Irene melaksanakan ancamannya. Dia mogok makan. Di hari pertama Jihyo masih menganggap remeh ancaman Irene yang kekanak-kanakan itu, dan menertawakannya.
Tetapi sekarang sudah hampir dua hari, dan Daniel melapor bahwa Irene sama sekali tidak menyentuh makanan dan minumannya.
"Sama sekali?"
Jihyo berdiri dari duduknya dan menatap Daniel frustrasi.
"Dia sama sekali tidak menyentuh makanannya, kami meletakkan makanannya di kamar dan dia hanya tidur di sana. Ketika kami menengok nampannya, dia tidak menyentuhnya sama sekali, bahkan minumannya pun tidak disentuhnya. Anda harus melakukan sesuatu sebelum perempuan itu membahayakan dirinya sendiri." Jawab Daniel datar, meskipun ada nada khawatir di sana.
"Aku akan menengoknya."
Jihyo melangkah memasuki kamar putih itu, dan menemukan Irene terbaring lemah di ranjang. Perempuan ini benar-benar keras kepala.
"Kenapa kau tidak memakan makananmu?"
Jihyo mendesis menahan kemarahannya.
"Apakah kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
Irene membalikkan badan dan menatapnya, membuat Jihyo mengernyit, wajah Irene tampak pucat dan bibirnya kering, perempuan itu juga tampak lemah.
"Kau harus memakan makananmu Irene, kalau tidak kau akan sakit dan membahayakan dirimu sendiri."
Irene menggelengkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dari Jihyo.
Jihyo mengacak rambutnya frustrasi.
"Oke, Kau mau apa?! Kau ingin bebas? Baik! Kau akan dapatkan apa yang kau mau, asalkan kau mau makan!"
Pernyataan itu membuat Irene menolehkan kepalanya lagi menatap Jihyo, dia berdehem, tenggorokannya terasa kering membuatnya susah berbicara, perutnya terasa nyeri, dan kepalanya pusing.
"Kau—berjanji....?" Gumamnya lemah.
Jihyo menatap Irene marah,
"Kau pikir aku bisa berbuat lain?? Aku berjanji, kau bisa pegang janji seorang Park Jihyo. Sekarang, biarkan aku membantumu minum!"
Sambil berdehem kembali karena tenggorokannya sakit, Irene berusaha menantang tatapan marah Jihyo dan membaca arti yang tersirat di dalamnya.
Ya, Park Jihyo selalu menjunjung harga dirinya, dia tidak akan mengingkari janji. Setelah merasa yakin, Irene menganggukkan kepalanya.
"Astaga Irene."
Jihyo mendesah lega, meraih gelas air putih yang tak tersentuh, tak jauh dari ranjang, lalu duduk di samping ranjang dan membantu Irene duduk.
"Kau bisa minum?"
Irene haus sekali, dan keinginannya yang paling besar adalah langsung minum dari gelas itu dengan sekali teguk.
Ketika menerima gelas itu, Irene langsung meneguknya dengan rakus, tetapi berhenti di tegukan pertama karena tersedak dan sakit di tenggorokannya.
"Pelan-pelan." bisik Jihyo lembut, menjauhkan gelas itu dari Irene,
"Gadis keras kepala." Gerutunya, lalu meneguk minuman di gelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Fanfic"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p