Pada batas waktu ketika matahari tenggelam, Arjuna memainkan bibir, menatap miris pada sosok lelaki yang sudah bersahabat dengannya sejak lama.
Diujung sofa itu, Jiandra tengah mengobati luka Yoel, luka yang sengaja Yoel biarkan entah untuk tujuan apa.Arjuna meringis lagi, ketika Yoel kembali menahan sakit akan kejailan Jiandra yang sengaja menekan lukanya seakan menahan kesal.
"Makan nih luka, lo jangan kayak anak kecil, babi! kalo abis kena hantam tuh lukanya cepet diobatin, bukannya nunggu kita-kita datang nyamperin lo!" Omel Jiandra, khas seperti bapak-bapak yang kesal dengan kebandelan anaknya.
"Gue gak punya alat yang lo punya." sahut Yoel lirih.
Jiandra kembali menekan luka Yoel, gemas dengan temannya yang satu ini. "Beli tolol! lo punya uang kan?"
Yoel diam tak menjawab, ia memejamkan mata, menggertakan gigi dan mendesah lelah.
"Ayah lo ngelakuin ini karena apalagi? masalah kemarin?" tanya Arjuna.
Kepala Yoel menoleh, masih bersandar dipunggung sofa. "Kalo bukan karena masalah kemarin lo pikir apalagi?"
Arjuna mendengus, semakin tak mengerti dengan pola pikir yang Yoel miliki. "Lagian lo kenapa suka banget cari masalah? tinggal diam nurutin apa yang bokap lo pengen apa susahnya?"
Yoel mendengus kasar. "Susah, karena setiap kebaikan yang gue lakuin didepan dia gak pernah ada harganya."
"Nah ini nih, lo perlu ubah pemikiran lo yang kayak gini! lo juga apa gak mikir perasaan Karin?" Arjuna mencecar Yoel, marah dengan tindakan Yoel akhir-akhir ini.
"Lo juga Ji!" telunjuk Arjuna kemudian mengarah pada sosok Jiandra. "Lo juga kenapa malah nurut-nurut aja disuruh motoin bocah sialan ini pas lagi ngelakuin maksiat?"
Jiandra lantas melepaskan kapas dari pipi Yoel. "Ye gue berniat baik, makanya mau bantu si bajingan ini, daripada lo gak punya peran sama sekali."
Arjuna memijit pelipis. "Bego, lo gak liat mata Karin sembab pas keluar gerbang kampus tadi? hidup dia kemarin-kemarin adem ayem, jadi kacau gara-gara lo berdua!"
"Gue cuma pengen liat Yoel ceria ya babi! lagian tanya tuh temen lo kenapa suka sama orang yang udah punya cowok?"
Mata Arjuna kian melebar, terkejut dengan apa yang baru saja Jiandra katakan. "Lo suka sama Karin?" tanya Arjuna menatap Yoel dengan tatapan tajam. "Katanya lo benci sama dia karena dia suka kasian sama lo?! terus maksud lo apa?"
Yoel balas menatap Arjuna. "Lo pikir gue sebodoh itu suka sama cewek orang?"
Jiandra berdecak. "Jujur ajalah Yo, lo gak capek apa bohong sama perasaan lo sendiri?"
"Lo jangan bikin pikiran gue tambah kacau Ji, lo juga gak berhak nyimpulin hal kayak gini sesuka hati lo!"
"Gue punya hak lah, gue juga yang selalu ngobatin luka lo!"
Yoel mengeluarkan tatapan sinis pada Jiandra. "Oh jadi lo ceritanya minta perhitungan sama gue?"
"Engga setan! gue cuma pengen lo jujur sama perasaan lo, apa susahnya sih lo jujur aja sama Karin dan minta maaf sama cewek itu?"
"Sebelum gue yang minta maaf, harusnya lo dulu yang minta maaf sama dia, karena lo yang udah nyebarin foto itu nyampe ke base kampus."
