Kehidupan perkawinan mereka berlangsung seperti yang seharusnya. Setiap malam Jihyo selalu menyentuhnya, gairahnya seperti tak pernah habis.
Tetapi hanya itulah saat mereka bisa dekat. Irene mengernyit menyadari bahwa dia hanya bisa dekat dengan suaminya ketika mereka bercinta.
Jihyo memang berubah menjadi pribadi yang lebih baik, dia tidak pernah kasar dan memaksakan kehendaknya lagi.
Wanita itu hanya mengangkat alisnya ketika Irene mulai membantah kata-katanya, kemudian melangkah pergi memilih menghindari konfrontasi.
Pernikahan mereka sudah berlangsung hampir dua bulan dan Irene masih merasakan ada yang mengganjal di hatinya.
Oh ya, dia menyadari bahwa landasan pernikahan ini sudah salah dari awal. Hanya berlandaskan kontrak kerja yang dilapisi hasrat.
Belum lagi alasan yang tidak mau diakui Jihyo, bahkan sampai sekarang ini, bahwa Irene hanyalah pengganti Joohyun.
Irene tidak pernah lagi mengunjungi sayap rumah yang menyimpan lukisan Joohyun itu, dan Daniel bahkan sudah tidak pernah menyinggung tentang isteri pertama Jihyo lagi.
Irene curiga bahwa Jihyo melarang Daniel dan semua orang di rumah ini membahasnya. Karena Jihyo sendiri pun tampak tak pernah menjelaskannya, Irene menjadi semakin bingung.
Akan seperti apakah pernikahan ini nantinya? Salahkah ia ketika menerima lamaran Jihyo waktu itu? Dan satu lagi pertanyaan yang mulai mengusik hatinya, apakah ia mencintai Jihyo?
Semakin Irene mencoba memikirkannya, semakin kepalanya terasa sakit. Ah, dia memang sering merasa pusing akhir-akhir ini, pusing yang aneh karena timbul tenggelam tanpa tahu waktu.
"Irene?" Jihyo tiba-tiba sudah ada di depannya,
"Kau kenapa?"
Wanita itu mengernyit melihat Irene yang berjalan terhuyung-huyung sambil berpegangan di dinding lorong.
Irene mencoba berdiri tegak, tetapi pusing kali ini benar-benar menyerangnya dengan kuat sehingga dia oleng.
Seketika itu juga Jihyo langsung menangkapnya.
"Irene?"
Suara panik Jihyo masih terdengar sebelum semuanya ditelan dalam kegelapan.
-
"Nyonya Park hamil, selamat Nona."
Dokter tua itu menyalaminya dengan penuh semangat,
"Akhirnya ada calon penerus nama Park yang akan terlahir."
Jihyo pucat pasi. Dokter itu terus berceloteh tentang kehamilan dan calon bayi mereka, tetapi yang ada di benak Jihyo hanyalah mimpi buruk.
Mimpi buruk yang selama ini coba dia lupakan, tetapi sekarang kembali datang menghampirinya.
Jihyo menyuruh Daniel mengantar kepergian dokter itu, dan kemudian Daniel kembali dan menatap Jihyo dengan cemas. Lelaki itu tentu tahu apa yang berkecamuk di dalam hati Jihyo.
"Dia hamil."
Jihyo mengulang pemberitahuan dokter tadi, meskipun dia tahu Daniel sudah mendengarnya, dia hanya ingin mengucapkannya supaya benar-benar yakin bahwa mimpi buruk itu ternyata telah menjadi nyata.
"Kondisi Nyonya sangat sehat Nona....."
"Sehat katamu??" Jihyo membentak marah,
"Dia tadi pingsan di depanku, tampak pucat dan begitu lemah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Fanfic"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p