Suasana resto berangsur sepi seiring telah berakhirnya jam makan siang namun menyisakan aku dan pria yang menatapku tajam dengan es kopi yang tak disentuhnya sejak dihidangkan. Min Yoongi, duduk bersandar dengan berpangku kaki dan tangan bersidekap didepan dada membuatku kikuk.
"Habiskan makan siang mu dan kita harus bicara." suaranya tenang namun tatapannya membuatku tak nyaman.
Tangan Suga terangkat memanggil waiter dan kemudian mengeluarkan kartu kreditnya. Pria itu masih berlaku manis sekalipun mulutnya terkatup rapat. Dia mengambil dompet yang ku bawa, lalu menggandengku keluar resto tanpa memberi kesempatan untuk mengucap terimakasih pada pemiliknya yang telah mengundangku. Makan siang yang seharusnya gratis malah dibayar oleh kakak iparku.
Aku terduduk lemas mendengar pengakuan Suga. Rasa perih terasa makin dalam mengingat kekecewaan yang pasti ayah rasakan. Aku tau betul siapa ayah ku, beliau tak akan pernah mampu menyakiti hati ibu. Pasti ayah belum mengatakan apapun tentang aku dan J-Hope pada ibu.
"Bukan hanya ayah yang kecewa, kakakmu juga sedang mengira jika aku melakukan kesalahan." Suga tertunduk.
"Hah?! Bagaimana bisa?"
Maka lengkap sudah cerita sinetron dalam hidupku. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang akan terjadi setelah ini? Bagaimana aku harus menghadapi ayah ku? Suga meraih tanganku, mengusapnya lembut sambil menatapku teduh.
"Oppa rasa kau harus jujur pada ayah dan ibu. Bicaralah pada J-Hope dan cari solusinya. Jika kalian saling menahan ego masing-masing, akan banyak orang yang akan terluka."
"Yeobo! KAU?!" Dami berteriak di ambang pintu sambil menatap kami nyalang.
Suga menarik tangannya seketika dengan wajah tegang makin pucat. Akupun sama, terkejut dan kikuk. Dami melangkah masuk sambil murka. Wajahnya merah dan sembab.
"Kalian berdua menjijikan!" Teriaknya sambil menggebrak meja kemudian berbalik keluar toko.
Aku dan Suga terkejut tanpa bisa berbuat apa-apa. Deru mesin mobil Dami menjauh, membuat Suga tersadar jika istrinya perlu di kejar. Tubuhku makin lemas tak berdaya. Makan siangku sepertinya langsung habis tercerna dengan cepat.
.........
J-Hope menjamu tamu asingnya didalam kantor. Teh hangat masih mengepul uapnya diatas meja. Raut wajah J-Hope dingin dan menusuk. Dia tau siapa yang duduk dihadapannya sekarang.
"Apa yang membawa anda hingga datang ke kantorku?" Nada bicara J-Hope tak enak didengar.
"Apakah ini benar anda, tuan Jung?" NamJoon menunjukkan foto didalam ponselnya.
J-Hope hanya melirik sekilas dan tetap duduk dengan sombong.
"Anda ada urusan apa dengan foto itu?"
"Tidakkah anda tau siapa wanita yang bersama anda itu?" NamJoon juga melihat dingin kearah J-Hope.
"Maksud anda?"
"Saya yakin jika anda tak ingin menyakiti istri anda bukan?"
"Anda sedang mengancam saya?" J-Hope menarik tegak pungungnya.
"Hah, tak perlu ancaman karena saya tau jika istri anda sudah mengetahui hubungan gelap kalian. Hanya saja, jika anda tak bisa menjaga hati istri anda maka akan ada pria lain yang sanggup melakukannya." NamJoon tak perlu menutupi segalanya sekarang.
"Maksud anda?" J-Hope makin panas.
"Somi sudah cukup menderita dengan pernikahannya. Dia sudah tau sepak terjang anda dan masih menerima pernikahan. Bukankah ada sedikit rasa sesal dan kasih untuk Somi, seharusnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake apologize, The Path I Choose
FanficDia bersamaku, namun masih berkutat dengan cinta lamanya juga. Apa alasannya menikahi ku? Apakah kata cintanya bukan kebohongan? Orang bilang bahwa cinta abadi berawal dari persahabatan. Itu tidak berlaku untukku. Start may, 21 2022