Mengapa harus sekarang? Pekikku dalam hati sambil membalikkan badan. Mataku melihat Mina dan Jhope duduk menunggu didepan apotik. Bahagia yang kurasakan mendapat berita bagus langsung sirna karena mataku tercemar.
Artinya aku mungkin akan membesarkan anak ini sendirian. Janinku bahkan telah kehilangan ayahnya sebelum dia tau. Bayangan jika Jhope akan bahagia mendengar kabar ini pudar seketika. Harapan supaya Jhope berubah, tak bisa menjadi kenyataan. Aku benar-benar tak punya harapan lagi.
Kupilih ke apotik dekat toko untuk menebus vitamin yang diresepkan dokter tadi. Dokter itu bahkan bertanya kemana suamiku yang ku jawab sedang di kantor rapat. Nyatanya dia sedang bersama selingkuhannya menunggu obat di rumah sakit.
Sampai toko, aku tetap tak mengubah sign pintu. Aku memilih duduk diruang istirahat, sambil mencoba makan siang sekalipun sulit sekali untuk kutelan. Benar, aku masih memikirkan bagaimana kelanjutan hidupku. Apa yang akan dikatakan orang mengenaiku, terlebih orang tua juga kakak yang sedari awal menentang pernikahanku.
Masih setengah porsi tteokbokki sudah membuatku kenyang. Tak seperti aku yang biasanya menyantap dua porsi masih ingin tambah, kali ini sebaliknya. Ketika makan dan makanan tak bisa membuatku bahagia seperti biasanya, artinya aku tidak baik-baik saja.
Pesan masuk membuyarkan lamunanku, pesan dari NamJoon mengajakku makan siang. Aku menolaknya, tentu saja aku tolak setelah kejadian sebelumnya dengan suamiku. Hanya meredam hal buruk mungkin akan terjadi. Tapi agaknya dia tak mengerti posisiku.
NamJoon malah membawakan makan siang yang terlihat lezat. Kami berdua duduk berhadapan dengan dosirak didepan kami. Makan siang yang biasanya dibuat sendiri dirumah tapi kini banyak dijumpai ditoko serba ada. NamJoon membawakan dosirak dengan isi daging sapi untukku.
"Ini tidak kubeli tapi ini dibuat di kantin kantorku."
"Kau tak seharusnya begitu baik padaku. Aku hanya tak ingin orang menganggap sebaliknya kebaikan mu ini." Aku mencoba menjelaskan dari penilaian ku.
"Aku mengajakmu makan siang, untuk minta maaf karena kejadian tadi pagi. Aku benar-benar telah membuat kesalahpahaman. Maafkan aku." Ucapnya sopan bahkan hingga membungkuk.
Kelakuannya membuatku heran juga tersipu bersamaan. Pria ini sopan dan manis diwaktu yang sama. Mau tak mau bisa tak bisa aku makan bekal yang dibawanya untuk menghormati.
"Baiklah, aku menerima makan siang rumahan ini sebagai teman."
"Teman, baiklah kita berteman mulai hari ini." Dimples itu muncul membuatnya terlihat imut.
Percakapan demi percakapan mengalir begitu saja diantara kami. NamJoon bercerita banyak hal tentang kehidupannya di Amerika. Mengapa dia pergi juga mengapa dia kembali. Dia bilang hidupnya rumit, aku juga sependapat. Pria mapan sepertinya seharusnya tak perlu lari dari masalah.
"Lari karena tak bisa mengakui kesalahan itu pengecut." NamJoon menatapku lekat karena respon dinginku.
"Aku tau! Andai sesederhana itu masalahku." Jawabnya tertunduk.
"Ahh, bukan maksudku menilai jalan pilihan mu, hanya saja orang tua pasti akan mengerti jika kau menjelaskan semuanya." Nasehat itu keluar dari mulutku yang sepertinya juga untuk diriku sendiri.
"Kau benar, aku pengecut. Aku bahkan pulang tanpa membawa hasil." Lanjutnya sambil mengaduk-aduk sup taoge.
"Jadi anak kalian?" Tanyaku penasaran.
"Dia menggugurkannya. Penyesalan terbesarku adalah kehilangan anakku. Aku memang bejat, menghadirkannya namun tak sanggup menjaganya." Senyum sedih itu terlihat jelas di wajah tampan pria yang tertunduk sedari tadi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake apologize, The Path I Choose
FanficDia bersamaku, namun masih berkutat dengan cinta lamanya juga. Apa alasannya menikahi ku? Apakah kata cintanya bukan kebohongan? Orang bilang bahwa cinta abadi berawal dari persahabatan. Itu tidak berlaku untukku. Start may, 21 2022