Mulut Jiandra ternganga, sungguh, saat ini ia tak terima atas jawaban Yoel yang membuatnya tersinggung. "Kalo bukan karena rasa kasihan gue sama lo, gue gak bakalan lakuin cara kotor itu ya babi! kenapa seakan-akan lo gak menghargai pengorbanan gue?"
"Apanya yang lo sebut pengorbanan?" Yoel tambah menyolot.
"Lo pikir ngebujuk admin base gak pake tenaga? mikir tolol, gue cari cara supaya orang-orang disana tutup mulut kalo gue orang yang nyuruh mereka buat nyebarin semuanya."
"Cuma itu doang yang lo sebut pengorbanan?"
Jiandra memejamkan mata, tersulut oleh tanggapan Yoel yang sama sekali tak menghargainya barang sedikitpun. "Denger ya babi!" Jiandra menunjuk wajah Yoel. "Lo yang minta gue buat ngelakuin hal kotor itu, dan gue iyain karena gue ngerasa kasihan sama lo!"
Kepala Yoel tertunduk, sedetik kemudian ia tertawa seakan meratapi hidupnya yang kian berantakan.
Jiandra kembali tersulut, hendak melemparkan sebuah pukulan namun Arjuna lebih dahulu menahan.
"Liat kan?" Yoel mengangkat kepala. "Lo sama aja kayak cewek itu!" ia tertawa lagi, sejenis tawa sarkas. "Gak ada bedanya."
Gigi Jiandra saling bergemelatuk sebelum meronta meminta Arjuna untuk tidak menahannya lagi."Sialan! lo gak tau diuntung babi!"
"Sabar tolol, Yoel lagi kerasukan setan, lo juga jangan kesulut!" Arjuna menasehati, sembari mengeratkan pegangannya pada badan kekar milik Jiandra.
"Lo banyak-banyakin ngadu ke Tuhan deh! gak waras lo ngancurin hidup anak orang!"
Yoel beralih menatap remeh Arjuna. "Apa? lo mau juga gue hancurin?" tanyanya membuat Arjuna berdecak tak habis pikir.
"Lo gak kasihan apa? Karin udah jadi bulan-bulanan dibase kampus! mikir tolol! gimana kalo ibu lo yang digituin?"
"Ibu gue udah pergi sama selingkuhannya setan! lo lupa?"
Arjuna menarik nafas, mencoba untuk meredakan emosinya yang siap meledak kapan saja. "Itu cuma perandaian! lo pinter tapi banyak begonya!"
"Ngaca! lo juga kenapa bego masih mau diperbudak sama Julia?"
Jari Arjuna meremas lengan Jiandra, melampiaskan kekesalannya pada pemuda itu demi tak meledak saat itu juga. "Jangan bawa-bawa temen gue, mulut lo gak pantes nyebut nama dia!"
"Kenapa? takut gue rebut dia dari lo?"
"Gak bakal mau dia sama cowok egois kayak lo!"
Yoel kembali tertawa remeh, ia bersidekap dada dan menyandarkan punggung pada dinding rumah. "Dia gak mau karena gue gak gampang diperbudak kayak lo. Sadar Ju, lo lebih bego daripada gue!"
Arjuna melepaskan cengkeramannya pada badan Jiandra, ia berjalan tergesa, menghampiri Yoel dan melayangkan pukulan pada pipi pria itu dengan nafas menderu kesal.
Suasana kacau saat itu juga, Arjuna tak bisa dicegah, ia terus melayangkan pukulan pada Yoel hingga lelaki itu terkapar dan berakhir mengenaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just the Two of Us
Teen FictionYoel selalu merasa iri akan kehidupan Karin yang terlihat bahagia. Tetangganya itu memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, pertemanan yang luas dan kisah cinta yang nyaris membuat semua orang merasa cemburu. Entah kenapa Yoel membe...