"Karin!"
Karin membalikkan badan kala namanya dipanggil cukup keras dari halaman rumah disebelahnya. Ia menaikkan sebelah alis, bermaksud bertanya ada maksud apa Yoel memanggilnya.
"Mau berangkat bareng?" tanya pria itu yang dihadiahi tatapan aneh dari Karin.
Dahi Karin mengerut tambah tak mengerti ada angin apa lagi dan lagi Yoel mengajaknya untuk ada dalam satu kendaraan berdua.
"Gak perlu Yo, gue bisa naik taksi." tolaknya lembut.
Langkah Yoel mendekat, pemuda itu menghentikan jalannya didepan pagar pembatas. "Akhir-akhir ini gue liat lo gak pernah dijemput sama pacar lo, daripada telat mending sama gue aja."
"Gapapa Yo, beneran, gue gak mau ngerepotin lo, lagian jadwalnya juga masih lama." tolak Karin untuk yang kedua kalinya.
"Beneran gak mau nih? ongkos dari sini ke kampus kalau pake taksi bisa buat jajan dua hari loh Rin."
Karin mengerutkan dahi, tersentak dengan point utama yang diucapkan Yoel. "Loh emang sehari jajan lo berapa?" tanya Karin sambil mendekati Yoel.
"Gak sebanding lah sama jatah jajan lo yang pastinya selangit."
Tak mau memperlebar topik hingga keranah yang lebih privasi, Karin memilih tak menanggapi lebih lanjut jawaban dari Yoel, ia mengedikkan bahu dan membenahi letak tas selempangnya yang sedikit tak nyaman.
"Gue mau nanya Yo sama lo?"
Kedua alis Yoel terangkat seketika. "Nanya apa?"
"Kenapa lo ngajak gue bicara sepanjang ini? lo gak ada maksud apa-apakan sama gue?"
Yoel meneguk ludah, tengkuknya ia garuk demi meredakan rasa gugup. "Aneh ya Rin?"
Karin mengangguk membenarkan. "Aneh banget, lo kalau butuh apa-apa bilang aja langsung Yo, gak usah basa-basi."
"Makasih banyak Rin. Emangnya gue dimata lo selama ini kayak gimana Rin?"
Mata Karin bergerak tampak seperti berpikir, bibirnya ia kulum selama beberapa saat. "Lo- aneh Yo, jarang ngomong, sampai temen gue kesel banget sama tingkah ajaib lo."
"Gisella pasti?" tebak Yoel setengah terkekeh.
Karin tak menjawab, ia memilih memalingkan wajah.
"Setengah jam lagi masuk Rin, berangkat bareng gue ya."
Netra Karin mengerjap, gadis itu kemudian menoleh ketika suara Yoel mampu menghipnotis dirinya. Tidak, Yoel yang selama ini Karin perhatikan bukan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just the Two of Us
Teen FictionYoel selalu merasa iri akan kehidupan Karin yang terlihat bahagia. Tetangganya itu memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, pertemanan yang luas dan kisah cinta yang nyaris membuat semua orang merasa cemburu. Entah kenapa Yoel membe...