"Berani-beraninya kau mengajukan perpisahan kepadaku? Tidak pernah ada seorang pun yang bisa meninggalkan Jihyo Park!"
—
Wajah Irene tampak sedih sekaligus kuat membalas tatapan Jihyo yang membara.
"Aku tidak bisa hidup hanya sebagai pengganti seseorang. Aku juga punya kepribadian sendiri dan aku lelah."
Kemarahan Jihyo yang semula menggelegak langsung surut mendengar perkataan Irene.
Kenapa Jihyo tidak menyadarinya? Yang diinginkan Irene hanyalah pengakuan bahwa dia bukanlah pengganti Joohyun.
Hanya itu.
Dan Jihyo bodoh karena selama ini tidak menyadarinya. Baiklah, jika memang itu yang diinginkan Irene, dia akan memberikannya.
"Ikut aku."
Jihyo mengambil tangan Irene dan membawanya keluar kamar, dia setengah menyeret Irene yang kebingungan menuruni tangga, langsung menuju sayap kebun mawar itu.
Sayap rumah di mana lukisan Joohyun terpasang rapi di balik pintu bernuansa emas.
Para pelayan tampak mengintip mendengar keributan itu, bahkan Daniel juga muncul dari depan dengan waspada.
Tetapi kemudian langsung mundur ketika menyadari bahwa Jihyo membawa Irene ke sayap rumah itu.
Jihyo berhenti menyeret Irene ketika mereka berada di pintu kamar emas itu,
"Kau ingin jawaban bukan?"
Jihyo melangkah masuk dan kemudian keluar lagi sambil membawa lukisan Joohyun yang semula tergantung di dinding. Lalu melangkah dengan langkah berderap marah meninggalkan Irene.
Dengan segera Irene mengikutinya, ingin tahu apa yang akan dilakukan Jihyo kepada lukisan itu. Jihyo melangkah ke halaman belakang, membanting lukisan itu di tanah, dan ketika Irene menyadari apa yang akan dilakukan oleh Jihyo, semuanya sudah terlambat,
"Jangan!!!"
Terlambat.
Jihyo sudah melempar api ke lukisan itu, dan dalam sekejap api itu sudah membakar kanvasnya yang rapuh.
Seluruh lukisan Joohyun yang sedang hamil muda dan tersenyum itu habis menjadi arang tipis yang kehitaman dilalap oleh api yang begitu ganas.
Irene berdiri terpaku menatap sisa pembakaran itu dan menoleh menatap Jihyo dengan bingung.
"Kenapa kau melakukannya?"
"Karena......."
Jihyo tiba-tiba meraih Irene dan merenggutnya ke dalam pelukannya. Ciumannya kasar sekaligus mendamba, penuh gairah. Bibir Jihyo melahap bibir Irene seolah-olah akan mati kalau tidak mencecapnya.
Lidahnya menjelajah dengan bergairah, mencicipi seluruh rasa manis Irene yang sudah lama tidak dicecapnya.
Jihyo memuaskan kerinduannya, amarahnya, dan rasa frustrasinya dalam ciuman itu. Sebuah ciuman menggelora yang hanya dilakukan oleh pasangan yang luar biasa merindu.
Ketika Jihyo melepaskan ciumannya yang membara itu, tubuh Irene lemas hingga Jihyo harus menopangnya.
Dengan gerakan tegas, wanita itu mengangkat dagu Irene dan menghadapkan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Фанфик"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p