Linka yang baru saja selesai menyantap sarapan segera beranjak keluar dari kamarnya untuk mencuci piring di dapur umum.
Sejatinya, Linka tidak termasuk ke dalam tipe orang yang terbiasa dengan makan pagi sebelum beraktivitas oleh sebab beberapa alasan. Namun, khusus hari ini memang agak berbeda karena Bu Dina tiba-tiba saja mengetuk pintu kamarnya guna mengantar sepiring nasi kuning beserta menu pelengkapnya yang memang dibuat khusus untuk seluruh penghuni kos. Tentu Linka tak mungkin menolaknya begitu saja, bukan?
Selepas piring dan sendok tercuci dengan bersih, Linka pun lekas saja membasuh kedua alat makan tersebut sampai busanya hilang.
“Kak.”
Suara berat yang muncul tanpa peringatan di dekatnya sontak saja membuat Linka terkejut, hingga ia tak sengaja menjatuhkan sendok di tangannya ke wastafel dan menimbulkan bunyi yang sangat jauh dari kata pelan. Tentu Linka langsung merasa panik sebab khawatir akan mengganggu penghuni yang lain.
“Eh, maaf Kak, gue nggak ada maksud buat ngagetin lo, kok. Suer!” Si pemilik suara yang ternyata adalah Erga tampak sama paniknya. Karena merasa bersalah, ia bahkan langsung melanjutkan pekerjaan Linka tanpa diminta sebelum mencuci piring kotor miliknya sendiri.
Linka kemudian memandang Erga dengan alis yang tertaut. “Lagian tiba-tiba muncul gitu aja,” ujar gadis yang rambutnya dicepol itu, menyisakan poni tipis yang jatuh menutupi di dahi. “Tapi, makasih udah dilanjutin.”
“Aduh, nggak perlu bilang makasih, Kak. Ikhlas kok gue,” Erga membalas seraya memamerkan cengiran lebarnya.
Mendengar itu membuat Linka tak kuasa menahan senyum. Setelah mencoba mengenalnya selama beberapa hari ini, sosok Erga selalu berhasil mengingatkan Linka pada Langit, adik laki-lakinya sendiri yang kebetulan sebentar lagi akan masuk kuliah.
“Kak,” panggil Erga yang mendadak terlihat malu-malu, “salting nih gue, kalau lo liatin gue kayak gitu terus sambil senyum.”
Nah, inilah masalahnya. Erga tak melihat Linka sebagai sosok kakak perempuan. Karena pada suatu waktu, ia dengan sendirinya pernah mengakui kalau ia memiliki rasa ketertarikan terhadap Linka. Dan, Erga bahkan mengatakannya ketika beberapa penghuni tengah berkumpul di ruang tamu sehingga apa yang dilakukannya itu pun sontak mengundang kehebohan saat itu juga.
Linka mulanya memang merasa tak nyaman. Namun, ketika Erga berulang kali meminta maaf dan berkata kalau ia sama sekali tak berniat untuk meminta Linka menjadi pacarnya, lama-kelamaan Linka mulai bisa menerima situasi tersebut. Selama ini Erga pun memang tak pernah melakukan hal-hal aneh selain mengajaknya berbincang dan bercanda. Karenanya, kini Linka tak lagi terlalu memikirkan hal tersebut.
“Ya udah, nggak aku liatin lagi kalau gitu,” sahut Linka yang saat itu memang ingin memasak air untuk menyeduh teh manis hangat.
“Kak Linka mau bikin apa, tuh?” tanya Erga dengan pandangannya yang terus mengikuti pergeraan Linka.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You After Midnight [END]
Romantizm[Reading List @RomansaIndonesia Kategori Cerita Bangku Kampus - Oktober 2023] Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untuk jatuh cinta pada Aldio Zefran Waranggana, seorang kakak tingkat dengan sejuta pesona. Bukan soal fisik belaka, melainkan...