"Dasar titisan setan!"
Karin tersenyum simpul seraya menggelengkan kepala mendengar keluhan serta umpatan dari gadis manis disampingnya. Gisella sedari tadi tak henti menatap hardik sosok laki-laki yang duduk terpisah oleh dua orang didepannya.
Lelaki tak berperikemanusiaan yang selalu membuat dosen tinggal lebih lama dengan berbagai rentetan pertanyaan yang seringkali membuat hampir semua orang dongkol karenanya.
Menurut Gisella, Yoel adalah manusia paling menyebalkan yang pernah perempuan itu temui didunia ini. Sifat yang dimiliki Yoel selalu membuat Gisella kesal hingga beberapa kali ia melayangkan tatapan permusuhan pada lelaki pemilik tatapan tajam itu.
Yoel begitu kompetitif, ia adalah tipe manusia yang tak pernah ingin mengalah dan tak ingin dikalahkan. Berbagai cara pemuda itu lakukan, membatasi komunikasi dengan orang-orang disekitarnya adalah salah satu strategi agar orang lain tak bisa mengalahkan dia dari segi manapun.
Selain itu, hal yang membuat semua orang muak adalah sifat tak ramahnya yang menyebalkan. Hampir tak ada orang difakultas mereka yang berteman baik dengan Yoel, dia sosok yang jarang berkomunikasi dengan orang lain, menganggap semua orang adalah musuhnya sekalipun itu orang bodoh.
Selama mengenyam pendidikan diuniversitas ini, tak ada satupun rumor tentang kedekatan Yoel dengan gadis manapun. Laki-laki itu sering terlihat sendiri jika berada digedung fakultas, sedang jika berada diluar area tersebut, Yoel akan terlihat bersama Jiandra dan Arjuna, dua anak adam yang setia menemani Yoel sejak duduk dibangku SMA.
"Ngumpat terus gak bakal bisa bikin dia sadar Sel, udahlah nikmatin aja." bisik Karin mendekatkan tubuhnya ketelinga Gisella.
Gisella mendelik tak suka, ocehan dosen didepan sana juga nyaris membuat kupingnya berdengung sakit. "Kelakuan dia makin hari makin bikin gue muak!"
"Jangan terlalu benci, awas nanti suka!" Karin tertawa tanpa suara, meledek, melihat raut wajah Gisella yang hampir meledak menjadi hiburan tersendiri baginya.
"Najis, lo kali yang suka, gue lihat-lihat lo gak pernah ngerasa kesel sama kelakuan tuh orang yang suka caper?!"
Karin hanya mengedikan bahu, tak membalas lebih apa yang dituduhkan Gisella terhadapnya.
Lambat laun pikirannya melayang pada beberapa serpihan memori yang terekam dalam pikirannya tentang Yoel. Tentang bagaimana laki-laki itu selalu keluar rumah dengan wajah sendu, tak lupa dihiasi oleh luka keunguan diarea pipi dan sudut bibir yang mengeluarkan darah kering.
Karin tak pernah tahu apa yang menyebabkan Yoel mendapat kekerasan tersebut, selain fakta bahwa pertengkaran itu sering terjadi dikediaman Yoel tepat disamping rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just the Two of Us
Teen FictionYoel selalu merasa iri akan kehidupan Karin yang terlihat bahagia. Tetangganya itu memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, pertemanan yang luas dan kisah cinta yang nyaris membuat semua orang merasa cemburu. Entah kenapa Yoel membe...