Chapter. 19

299 30 2
                                    

Build menatap tumpukan map-map dihadapannya tanpa minat, sudah hampir tengah malam tapi dokumen-dokumen itu belum juga dia selesaikan sementara Apo, dia tidak tahu kemana perginya sahabatnya itu, dia curiga Apo sedang berada di ruangan pacarnya.

Build menatap sekeliling, kantor sudah hampir sepi, hanya tersisa dirinya dan 2 karyawan lain yang sibuk dengan komputer di hadapan mereka. Dia mendesah berat, tubuhnya terasa letih, tulang punggungnya serasa retak karena duduk dalam kurun waktu lama. Bahkan sekarang kepalanya mulai terasa berdenyut nyeri.

Dari kejauhan seorang pria datang kearah mejanya, Job dengan secangkir kopi di tangan. Kopi itu diletakkan diatas meja. Build menatap manajernya itu lalu tersenyum simpul, dia menghentikan kegiatannya. Dia menatap dua karyawan lain diruangan itu yang ternyata masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Hanya berjaga-jaga jika kedua orang itu tertarik memperhatikan dirinya dan Job, namun sepertinya tidak.

"Pak? ada apa?" tanya Build basa-basi.

Job melirik cangkir kopi di atas meja, "bawain kamu kopi, saya liat kamu cape banget."

Build tersenyum kecil sambil sesekali melirik dua karyawan lain. "Tapi sebenarnya bapak gak perlu repot-repot."

"Ngapapa kok, saya yang mau."

Build tertunduk malu, dia menatap kopi hitam yang masih mengepul, kelihatannya nikmat. Dia menatap Job ragu-ragu membuat gestur meminta izin untuk meminum kopi buatan Bosnya itu.

Job mengangguk sambil tersenyum.

Dia memilah map-map diatas meja kerja Build.

"Lo ngerjain sebanyak ini?"

Build mengangguk sambil tangannya terus menari di atas keyboard komputer, lalu berhenti setelah menyusun satu kalimat lain disana.

"Kenapa ngga bagi tugas ke yang lain?"

"Ini tugas gue, mana mungkin gue kasi ke orang lain." Build ikut berbicara santai setelah Job lebih dulu melakukan itu.

"Tapi ini kan kerjaan departemen kita juga, jadi ngga ada salahnya dong kamu bagi ke yang lain." Job tampak mengerutkan dahi.

Build memutar kursinya menghadap Job. "Tapi ini tugas gue dan kalo gue serahin ke yang lain, mereka ga akan paham."

"Ya tinggal lo aj—."

"Udah Job, gue cuma ga mau ngerepotin orang lain, lagian ini emang tugas gue."

Job menghela nafas, dia menarik kursi kosong di sebelah Build lalu menggeser kursi milik Build menjauh, dia mengambil alih tempat Build.

Build yang terkejut langusng berdiri dari kursinya. "Job, lo ngapain?" tanyanya pada Job yang kini sudah mengetikkan sesuatu di komputernya.

"Ini data yang di tabel tinggal di salin kan?"

"Iya, tapi ini tuh kerjaan gue. Lo gak boleh gitu dong." Build berusaha mengambil alih tempatnya kembali tapi Job enggan menyingkir. "Job, udah minggir."

"Udah sstt, diam. Lo duduk aja disitu istirahat biar gue kerjain ini."

Build menatap Job meringis, dia hanya merasa tidak enak hati dengan Job. Dia tidak ingin dianggap memanfaatkan perasaan Job untuk hal semacam ini. Apalagi saat ini dua karyawan lain yang ada diruangan itu sempat menatap kearah mereka. Build tidak ingin ada gosip yang menyebar tentang dirinya yang sedang memperbudak atasan mereka.

"Job, please biarin gue kerjain ini sendiri, ini tugas gue." bisik Build memohon.

"Gue bilang lo duduk aja istirahat, biar gue selesaiin ini."

Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang