Huitième

345 24 6
                                    

Irene diantar ke ballroom bawah dan Jihyo berdiri di sana. Wanita itu sekilas melemparkan pandangan memuji, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Di dalam mobilpun dilalui dalam keheningan. Wanita itu rupanya berniat mempertahankan keheningan sampai ke tujuan.

Tetapi Irene tidak tahan, satu-satunya senjata agar dia tidak jatuh dalam pesona Jihyo adalah dengan terus menerus melawannya.

"Kenapa kau ajak aku makan malam di luar?" Akhirnya Irene memecah keheningan itu dengan pertanyaannya.

Jihyo menoleh sedikit dan menatap Irene dengan pandangan malas,

"Aku lapar."

Irene mendengus jengkel mendengar jawaban itu,

"Kau punya 3 koki hidangan internasional di rumahmu." Begitu yang sempat Irene dengar dari obrolan para pelayan.

"Aku sedang ingin makan di luar, dan kau....." Jihyo menatap Irene dengan tatapan - awas kalau kau berani membantah—

"Kau adalah kekasihku, jadi kau harus mendampingiku."

Tentu saja Irene membantah, "Aku bukan kekasihmu!"

"Ya, kau adalah kekasihku. Perempuan yang kutiduri lebih dari satu kali otomatis menjadi kekasihku."

"Bukan!" Irene menyela keras kepala, mukanya memerah mendengar omongan Jihyo yang vulgar itu.

"Irene." Jihyo mengeluarkan suara mengancamnya yang khas,

"Jangan menantangku. Kau tahu aku sedang tidak ingin berdebat denganmu, suasana hatiku sedang buruk dan aku muak dengan semua perlawananmu. Jadi jangan coba-coba memancing kesabaranku."

"Kalau kau muak denganku seharusnya kau lepaskan aku."

"Tidak." Jihyo menjawab cepat,  hanya sepersekian detik setelah Irene menutup mulutnya.

"Hentikan Irene, kau tidak akan kulepaskan."

"Kenapa?'

"Kau tahu kenapa..." Jihyo jelas tampak jengkel.

"Tidak, aku tidak tahu." Jawab Irene keras kepala.

"Karena—." Suara Jihyo sedikit menggeram, dan dalam sekejap wanita itu mencengkeram rahang Irene dengan jemarinya, lembut tetapi mengancam.

"Karena aku sangat suka memasukimu, merasakan kewanitaanmu membungkusku dengan panas, lalu mendengarmu merintih karena orgasmemu. Jelas??"

Sangat Jelas. Dan Jihyo berhasil membuat Irene terdiam. Sepanjang perjalanan mereka tidak berucap sepatah katapun lagi.












Di suatu sudut yang gelap sebuah telephone terangkat, Junmyeon sedang duduk di kursi besarnya sambil merokok. Segelas brandy dengan botolnya yang setengah penuh tampak di sampingnya.

"Sudah berhasil?" Lelaki itu bertanya cepat.

Jeda sejenak, lalu suara dalam di sana menjawab dengan tenang,

"Mereka sudah keluar dari rumah itu. Rencana akan dijalankan nanti ketika mereka pulan

                         
"Bagus, kabari aku kalau sudah beres."

"Baiklah. Anda tidak akan kecewa karena telah menyewa saya untuk membunuh Jihyo Park n."

Telephone ditutup, dan Junmyeon terkekeh dalam kegelapan. Menenggak minumannya, untuk perayaan awal.

Jihyo Park, musuh besarnya. Wanita itu sudah menghancurkan bisnisnya dengan ekspansi yang dilakukannya.

Dan bukan hanya itu, Junmyeon didera oleh perasaan iri dan benci yang luar biasa kepada Jihyo. Entah kenapa Jihyo diciptakan begitu sempurna, dari segi fisik. Sehingga semua wanita berhamburan untuk berlutut di kakinya.

TRAPPED OF DEVIL PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang