Kebebasan keluar masuk kamar ini dinikmati oleh Irene sepenuhnya. Oh, dia memang masih bermaksud pergi, tapi tidak sekarang. Dia masih trauma akan kejadian itu.
Setidaknya di rumah ini dia aman. Daniel masih mengawasinya diam-diam ketika dia mondar-mandir keluar kamar, terutama ketika dia berjalan-jalan di taman. Tetapi Irene belajar untuk mengabaikannya.
Sore itu, suasana rumah sangat sepi, dan Irene berjalan menelusuri area lantai satu rumah itu. Rumah itu sangat luas dengan lorong-lorong yang tidak tahu akan menuju kemana, sepertinya tidak cukup satu hari untuk menjelajahi keseluruhan rumah itu.
Irene berhenti di sebuah pintu yang terbuka dan sedikit mengintip. Dia terpesona menemukan rak-rak tinggi yang memenuhi dinding-dindingnya, penuh dengan buku!
Dengan bersemangat Irene memasuki ruangan itu, dan berdiri terkagum-kagum sambil mengamati buku-buku di dalam rak itu.
Jihyo rupanya penggemar buku-buku sastra klasik, berbagai bacaan tampak menggoda siap untuk dinikmati,
"Kau sepertinya suka membaca."
Suara Jihyo mengejutkan Irene, dia menoleh dan saat itu baru menyadari kalau Jihyo duduk di sudut ruangan, di meja kerjanya yang besar dan mempelajari berkas-berkas perusahaannya, wanita itu menatapnya dengan mata cokelatnya yang tajam.
Dengan angkuh Irene mendongakkan dagunya,
"Ya aku suka membaca, tetapi buku-buku mahal di sini termasuk yang tidak bisa kubeli." Irene tanpa sadar mengernyit.
"Kau boleh membaca di sini."
Jihyo menawarkan tampak begitu berbaik hati. Tetapi Irene merasakan ada sesuatu di sana, sesuatu yang berbeda yang sedikit menakutkan baginya.
Ketegangan seksual yang memenuhi ruangan ini terasa begitu tidak nyaman. Dan meskipun tawaran Jihyo terasa begitu menggoda, Irene tidak berani.
"Aku tidak akan mengganggumu." Jihyo mengangkat alis melihat Irene nampak ragu-ragu.
"Aku tidak akan mengganggumu, Irene." Wanita itu mengulang lagi kata-katanya,
"Aku bahkan tidak akan berdiri dari kursi ini." Irene menatap Jihyo curiga
"Tidak bisakah aku meminjam buku-buku ini dan membawanya ke kamarku?" Jihyo menggelengkan kepalanya.
'Oh, tentu saja bisa.' Gumam Jihyo dalam hati.
Tetapi dia akan kehilangan kenikmatan menggoda Irene, dia ingin Irene terpaksa berada di ruangan ini, bersamanya.
"Tidak bisa buku-buku itu mahal, aku tidak yakin kau akan menjaganya dan tidak merusakkannya."
Kata-kata Jihyo terasa menyinggung Irene. Jangan-jangan Jihyo bahkan menyangka Irene ingin mencuri buku-buku mahalnya.
Kurang ajar wanita itu. Tetapi ajakan Jihyo untuk membaca buku di ruangan yang sama terasa begitu menggoda.
Dan wanita itu jelas-jelas menantangnya, menyadari betapa besarnya ketegangan seksual di antara mereka, dan memaksa Irene menunjukkan diri apakah akan menjadi pengecut ataukah berani menghadapi Jihyo.
Irene sedikit mengentakkan kakinya dan melangkah mendekati sofa, diambilnya salah satu buku di rak itu dan dia duduk, berusaha tampil nyaman di sana.
Jihyo tersenyum. Gadis itu jelas-jelas ingin menantangnya. Dan kehadiran Irene di ruangannya sangat menarik perhatiannya, dia bahkan tidak tertarik lagi akan pekerjaan di mejanya.
Dilipatnya kedua tangannya di meja dan dia mengamati Irene yang sedang berakting membaca itu dengan intens.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Irene akhirnya mencetuskan apa yang ada di dalam pikirannya, Jihyo sudah sejak beberapa menit lalu hanya duduk dan menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Fanfiction"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p