11. Salah paham baru seluruh keluarga

30 7 0
                                    

NamJoon tetap berpamitan pulang setelah berkenalan dengan ayahku. Beliaulah yang meneriakkan namaku dengan wajah merah menahan marah. Minggu pagi yang begitu tenang dan membahagiakan ternyata tak mau tinggal lama untukku.

Ayah duduk sambil memegang lutut dengan tertunduk..cangkir teh didepan beliau sudah hampir sirna kepul uapnya. Beliau masih diam dan membuatku hanya bisa tertunduk gelisah menebak-nebak alasan hingga ayah mengunjungimu di toko.

"Ayah...."

"Begini kelakuanmu?!" Getar suara ayah tenang namun dalam.

"Dia hanya teman ku ayah."

"Teman? Bahkan sepagi ini aku melihat kalian keluar toko dengan senyuman. Ini hari Minggu, tempatmu di rumah bersama suami bukan malah haha hihi dengan pria lain."

"Maaf ayah."

"Kami tak mengajarimu untuk berlaku bodoh seperti hari ini." Ayah menepuk lutut kirinya sembari menatapku tajam menusuk hati.

"Kau bersenang-senang di sini sedangkan suamimu sedang sakit di rumah? Kim Somi, jangan membuat nama keluarga tercoreng dengan kelakuan buruk mu." Ayah berdiri tanpa melihatku, beliau keluar pintu dengan membawa marah dan ketidaktahuan.

Aku mengejarnya, namun mobil ayah melesat cepat meninggalkan toko sebelum sempat aku memberi salam. Ketakutan ku akhirnya terjadi. Kesalahpahaman bukan lagi ada pada Jhope saja tapi juga pada ayah. Bodohnya, aku tak bisa menjelaskan pada beliau.

Setelah berapa Minggu ini pipiku tak basah dengan air mata, hari ini aku menangis sendirian lagi. Rasanya hidupku begitu berat dan pelik. Masalah demi masalah seperti bersarang dan tak mau pergi malah makin beranak pianak dalam hidupku.

Ku ambil hasil USG yang tergolek di atas meja dibawah notebook. Segalanya mungkin bisa rusak dan hancur karena ketidakpahaman orang lain tentang situasiku, tapi ada nyawa dalam diriku yang tidak bisa ku abaikan. Dia ada disaat segalanya tidak baik-baik saja, artinya segala kemalangan yang terjadi dalam hidupku tetap merupakan berkah karena adanya anak.

Jika ayah sampai datang berkunjung artinya beliau rindu. Aku bahkan lupa jika kami belum pernah mengunjungi rumahku sejak kami menikah. Aku hanya berharap Dami tak keceplosan atau semacamnya mengenai masalahku dan Jhope pada ayah atau ibu.

"Somi-aa, bagaimana kabar mu nak?" Seperti telepati, ibu menelponku tiba-tiba.

"Aku baik ibu, ayah baru dari sini tadi. Apakah ibu sehat-sehat?" Tangisku tercekat dan harus ku akhiri segera supaya tak membuat ibu khawatir dan curiga.

"Kami semua baik-baik saja. Bagaimana suamimu? Apakah kalian sehat? Kapan kalian akan berkunjung, kami sudah rindu." Suara merdu ibu tidak hanya membuatku tenang tapi juga malah merasa bersalah.

"Baik Bu, kami akan berkunjung. Tapi kami harus memeriksa jadwal Jhope oppa dulu. Aku akan kabari ibu nanti." Tanganku meremas kaos yang kupakai mengalihkan rasa ingin meraung meminta tolong pada ibu.

"Baiklah, kabari ibu segera supaya ibu bisa memasakkan makanan kesukaan kalian."

Entah berapa lama aku menangis mengurai rasa sakit, rasa bersalah, rasa sedih dan segalanya. Aku lelah, hingga tertidur di ranjang istirahat.

Ayah sampai rumah sambil membawa bungkusan ubi manis rebus untuk ibu. Ibu menerima ubi manis itu dengan terkekeh-kekeh.

"Yeobo, bukankah aku bisa merebusnya untuk mu. Bilang saja jika kau ingin makan ubi. Tak perlu lelah membelinya diluar." Sekalipun begitu ibu bersemangat menyajikan camilan manis kesukaan ayah itu.

"Kau sudah cukup lelah mengurusku setiap harinya. Aku menggunakan uangku untuk meringankan beban mu. Apa kau tau itu?" Ayah yang tak suka kalah tersenyum mengambil sebuah ubi yang telah ibu kupas.

Fake apologize, The Path I ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang