Irene masih termangu di ranjang, lalu kilasan rasa sakit di antara pahanya menyadarkannya. Noda darah itu tampak mencolok di seprai putih itu, tampak menertawakannya.
Sungguh ironis, keperawanannya terenggut oleh wanita brengsek berhati iblis yang ingin dibunuhnya.
Tubuh Irene gemetar, dipenuhi oleh rasa campur aduk yang menyesakkan ketika dia mencoba berdiri.
Noda merah di ranjang itu sangat mengganggunya, hingga dengan kasar Irene merenggut seprai itu dan membantingnya ke lantai.
Napas Irene terengah-engah dan entah kenapa kemudian tubuhnya ambruk ke lantai, menangis penuh emosi.
Ingatannya melayang kepada ayah dan ibunya, kepada dendamnya yang belum terbalaskan, dan kepada nasibnya yang membuatnya terperangkap di sini, dalam cengkeraman musuh besarnya.
Kini dia terpuruk di sini, dalam cengkeraman Jihyo, dan yang sangat menyakitkan dia tidak berdaya menghadapi wanita iblis itu.
Irene mengusap air matanya tiba-tiba. Tidak! Dia sudah cukup menangis, dia harus melawan, dengan segala cara!!
Dengan pelan Irene melangkah ke kamar mandi, dia harus mandi dan menghapus semua jejak dan noda yang ditinggalkan Jihyo di tubuhnya. Jihyo boleh saja menodainya, tetapi bukan berarti wanita itu memilikinya.
Irene wanita bebas, wanita bebas yang bertekad untuk menghancurkan Jihyo. Tunggu saja, dia hanya belum punya kesempatan.
–
Irene hanya duduk di kursi putih itu putus asa sebab setelah sekian lama berkeliling ruangan, memeriksa setiap sudut di kamar mandi dan jendela, tetap benar-benar tidak ada celah yang bisa digunakan sebagai jalannya untuk melarikan diri.
Putus asa, Irene duduk sambil memeluk lututnya, kalau begini, bagaimana caranya dia bisa keluar dari rumah ini?
Sedangkan keluar dari kamar ini saja dia tidak mampu. Matanya melirik ke pintu kamar. Pintu yang terkunci itu satu-satunya jalan.
Tetapi yang bisa keluar masuk dari pintu itu hanya Jihyo, dan juga seorang lelaki bertampang dingin bernama Daniel, yang selalu ada di sebelah Jihyo setiap ada kesempatan.
Lelaki bertampang dingin itu sepertinya ditugaskan untuk mengantarkan makanannya.Pikiran Irene berputar. Memang rasanya tidak mungkin, jika tidak dicoba dia tidak akan tahu. Seperti sudah diatur, pintu kamar itu terbuka, dan Irene langsung terduduk tegak waspada, menanti siapapun yang akan masuk.
Daniel muncul di sana membawa nampan makanan, wajahnya datar tanpa ekspresi seperti biasa. Dan Irene langsung sengaja memasang wajah kesakitan,
"Aku minta tolong....." Rintihnya sesakit mungkin. Daniel mengernyit dan mendekat,
"Ada apa nona?'
"Aku... aku mau muntah... tolong aku." Irene meremas perutnya, berusaha se-meyakinkan mungkin.
Dan sepertinya Daniel tidak curiga, lelaki itu mendekat, dan menatap Irene,
"Kau mau dibantu ke kamar mandi?" Irene mengangguk lemah.
Dengan tangan kuatnya, Daniel membantu Irene berdiri dan memapah tubuh Irene yang lunglai ke kamar mandi.
Ketika Daniel membuka pintu kamar mandi, Irene berakting seolah-olah muntahnya akan keluar, hingga Daniel langsung bergegas membawanya ke kamar mandi. Di wastafel, Irene menundukkan kepalanya seolah-olah akan muntah hebat.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED OF DEVIL PARK
Fanfiction"Aku mau dia" "Berapa harga mu" "Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada Anda" "Tidak ada sesuatu pun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya," Jihyo g!p