Pukul 16.01, Yoel terduduk di gazebo kampus sendiri. Ia memperhatikan sosok Karin dari kejauhan, bagaimana gadis itu mencebikkan bibirnya, melamun lalu memainkan kuku seorang sendiri, atau ketika gadis itu berkacak pinggang gemas karena menunggu Gisella selesai entah untuk urusan apa.
Lama sudah Yoel memendam segala keirian dalam hatinya untuk Karin. Yoel menginginkan segala yang Karin punya, atau mungkin juga hatinya?
Yoel tak tahu, ia terlalu gamang, ia terlalu kalut dan bingung akan perasaannya sendiri. Karin itu memiliki apa yang Yoel inginkan, nyaris semua, dan entah kenapa niatan jahat kala itu muncul sendiri dibenak Yoel begitu saja.
Entah, Yoel hanya merasa puas melihat orang yang bahagia menderita seperti dirinya, ini memang perilaku yang buruk, tapi semua perilaku buruk tersebut timbul dari apa yang selama ini Yoel alami setelah hancurnya bahtera rumah tangga kedua orang tuanya.
"Hayoloh, makin diperhatiin, makin jatuh cinta lo nanti."
Yoel tersentak merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang dari belakang. "Ngapain lo disini?" tanyanya galak, sama sekali tak menyambut baik kedatangan Jiandra.
Jiandra merotasikan mata, temannya yang satu ini masih saja egois ternyata setelah ia dan Juna jauhi selama beberapa hari. "Loh emang gak boleh, orang tempat ini bebas dikunjungi sama mahasiswa lain."
"Terserah" balas Yoel singkat.
"Ye najis, kayak cewek aja lo cuma jawab terserah!"
Yoel memilih mendiamkan Jiandra, ia memperhatikan kemana Jiandra kini mau melangkah. Pemuda yang sudah dikenalnya sejak beberapa tahun yang lalu itu, mendudukan diri tepat disampingnya.
"Karin makin kesini makin cantik ya?" Jiandra menaikkan alis jahil, sengaja memancing Yoel supaya temannya yang satu ini jujur padanya. "Apa gue deketin aja ya? bisa tuh jadi ibu dari anak-anak gue."
"Mimpi lo kejauhan tolol! mana mau dia sama orang begajulan kayak lo!"
Tangan Jiandra menutup mulutnya sendiri, mengusap dada seakan tersakiti dengan perkataan Yoel barusan. "Ngaca monyet, lo yang udah bikin dia nangis kejer karena masalah kemarin."
"Setidaknya gue udah ngerasain bibir dia." Ucap Yoel tak sedikitpun merasa bersalah.
Jiandra memelongo, ia meringis tak habis pikir. "Keren lo bilang begitu? kayak yang gak ada cewek lain aja main nyosor sama cewek orang."
"Lo juga sama, ngapain masih deketin Yaza yang udah punya pacar?"
"Dia temen gue dari orok bego, gimana gue bisa jauhin dia?"
Yoel memutar matanya, memalingkan wajah dan kembali memperhatikan Karin didepan sana. "Bisa kalo lo punya niat."
"Niat gue bukan ngejauhin Yaza, tapi ngedeketin Karin sampai dia jadi milik gue." Goda Jiandra kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just the Two of Us
Teen FictionYoel selalu merasa iri akan kehidupan Karin yang terlihat bahagia. Tetangganya itu memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, pertemanan yang luas dan kisah cinta yang nyaris membuat semua orang merasa cemburu. Entah kenapa Yoel membe...