Pagi-pagi sekali Karin berangkat kekampus seorang diri, tidak ada lagi bunyi telepon yang berdering atau teriakan pemuda yang memanggilnya dari halaman rumah, Nathan seolah melupakan dirinya, mengabaikan setiap pesan yang ia kirim untuk memohon permintaan maaf dari pemuda itu demi memperbaiki hubungan mereka.
Nathan juga bersikap seakan tak ada apa-apa, lelaki yang memiliki reputasi baik dikampus itu masih beraktivitas seperti biasa. Mengunggah kegiatan dikampus bersama teman-temannya atau pergi berkumpul bersama disebuah kafe ditengah ibukota.
Karin mencebikkan bibir, mematikan gawai dalam genggaman dan memasukannya kedalam saku celana. Ia berjalan lunglai menuju perpustakaan dikampus, tempatnya menuntut ilmu.
Hening menjadi sambutan pertama, ketika Karin melangkah memasuki ruangan. Langkah Karin tertuju pada rak keempat dari pintu utama, hari ini ia tak tahu harus mencari buku seperti apa. Pikirannya terkadang kosong, dan yang Karin butuhkan adalah sebuah ketenangan, jauh dari tatapan sinis dari orang-orang.
Kelasnya dimulai sekitar setengah jam lagi, daripada menikmati siratan permusuhan digedung fakultasnya, Karin memilih mendatangi perpustakaan demi mendapatkan perasaan lega.
Mata Karin meniti setiap buku yang berjajar rapi didalam rak setinggi lebih dari dua meter tersebut, perhatiannya tertuju pada buku berwarna biru dari rak paling atas.
Lantas tangan Karin terangkat, berusaha menggapai buku tersebut sesuai kemampuannya. Karin terus berusaha mencapai sekuat tenaga, menjinjitkan kakinya dan meringis gemas akan tangannya yang kesulitan untuk mengambil benda tersebut.
"Kalau kesusahan tuh minta bantuan sama orang lain."
Karin menurunkan tangan serta kakinya yang berjinjit, gadis itu menoleh dan mendapati Yoel sudah berdiri tak jauh darinya.
"Buku mana yang mau diambil?" tanya Yoel sembari melangkah mulai mempersempit jarak diantara mereka.
Alis Karin terangkat, perasaan dongkol kemudian timbul setelah itu, bagaimana bisa Yoel bersikap seakan tak ada apa-apa setelah apa yang telah pemuda itu lakukan padanya?
Dengan ketus, Karin membalas "Gak ada yang mau diambil! minggir!"
Cara bicara Karin kontras akan kekesalan, ia menatap netra Yoel penuh permusuhan.
"Gue cuma pengen bantuin lo, kenapa malah bales kayak gini?"
"Setelah apa yang lo lakuin, terus gue harus bersikap baik gitu sama lo? Mimpi!" Sentak Karin.
Yoel tampak memejamkan mata dalam beberapa saat, sampai jari jemari pemuda itu mencengkeram lengan Karin seakan tak rela melepaskan gadis itu begitu saja.
"Lo apa-apaan sih? lepasin!" Berontak Karin tak suka dengan sentuhan Yoel. "Lo mau lecehin gue lagi ya?" Tuduhnya setengah berbisik.
"Coba sekali aja, cuci pikiran lo biar gak selalu mandang buruk orang lain!"
Karin mengerutkan dahi, pergelangan tangannya masih Yoel cekal keras. "Gue gak pernah mandang buruk orang lain tanpa sebab, pengecualian itu cuma buat lo! Karena lo udah bikin reputasi gue hancur habis-habisan, dasar lelaki gak tau diuntung!"
"Sikap lo yang kayak gini yang bikin pacar lo muak sama lo! Gimana rasanya ditolak habis-habisan sama orang yang lo sayang? sakitkan?"
Dahi Karin kembali mengerut, apa-apaan lelaki didepannya tiba-tiba sekali membawa nama Nathan. "Gila ya lo!" Karin menunjuk wajah Yoel. "Dengerin ya! sebelum lo ngehancurin gue, Nathan sama gue baik-baik aja ya, tapi semenjak lo datang hubungan gue sama dia jadi hancur berantakan, dasar pembawa sial!"
Hati Yoel tersentil kala Karin mengucapkan kata pembawa sial padanya. Darah dalam nadinya mendidih seketika, ia lalu memojokkan tubuh Karin menggunakan tangan kanan hingga punggung perempuan itu membentur rak perpustakaan.
"Bilang apa lo tadi?"
Karin menahan nafas, wajah Yoel begitu dekat hingga nafas pemuda ini menerpa kulit wajahnya lembut. Tidak, Karin tidak boleh goyah, maka dengan segenap keyakinan dalam dada, Karin membalas tatapan elang Yoel sama menyeramkannya.
"Lo- pembawa sial! apa kurang jelas?" Ucap Karin dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Dari mana lo tahu gue pembawa sial?"
Demi Tuhan, diperlakukan seperti ini membuat hati Karin semakin goyah. Yoel memang laki-laki gila, bagaimana bisa lelaki ini mencengkeram kedua tangan Karin dan semakin mempersempit jarak diantara mereka?
Nafas Karin kian mencekat adanya, Yoel seakan tak peduli dimana ia sekarang, karena dalam hitungan detik pemuda itu secara tiba-tiba mendaratkan sebuah kecupan dipipinya tanpa merasa bersalah.
Karin benar-benar terhenyak. Gila, ia berada diambang batas kegilaan. Semua ini terjadi secara tiba-tiba, tanpa bisa Karin duga, Yoel kembali mengulang hal yang sama lagi?
Semuanya membuat Karin bingung, kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan, tentang apa maksud Yoel melakukan hal ini kepada dirinya.
Maksudnya, dari sekian banyak perlakuan, kenapa Yoel harus menciumnya, apa pemuda didepannya ini mempunyai nafsu terhadap Karin, atau ada maksud lain? Jika benar ada, Karin pikir ini adalah hal paling gila yang pernah Karin temui didunia ini.
Amit-amit, Karin mengucap dalam hati. Bisa gila dia menerima kenyataan bahwa kata obsesi didunia ini beneran nyata.
Maka setelah kesadaran itu datang, Karin lantas mendorong dada Yoel menggunakan kedua telapak tangan, tak lupa ia juga mendorong dahi Yoel sebagai isyarat untuk menyadarkan Yoel dari kebodohan ini.
"Manusia tolol, maksud lo apaan cium-cium gue seenak jidat?" Karin menggeram menahan suara agar tak berteriak saat itu juga diruangan sunyi ini.
Jika saja keduanya tak ada ditempat yang tak diperbolehkan ramai ini, maka Karin akan berteriak dan memaki-maki Yoel menggunakan seribu makian yang tertahan didalam dadanya.
Hal terakhir yang Karin lakukan sebelum ia pergi melangkah meninggalkan Yoel, adalah menarik daun telinga pemuda itu penuh perasaan dendam, tak lupa juga ia bubuhkan makian kasar sebagai bahan pelampiasan perasaan kesalnya saat ini.
"Yoel bajingan, otak pinter tapi juga tolol plus bodoh, cowok brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just the Two of Us
Teen FictionYoel selalu merasa iri akan kehidupan Karin yang terlihat bahagia. Tetangganya itu memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, pertemanan yang luas dan kisah cinta yang nyaris membuat semua orang merasa cemburu. Entah kenapa Yoel membe...