BREAKFAST

772 89 15
                                    















"Aaaa, a-a aaa."

Lelaki yang kini tengah shirtless di depan kamera, terus menendangi seseorang yang mengganggunya di bawah selimut.

Meski tengah bertelanjang dada, Jungkook masih dengan sopan menggunakan selimut untuk menutupinya. Ya ? Apakah itu yang kalian pikirkan? Ahahaha . Tertawalah untuk mereka yang berpikiran seperti itu karena sungguh, ia hanya ingin menutupi seseorang dibawah sana yang tengah sibuk menggodanya.



___

"Hyungie aku lapar."

Jungkook terus merengek ketika Seokjin baru saja mengistirahatkan matanya. Lelaki tampan yang telah mendapat satu gelar baru di kemiliteran, mendapatkan jatah libur dua hari setelah acara peresmian.

Awalnya Seokjin hanya sedang semangat menjahili sang kekasih, sebab kekasihnya itu nakal sekali. Berani melakukan siaran langsung menjelang pagi buta dengan orang lain di apartemen mereka? Yaa ! Itu kesalahan. Bukan begitu caranya jika ingin mendapat perhatian dari Seokjin.

Tapi lucunya, lelaki bongsor yang kini semakin berotot itu pula yang malah mencari-cari cara agar ia bisa menangis dan disaksikan oleh ribuan army saat pesannya tak mendapat balasan dari Seokjin. Menangis karena lagu? Ya mungkin iya, tp tak sepenuhnya benar. Sungguh perasaan sesak itu mulanya disebabkan oleh Seokjin tentu saja. Ia hanya ingin yeobonya membalas pesannya. Tapi itu tak pernah Seokjin lakukan hingga menjelang tengah malam seusai Jungkook mematikan ponselnya selepas melakukan siaran langsung untuk menyapa army, Seokjin datang dan lelaki bergigi kelinci tersebut seketika berhambur ke pelukan sang dominan.

"Biarkan aku tidur sebentar. Lima belas menit dan setelah itu akan kubuatkan sarapan."

"Tapi aku mau sekarang yeobo, aku laparr!"

Jungkook terus menggoyang-goyangkan tubuh si bahu lebar yang sudah dua puluh delapan jam ditawan oleh Jungkook. Tak diperbolehkan keluar kamar, apalagi apartemennya. Jika Seokjin lapar, maka Jungkook yang akan membawakan masakan spesialnya untuk Seokjin. Tapi kali ini Jungkook terlalu lelah. Beberapa bagian tubuhnya terasa nyeri. Sebab apa? Apakah aku perlu menjawabnya?

"Hmm. Aku heran kenapa matamu masih berseri? Kita bahkan menghabiskan malam dengan bersuka cita tapi kau belum mengantuk hm?"

Seokjin memiringkan tubuhnya dan membuka mata. Bagian yang pertama kali Seokjin lihat adalah mata indah Jungkook yang tak terlihat mengantuk sama sekali. Jungkook tersenyum salah tingkah saat ditatap seperti itu. Entah apa yang Jungkook pikirkan namun ia rasa, rindunya belum terobati sepenuhnya bahkan setelah ia digempur habis-habisan oleh Seokjin.

Perlahan Jungkook menelan ludahnya dengan kepayahan sebab jari-jari lembut Seokjin dengan lincah bermain dibawah sana. Menggelitik setiap bagian sensitif yang ia miliki, hingga nafas kembali memburu namun dengan cepat Jungkook menepuk tangan itu.

"Yeobo!"

"Ahahha kenapa? Si kecil bereaksi? Dasar, kangaroo kecil mesum."

"Kau yang mesum yakk !"

Seokjin segera berlari meninggalkan tempat tidur dan Jungkook berusaha bangun lalu mengejar sang kekasih namun gagal. Pinggangnya terlalu sakit dan ia jadi malas meladeni kejahilan kekasihnya.

"Hyungie! Jangan lama-lama ya. Aku akan menyapa army sebentar sembari menunggu sarapanku datang!"

Jungkook berteriak dan Seokjin mengiyakan.

Namun bukan Seokjin namanya kalau tidak berhasil membuat Jungkook geram. Bukannya memasak, ia malah berbalik dan kembali menggoda Jungkook.













____

Jungkook masih bersenda gurau dengan Jimin, menghiraukan Seokjin yang sedang sibuk menggelitiki telapak kakinya. Namun Jungkook semakin terlatih. Sejak ia di gandengkan dengan Han Sohee dalam satu frame, Jungkook belajar banyak cara berakting dengan baik dari perempuan cantik tersebut.

Tawanya saat merasa geli bahkan bisa ia tutupi dengan beberapa cara. Dengan menanggapi Jiminlah salah satunya.

"Apa kau tidak ingin kemari? Ayo lakukan live bersama. Apa aku perlu menjemputmu? Akan aku lakukan sekarang!"

Sementara dibawah sana Seokjin mengkerutkan dahinya. Ia beranjak dari pinggiran tempat tidur dan berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponselnya dan segera menghubungi adik yang paling suka jahil.

"Awas saja kalau kau berani mengiyakan ajakan Jungkook. Aku tak akan mengirimkan makanan lagi ke rumahmu!"

"Aku baru bangun dan kamu pasti belum tidur. Tidurlah. Aku akan mengatasi semuanya nanti." Begitulah balasan Jimin sesaat setelah kakak tertuanya memberi ultimatum.

15 menit kemudian...

"Baiklah kalau begitu, sepertinya aku harus mengakhiri liveku kali ini. Bye."

Jungkook segera mematikan siaran langsungnya dan mencari keberadaan sang kekasih. Lalu matanya menangkap si 'Tuan' duduk dengan kaki bersilang, bibir yang digigiti gemas, hidung yang mulai kembang kempis. Baiklah, Jungkook sudah keterlaluan. Ia tau Seokjinnya marah.

"Yeobooo!"

Jungkook memberikan ekspresi yang membuat Seokjin tak akan pernah bisa menang.

Dengan sandwich yang berhasil dibuat hanya dalam waktu sepuluh menit saat Jungkook sedang melakukan siaran langsung, Seokjin membawanya berjalan menuju ranjang dimana sang kekasih tengah merebahkan dirinya. Dua potong roti yang sengaja diisi dengan banyak daging sebab Jungkook tak begitu suka sayur mentah.

"Baiklah-baiklah tuan putri! Aku kesana. Duduk saja diranjang. Biarkan hamba ini yang melayanimu."

Mendengar Seokjin yang begitu patuh sontak membuat Jungkook tersenyum gemas. Seokjinnya sangat penurut. Bucin. Namun tak ada yang percaya dengan Jungkook. Sebab saat di kamera, Jungkooklah yang lebih terlihat mengejar Seokjin.

Tapi tak apa.

Jungkook tak peduli apa pendapat mereka asalkan di dunia nyata, ia begitu diratukan oleh Seokjin.

Jungkook, satu-satunya orang yang bisa membuat Seokjin bertekuk lutut. Hanya Jungkook. Meski sesuatu yang buruk pernah terjadi di antara mereka namun Jungkook yakin, itu hanya naluri Seokjin sebab keinginannya yang begitu besar untuk mendapatkan seorang bayi. Tiga suapan dan lagi-lagi Jungkook mengingat kejadian buruk beberapa tahun silam.

"Sayang. Aaa-"

"Aaaa. Enak yeobo."

"Tentu, makanlah yang banyak."

Tidak-tidak. Ingatan itu hanya akan menyakiti hatinya. Jungkook tak boleh mengingatnya lagi!

















































-end-

One shot - AU JINKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang