dengar, wuahhh akan ada perang dingin dan kau pasti kebingungan."
Dami meringis kecil menggigit ujung lidahnya, mencoba mematahkan kalimat "kutukanku".
Ditempat lainnya dikota yang sama............
Pagi cerah juga dialami oleh Mina, dia bangun sendirian seperti biasa kemudian menelpon seseorang. Siapa lagi jika bukan Jhope?! Wajahnya nampak kesal dan mendung tiba-tiba karena penggilannya tak segera dijawab seperti biasanya.
"Aish, dia merusak pagiku!" Geramnya melempar ponsel diatas kasur.
Sementara itu Jhope sedang terbaring lemas di klinik dalam kantornya. Pagi ini dia merasakan pening dan lemas yang bersamaan ditambah mual tak tertahankan. Dia bahkan hampir terjatuh dalam lift khusus direksi, untung saja ada nona Ji Miran sekretarisnya. Dokter klinik tak menemukan hal apapun dalam tubuh Jhope hingga dia menyarankan untuk check up ke rumah sakit.
Hal seperti itu bukan menjadi kebiasaan Jhope, bos yang dikenal tak pernah terlambat bahkan jarang sakit itu sekarang menjadi bahan perbincangan karyawannya di kantor. Hanya istrirahat sekitar satu jam di bed kliniknya, Jhope kembali dilarikan ke rumah sakit karena dia sekarang bahkan pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake apologize, The Path I Choose
FanficDia bersamaku, namun masih berkutat dengan cinta lamanya juga. Apa alasannya menikahi ku? Apakah kata cintanya bukan kebohongan? Orang bilang bahwa cinta abadi berawal dari persahabatan. Itu tidak berlaku untukku. Start may, 21 2022