28. PILU

5 2 0
                                    

HAPPY READING!!
.
.
.
.

"Abang-abang kamu apa kabar?" Tanya ku menanyakan keadaan semua anggota black moon gang.

"Abang-abang semua baik, abang-abang semua nanyain kakak, berharap kakak main lagi ke markas, mereka juga kangen katanya sama kakak" ucapnya.

"Gitu ya, maaf ya aku jarang main, nanti kalo kamu ketemu sama mereka ucapin salam ya dari aku"

"Siap kak!!" Jawab dia dengan tangan menghormat ke arah ku.

Gak habis pikir aku sama tingkah laku dia.

Kini aku dan Kai berada di taman Rumah Sakit, kami berdua sedang mengobrol santai.

Kai banyak bercerita padaku tentang keluarganya, kalo di denger-denger sakit juga.

"Papah selalu pukul kami, jika kakak tau badan Abang, badan dia penuh dengan luka, Abang selalu nyelametin aku setiap kali aku kena pukul" ucap dia sembari menunduk.

"Kenapa kalian di pukul?"

"Aku juga gak tau, kami selalu di pukul kalo nilai kami jelek, nilai adalah segalanya bagi papa, kata papa jika kami ga dapet nilai bagus dan ga pinter kami ga punya masa depan"

"Kamu ngingetin aku di masa lalu, tugas kamu sekarang, kamu harus buktiin bahwa kamu itu bisa, bahwa nilai kamu itu bagus, semangat kai, kamu pasti bisa kok"

"Kakak dulu gitu? terus gimana? kok kakak bisa masuk universitas favorit sih, aku jadi pengen kaya kakak" tanya nya antusias.

"Aku dulu ga se pinter sekarang, tapi semakin aku besar aku semakin mikir, bahwa aku gak bisa gini terus, aku  harus keluar dari zona nyaman, pas masuk SMA aku terus belajar karena aku ingin mencapai semua yang aku mau dan lulus SMA aku dapet beasiswa, aku masuk jurusan kedokteran dan aku juga keterima di univ ku sekarang" ucap ku pada kai, aku berucap seperti itu berharap kai termotivasi atas apa yang aku pernah alami.

"Kak? kakak hebat banget, do'a in aku ya, semoga aku bisa kaya kakak"

"AAMIIN" ucap ku meng aamiin kan keinginan kai.

Tak lama kai pamit pulang padaku.

"Kak aku pulang dulu ya, udah malem juga, kakak juga pulang ya, hati-hati di jalan ya kakak, bye kak"

"Bye, hati-hati di jalan juga, jangan ngebut" ucap ku mewanti-wanti kai, karena dia orangnya tengil banget.

Kai sudah pergi sementara aku masih ada di taman RS, sendirian. Pikiran ku tiba-tiba tertuju pada 1 nama, yaitu Langit.

Langit apa kabar ya?

Apa dia baik-baik aja?

Perasaan sakit itu masih belum hilang, rasa sakit, marah, dan kaget bercampur menjadi satu. Kenapa harus aku?

Aku juga ingin merasakan bahagia bersama orang yang aku sayang. Rasanya aku ingin teriak ke telinga Langit dan bilang.

"GW SAYANG SAMA LO, GW TAKUT LO KENAPA-NAPA, GW JUGA TAKUT SENDIRI, GW UDAH GAK ADA RUMAH SEKARANG, RUMAH GW CUMAN LO!!"

Tetapi apa daya, semua telah berubah dalam hitungan detik. Belum sempat aku mengobrol dengan nya, kami sudah terlanjur asing .

Lang? bisa kamu balik ke aku?

Kalimat itu yang selalu aku ucapkan.

Pipi ku kini telah basah karena air mata, air mata ku sudah tidak bisa di tahan lagi. Cuaca malam ini sangat dingin dan sialnya aku tidak memakai jaket, aku juga memakai baju pendek, emang bego.

Aku memutuskan untuk kembali ke mobil yang segera pulang.

***

"Ja, Langit kecelakaan, dia terus manggil-manggil nama lo"

Itu pesan yang terkirim oleh Anggara.

Kenapa dia memberitahu ku? apa urusannya sama aku? kan dia udah punya pacar.

Aku tidak membalas pesan itu dan aku langsung saja memasukkan handphone ku kedalam saku jaket ku.

Sepanjang aku berjalan di koridor kampus, handphone ku terus berbunyi.

Riweh banget Anggara.

Aku yang kesal karena handphone ku terus berbunyi itu pun memutuskan untuk berhenti dan mengeluarkan handphone dari saku jaket, lalu aku mengangkat telpon dari Anggara.

"Halo ja, halo" ucap Anggara dengan suara yang terdengar panik

"Apa?!" Ucap ku sedikit ngegas

"Ja, gw mohon kerumah sakit sekarang, Langit butuh lo ja" ucapnya.

"Tapi gw gak butuh dia!" Jawab ku tanpa belas kasihan.

"Ja, plis, kali ini aja, Langit bener-bener butuh lo"

"Dia udah punya pacar, masa iya gw yang dia butuhin, suruh pacar nya aja sana"

"Jaa"

Aku langsung mematikan saluran telpon itu, Anggara terus mengirimkan pesan dan terus menelpon ku. Mungkin ada 100  pesan lebih juga telpon dari Anggara, aku mengabaikan itu semua.

Aku segera masuk ke dalam kelas dan langsung memberitahu Michel bahwa pacarannya itu kecelakaan.

"Chel pacar lo kecelakaan tuh, katanya dia sekarat" ucap ku tanpa berpikir.

Michel yang mendengar itu pun langsung melebarkan matanya dan langsung berdiri.

"HAH?! YANG BENER JA, JANGAN BOONG" Ucapnya penuh ke khawatiran.

"Siapa yang boong sih, tadi gw denger dari temen-temen yang ada di depan, katanya Langit kecelakaan" ucap ku.

Michel langsung berlari keluar kelas, mungkin hendak mencari keberadaan Langit. Di sepanjang jalan Michel terus menelpon Langit, tetapi Langit tidak mengangkat nya.

Michel pergi ke beberapa rumah sakit, menanyakan keberadaan Langit di sana, namun hasilnya zonk. Langit tidak bisa di temukan oleh Michel.

Saat aku sedang duduk santai di kelas, Anggara mengirimkan pesan padaku.

"Itu lokasi rumah sakit tempat Langit di rawat, gw harap lo kesini ya, dia bukan mau pacarnya, tapi dia mau lo."

Aku tidak bisa berbohong, aku sangat khawatir akan keadaannya sekarang, namun apa daya dia sudah terikat hubungan dengan teman ku, aku tidak mau menganggu mereka.

Aku harus merelakan semua perasaan ku kepada Langit, tanpa terkecuali, rasanya sakit jika mengingat hari itu, hari di mana dia mengungkapkan perasaannya kepada Michel, hari mereka menjalin hubungan, aku tidak bisa melupakan itu semua.

Andai waktu bisa di ulang, mungkin kita ga bakal pernah asing Lang, aku kangen Bunda, Bunda apa kabar Lang? Apa baik? namun untuk sekarang aku tidak yakin kalo Bunda baik-baik saja, karena kabar yang tak pernah mau Bunda dengan yaitu  kecelakaan, aku takut Bunda sakit Lang, setelah dapet kabar kamu.

Entah kapan aku bisa menemui kamu lagi, rasanya sulit apalagi keadaan sekarang sudah berbeda, tetapi aku akan usahakan untuk bertemu kamu, tunggu aja ya, maaf aku banyak mengecewakan mu Lang

Maaf Lang....

꧁•⊹٭𝚃𝙾 𝙱𝙴 𝙲𝙾𝙽𝚃𝙸𝙽𝚄𝙴𝙳٭⊹•꧂

ANTARA BANDUNG, AKU, KAMU DAN KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang