lima

138 17 2
                                    

Ini gila, sangat gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini gila, sangat gila. Bagaimana bisa Yoel mencuri ciuman pertamanya? Nathan bahkan tak pernah melakukan hal yang lebih, selain menggenggam tangan dan memeluknya sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian yang begitu besar.

Karin meraba hati, ini benar-benar tak normal. Yoel membuatnya menjadi gila.

"Kamu gapapa?" Telinga Karin menangkap suara bariton Nathan. Pemuda yang sudah lama menjalin kasih dengannya ini kemudian mengusap puncak surai Karin lembut. "Kenapa kayak yang punya masalah?"

"Aku gapapa, cuma kepikiran tugas aja." alibinya berusaha meyakinkan Nathan bahwa ia baik-baik saja.

"Daritadi kamu diem terus, apa karena kesibukan aku akhir-akhir ini?"

Karin menarik tangan Nathan, menyimpannya diatas paha dan menggenggam jari jemari kekar tersebut erat. "Semua orang punya kesibukan masing-masing, aku gak bisa paksa kamu buat selalu ada buat aku, itu hak kamu. Lagipula kita hanya sepasang kekasih, bukan suami istri."

"Kamu ngomong gitu, jangan bilang ngode aku buat cepet nikahin kamu?"

Mata Karin membola, secepat kilat ia mencubit pinggang Nathan becanda. "Aku masih belum wisuda ya, aku juga mau cari uang dulu yang banyak."

"Padahal kalo kamu mau, aku bisa persiapkan semuanya dari sekarang."

"Gila ya kamu, Mama Papa aku bisa marah kalau aku belum ngedapetin gelar yang udah aku janjiin ke mereka." garang Karin mencubit sekali lagi pinggang Nathan.

Nathan merapatkan jarak, menarik kepala Karin kemudian dan mendekapnya erat. "Kamu kenapa sih? kalo ada masalah tuh cerita sayang, jangan bikin aku khawatir."

Rasanya Karin merasa bersalah, merasakan bagaimana hangatnya dekapan dan luapan kekhawatiran Nathan yang begitu besar.

Jelas bahwasanya apa yang terjadi dihari kemarin adalah sebuah kesalahan besar. Ia sama sekali tidak pernah dekat dengan Yoel, mereka tidak pernah berinteraksi sedekat kemarin.

Karin memejamkan mata, menghirup aroma semerbak dari pakaian Nathan dan menyayangkan diri atas kejadian yang kemarin menimpanya. Sungguh, Karin masih terlalu syok. Yoel tak sedikitpun melayangkan kata maaf atau merasa bersalah atas apa yang telah pria itu lakukan padanya.

Mendorong serta menampar wajah Yoel adalah bagian refleks dari sudut hatinya yang berteriak bahwasanya ia telah berkhianat karena menikmati ciuman tersebut walau hanya sejenak.

"Besok aku ada pelatihan lagi Rin selama tiga hari, aku mungkin gak bakal sering ngabarin kamu."

Karin mendongak melihat wajah Nathan. "Gapapa, aku ngerti kok." lirihnya sembari mengusap pipi Nathan lembut. "Kamu mau pulang sekarang?"

Just the Two of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang