"Irene, kita sudah sampai."
Sehun mengguncang bahu Irene lembut. Irene membuka matanya dan menemukan mobil mereka diparkir di sebuah villa tua berwarna putih yang sangat indah dihujani cahaya lampu yang remang-remang.
Sehun turun terlebih dahulu, lalu membuka pintu penumpang dan membantu Irene turun.
Mereka berjalan bersisian memasuki teras rumah, ketika Sehun membuka kunci pintu rumah itu, Irene mengernyit dan bertanya,
"Ini rumah mu Dokter?"
Lelaki itu tersenyum lagi dan menggeleng,
"Bukan, ini properti milik sahabatku yang dititipkan kepadaku, sekarang dia sedang di luar negeri. Kupikir tempat ini adalah tempat yang paling aman untukmu sekarang-sekarang ini.... Kau bisa bersembunyi di sini sementara, karena aku tahu Nona Jihyo pasti sedang sangat marah sekarang dan pasti dia akan menggunakan segala cara untuk mencarimu."
Irene menggigil mendengar kemungkinan itu, dan membiarkan dirinya bawa masuk ke dalam vila itu.
Bagian dalam villa itu sangat indah, secantik bagian luarnya, dengan ornamen Belanda yang kuno dan rapi, tampak begitu nyaman untuk ditinggali."Ayo, kuantar kau ke kamar sementaramu, kau bisa beristirahat di sana, aku yakin kau pasti capek setelah perjalanan panjang."
Sehun melangkah melalui anak tangga dan Irene mengikutinya.
Kamar untuk Irene adalah kamar sederhana yang tertata rapi, dan ranjang bulu angsa berseprai putih di tengah ranjang tampak sangat empuk dan menggoda untuk ditiduri.
Tanpa sadar Irene menguap dan Sehun terkekeh,
"Tidurlah Irene, semoga besok pagi kau bangun dengan lebih segar."
Irene menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih dokter, terima kasih atas segalanya, saya tidak tahu bagaimana harus berterimakasih kepada dokter karena sudah menyelamatkan saya dari Jihyo."
Sehun melangkah ke pintu, senyumnya tampak misterius di balik cahaya remang-remang.
"Tidak apa-apa Irene, aku senang bisa membawamu ke sini."
Lalu lelaki itu melangkah keluar dan menutup pintu dibelakangnya.
—
Irene terbangun karena rasa haus yang amat sangat, dia terduduk di ranjang dan sedikit terbatuk-batuk.
Dengan pelan dia memandang ke sekeliling, masih gelap. Mungkin ini masih dini hari.
Dengan langkah hati-hati Irene turun dari ranjang, dan keluar dari kamar.
Dimanakah dapurnya? Dia ingin minum....
Lorong lantai dua tampak gelap, tetapi ada cahaya putih di ujung sana, mungkin itu dapurnya.... Pikir Irene dalam diam.
Dia lalu melangkah hati-hati menuju cahaya itu, dan terbawa ke sebuah pintu yang sedikit terbuka di ujung lorong.
Irene membukanya, dan tertegun. Ini bukan dapur. Dia sudah hendak membalikkan badan, ketika pandangan matanya terpaku pada sesuatu, dan wajahnya memucat.
Di sana, di salah satu sisi tembok itu penuh dengan foto-foto yang ditempel.
Dan itu bukan foto-foto biasa, itu foto-foto Jihyo sedang melakukan aktivitasnya, beberapa di antaranya ada Jihyo yang sedang bersama Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Fanfiction"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p