XIXe

337 22 1
                                    

Diam-diam Irene tersenyum mendengar nada tersiksa dalam suara Jihyo.

Rasakan kau, Nona Jihyo Park yang arogan, soraknya dalam hati.

"Aku—aku pusing, maukah kau memijit kepala dan pundakku?"

Mata Jihyo menyala ketika menatap mata Irene. Perempuan ini menatapnya tanpa dosa. Tidakkah dia tahu bahwa permintaannya ini menambah penderitaan Jihyo? 

Memijit Irene? Dalam kondisi bergairah dan ingin dipuaskan seperti ini? Bagaimana Jihyo bisa menahan diri, ketika jemarinya menyentuh kelembutan kulit Irene di tangannya?

"Oke, berbaliklah."

Jihyo menggeram lagi. Irene tidak pernah meminta tolong kepadanya, dan kalau Irene melakukannya, itu berarti Irene benar-benar kesakitan.

Jemari Jihyo bergerak menyentuh kepala Irene, ke helaian rambut seperti sutera yang terasa lembut di jemarinya.

Helaian itu biasanya adalah tempat Jihyo menenggelamkan kepalanya ketika dia mencapai orgasmenya yang luar biasa nikmat di atas tubuh isterinya.....

Sial! Jangan pikirkan tentang itu, Park!

Jihyo memijit dan seolah belum cukup siksaannya, selama proses itu, Irene terus menerus mendesah keenakan karena pijatan Jihyo.

Bahkan kadang mengerang, persis seperti erangannya ketika Jihyo mencumbunya, dan itu luar biasa menyiksanya.

Kejantanan Jihyo sudah berdenyut-denyut, dan merasa dirinya hampir meledak karena gairah, gairahnya kepada Irene.

"Sudah cukup?"

"Aku masih sedikit pusing di sisi ini."

Irene memiringkan kepalanya, memamerkan pundaknya yang hangat dan halus, membuat Jihyo ingin mengigit lembut di bagian lunak di sebelah sana...

Sial. Sial. Sial!

Sambil terus memijit Irene, Jihyo menyumpah terus menerus dalam hati.

Kemudian ketika Irene tampak santai, Jihyo melepaskan pijitannya dengan hati-hati.

Bagus. Irene sudah tertidur. Sekarang mungkin dia akan mandi dengan air dingin, kalau tidak dia akan terbakar semalaman di atas ranjang ini.

Menderita karena tak terpuaskan. Dengan tak kalah hati-hati, Jihyo bergerak turun dari ranjang, hendak melangkah ke kamar mandi.

"Jihyo~"

Hampir saja Jihyo mengerang mendengar panggilan Irene.

"Apa Irene?" Desis Jihyo serak

"Sekarang aku sudah tak pusing lagi."

A little bit mature part 🔞

Hening.

Jihyo tertegun sejenak, kemudian menyadari arti kata-kata Irene, dia langsung membaringkan kembali tubuhnya di ranjang, sepenuh gairahnya.

"Bagus." Bisiknya parau lalu membalikkan tubuh Irene dan melumat bibirnya tanpa ampun.

Gairahnya yang menggelegak tidak ditahan-tahannya lagi, Jihyo menyentuh Irene di mana-mana, menikmati kepemilikannya atas tubuh isterinya, menikmati betapa tubuh Isterinya yang lembut dan hangat itu menggelenyar di setiap sentuhannya.

Payudara Irene tampak lebih berisi, mungkin karena kehamilannya. Ketika akan menyentuhnya seperti biasanya, Jihyo tertegun dan menatap Irene,

"Apakah aku akan menyakitimu?"

TRAPPED OF DEVIL PARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang