Hujan.
Tidakkah kalian merasa banyak manusia yang membencinya?
Bukankah karena hujan, tumbuh-tumbuhan dapat hidup?
Bukankah karena hujan, ikan-ikan di sungai bisa bersenda gurau?
Tapi karena hujan pula, Seokjin dan Jungkook ???
Sore itu, langit mendung menyapa sisi bagian barat tempat seorang lelaki cantik bermata bambi yang tengah meringkuk kedinginan di sisi tepi sebuah bangku minimarket dekat dengan kampusnya.
Anak laki-laki yang sangat takut dengan hujan sebab saat air-air itu berlomba untuk turun dari langit, Jungkook akan selalu merasa kesepian.
Tukkk.
"Hyungie, kamu disini?"
Jungkook mendongak saat tangan yang sangat ia hafal itu milik siapa tengah menyapa lembut pundak ringkihnya.
"Syukurlah hyungie disini, Kookie takut hyungie."
Melihat orang yang ia cintai berdiri di samping tempat duduknya, tak ayal membuat Jungkook berdiri dan langsung memeluknya. Ia Kim Seokjin, pria hebat yang berhasil meluluhlantakkan hati seorang Jeon Jungkook yang dikenal pendiam dan tak pernah mau berinteraksi dengan siapapun sebab dirinya yang miskin itu selalu di bully oleh teman-temannya bahkan sejak ia masih ada di tingkat sekolah dasar.
Namun pertemuannya dengan Kim Seokjin, ternyata mampu membawanya pada sebuah takdir yang dapat merubah hidup Jungkook hanya dalam hitungan hari. Seorang kakak kelas dan ketua Osis yang sangat terkenal bahkan tidak hanya di SMA tempatnya mengemban ilmu, tapi juga di sekolah lain karena segudang prestasinya dalam mengharumkan nama sekolah tercinta, mampu menarik sedikit perhatian Jungkook. Parasnya yang tampan selalu menjadi pusat perhatian namun Jungkook tak pernah berani menatapnya selama ini.
Tak butuh waktu lama untuk Seokjin berhasil mendekati sosok yang diam-diam ia perhatikan sejak ia menjadi kakak pembimbing kelompoknya pada masa orientasi. Bahkan Seokjin sangat tau bahwa Jungkook selalu menjadi pusat perundungan kakak kelas bahkan teman setingkatnya. Seokjin juga tidak diam, dibalik Jungkook yang tak tau menahu jika orang-orang yang membullynya selalu mendapat sanksi setelah melakukan hal jahat padanya itu, malah semakin tersiksa karena setelah penjahat-penjahat itu mendapatkan sanksi sudah pasti keesokan harinya mereka akan berlaku lebih kejam lagi pada Jungkook.
Siapa sangka menaklukkan hati Jeon Jungkook tidaklah mudah. Tapi saat lelaki bergigi kelinci itu telah membuka sedikit celah hatinya untuk dimasuki, Seokjin malah dengan sengaja membuka lebih lebar lagi sampai ia berhasil memasukinya lebih dalam. Dan saat Jungkook menerima cintanya untuk pertama kali di sebuah acara pesta api unggun yang diadakan oleh Osis atas ijin pihak sekolah, itu malah menjadi mala petaka bagi keduanya.
****
Beberapa waktu setelah keduanya resmi menjalin hubungan, surat kaleng yang berisi ancaman-ancaman selalu Jungkook dapatkan paling sering dua hari sekali. Tidak sampai pada itu, bahkan teror selalu ia dapatkan setelah ia pulang ke tempat yang ia sewa bulanan sebab jarak sekolah dengan rumahnya begitu jauh. Ayah dan ibu Jungkook adalah seorang buruh perkebunan di desa nan jauh dari pusat ibukota, Seoul, tempatnya mencari ilmu. Sebenarnya Jungkook menolak untuk bersekolah di Seoul, namun karena prestasi gemilangnya, ia sampai mendapat rekomendasi dan beasiswa dari pemerintah daerah setempat untuk melanjutkan sekolah tingkat atas di kota besar itu.
Pada masa awal hubungan keduanya, Jungkook sudah sempat menyerah. Ia tak masalah jika harus dibully bahkan sampai mendapatkan teror seperti itu. Tapi ia tak akan sanggup jika harus melihat Seokjin yang ikut-ikutan dijauhi teman-temannya. Perlu sedikit kalian ketahui bahwa Seokjin sebenarnya tak begitu peduli dengan hal tersebut. Itulah sebabnya ia memilih bertahan untuk tetap berada disamping Jungkook.
Orang tua Seokjin pun bahkan sangat menyayangi Jungkook. Terlihat kentara saat pertama kali Seokjin membawanya kerumah serta mengenalkan sang kekasih pada kedua orang tuanya.
Seokjin adalah anak orang kaya. Ayahnya adalah ketua yayasan di tempatnya bersekolah saat ini. Tapi jangan salah paham, Seokjin berhasil menjadi ketua Osis karena hasil dari kerja kerasnya sendiri. Bahkan semua siswa tak ada yang tau bahwa ayah Seokjin temasuk jajaran orang penting di sekolah tersebut.
"Ayo kita pulang. Jangan takut! Belajarlah untuk berani menatap hujan Kookie-ah."
Seokjin membuka payung dengan motif acak berwarna-warni, hadiah dari taman hiburan saat mereka bermain tembak kaleng dan menuntun Jungkook untuk mendekat padanya. Berjalan beriringan berdua menapaki trotoar yang penuh dengan genangan air sebab hujan pun turun begitu derasnya.
"Aku tidak akan takut menatap hujan kalau hyungie ada disampingku. Jadi terimakasih karena selalu ada bersamaku hyungie. Hehe."
"Bagaimana dengan harimu?"
"Hari ini? Huh, aku lelah sekali hyungie. Kamu tak lihat bajuku penuh noda saos?"
Seokjin melihat dengan seksama kaos Jungkook yang berada di balik jaketnya dan benar, terdapat banyak noda berwarna merah disana.
"Apa lagi yang mereka perbuat padamu? Sudah kubilang untuk melawannya bukan? Kenapa masih diam saja?"
"Aku? a- aku tidak berani hyungie."
"Sampai kapan Kookie? Sampai kapan kamu akan terus seperti ini?"
"Ck, aku tak masalah mendapatkan perlakuan seperti ini asal hyungie tetap menemaniku, aku tak akan mempermasalahkan bagaimana dunia begitu kejam padaku."
Jungkook mengakhiri percakapan mereka dengan sebuah pelukan yang semakin erat pada tubuh yang lebih tua.
Sampai pada saat keduanya tiba di tempat tinggal Jungkook yang baru ia tempati setahun lalu, tanpa permisi Seokjinpun ikut masuk ke dalam kamarnya. Keduanya sudah bertunangan sejak tiga tahun lalu setelah acara kelulusan sekolah. Impian Seokjin yang ingin menikah muda sempat mendapat penolakan dari kedua orang tuanya. Namun karena sosok yang ingin dinikahi anak bungsu mereka adalah anak yang sangat baik dan penuh kasih, maka orang tua Seokjin memutuskan melamar Jungkook untuk dijadikan tunangan terlebih dahulu.
"Ah aku capek sekali hyungie. Berurusan dengan mereka sangat menguras tenaga. Kenapa ya orang-orang di luar sana semuanya jahat? Kookie selalu saja disakiti. Menyebalkan."
"Ya, kamu benar Kookie. Manusia itu kejam."
"Oh iya hyungie, kamu ingat tidak kecelakaan mobil yang kita alami saat hujan deras dulu? Aku yakin itu juga ulah mereka yang tidak suka denganku. Aku takut sekali hyungie, kita hampir saja mati. Tapi kalu boleh Kookie tanya, kenapa waktu itu kamu malah melindungiku hyungie?"
Jungkook menatap mata sayu Seokjin lekat dan yang ditatap hanya bisa terdiam dan balik menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ah, tapi tidak apa yang penting kita berdua selamat."
"Kookie-ah."
"Ya hyungie?"
"Minum ini dulu!"
"Kenapa aku harus minum ini hyungie?"
"Minum saja dulu."
"Baiklah."
Jungkook menerima beberapa butir obat yang diserahkan oleh Seokjin dan segera meminumnya.
"Dan juga, maafkan aku Kookie. Bisakah kamu membiarkan aku beristirahat? Aku sudah tidak bersamamu lagi. Tetaplah hidup. Kamu mengerti?"
Jungkook menelan obat-obatan itu dengan bantuan segelas air.
"Ah sudah. Hyungie bicara a-"
Jungkook kembali menoleh ke arah Seokjin namun terkejut sekali saat sosok tersebut tiba-tiba saja menghilang.
"Hyungie!!!!"
Seokjin menghilang. Meski kini Jungkook mencarinya ke segala sudut ruangan, sosok tercintanya tak dapat lagi ia temukan.
Engingeng....
Kangen banget sm komen-komen kalian hehehe. Tapi okelah mungkin kalian sibuk? Salam aja. Sehat selalu ya.... 💜