23. di luar dugaan

27 7 2
                                    

Jhope sudah benar-benar pasrah akan nasibnya dihadapan ayahku. Duduknya kaku dan tegang. Kepalanya tertunduk ketika ayah duduk dengan punggung tegak.

"Abonim, maafkan aku." Kalimat dengan kata yang sama sudah sejak tadi diucapkan Jhope.

Ayah mencecar Jhope dengan pertanyaan tentangku juga hubungan kami. Namun kelihatannya dia tak sanggup menjawabnya.

"Somi tak pernah melapor, berkeluh kesah, ataupun sekedar pulang sendirian sebelum hari ini. Aku mendidiknya dengan baik. Aku yakin dia tak akan mempermalukan suaminya. Tapi nyatanya, dia kembali bersama kakaknya malam ini."

"Maafkan aku abonim." Kalimat yang sama meluncur lagi dari mulut Jhope.

Kali ini ayah menghela nafas kesal. Jhope makin ciut dibuatnya.

"Masalah apa yang sedang kalian hadapi hingga istrimu pulang sendirian sambil menangis malam ini?"

"Kami bahkan masih baik-baik saja siang tadi. Aku pergi ke kantor, Somi ke toko. Ketika aku pulang, lemari pakaian telah kosong. Aku ke apartemen lama, namun password-nya telah diganti oleh Somi. Aku sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi, abonim." Jhope menatap mertuanya sesaat.

"Baiklah, pulanglah. Istirahat dan biarkan istrimu disini untuk beberapa waktu."

Jhope mengangkat kepalanya lagi. Pendengarannya seperti tak dia percayai. Ayah pergi meninggalkan Jhope untuk masuk ke kamar. Pria itu berdiri menuju pintu. Namun, ibu memanggilnya.

"Nak, apapun masalah yang kalian hadapi, aku mohon supaya kalian jangan memutuskan semuanya ketika marah."

"Eommanim, kami memang bertengkar. Tapi hingga siang tadi, aku dan istriku masih baik-baik saja. Aku juga kebingungan mengapa istriku membawa semua bajunya pergi dari rumah kami." Air mata Jhope menetes.

"Aku tak boleh mengatakan apapun sekalipun aku sudah mendengar cerita dari sisi Somi. Pulanglah dan kembali besok."ibu menepuk lengan Jhope dengan lembut.

"Eommanim, tolong bantu aku untuk membujuk Somi. Aku tak ingin dia pergi dari hidupku. Aku akan menepati janjiku untuk menjaganya." Jhope menggenggam tangan ibuku bermohon.

"Baiklah, kembalilah besok." Ibu mengganguk-angguk melepas Jhope pergi dengan mobilnya.

"Apa yang kau janjikan padanya?" Ayah ternyata berdiri diantara ruang tamu dan ruang santai menunggu ibu.

"Aigoo, dia juga anak kita bukan? Aku hanya melakukan hal yang seharusnya aku lakukan untuk anak-anak ku." Ibu melewati ayah begitu saja menuju kamar.

"Hah! Bahkan dia sudah mempengaruhi istriku!" Ayah menumpahkan kekesalannya.

Jhope kembali menyetir pulang dengan pikiran tertinggal di rumah mertuanya. Dia tak menyangka jika ayah mertuanya tak tau apapun yang terjadi diantara dia dan istrinya. Hatinya sedikit tenang dengan janji ibu mertuanya untuk membantunya membujuk Somi.

Malam ini terlewati, berganti pagi yang mendung. Aku bangun pada jam seperti biasanya. Yang berbeda adalah sarapan telah tersaji dimeja makan. Ibu menyambut ku dengan senyuman. Namun ayah hanya menatap ku.

"Makanlah, kalau kau tak nafsu pikirkan cucuku." Kata ayah.

"Putri bungsu mu sedang tak enak hati. Bisakah kau lebih lembut pada putri ku?" Ibu membelaku.

Ayah hanya menghela nafas kemudian berdiri membawa cangkir kopinya menuju taman belakang. Ibu mengikuti gerak ayah sambil tersenyum menggelengkan kepala.

"Dia tak pernah berubah. Sok tegar padahal dia begitu cengeng hanya karena kau pulang." Ibu masih tersenyum kecil.

"Appa menangis?" Tanyaku heran.

Fake apologize, The Path I ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang