"Setiap orang memiliki kekhawatiran. Kamu mungkin merasa sedikit tidak bahagia saat kamu memilikinya, tetapi itu akan berlalu. Dan segera setelah itu, kamu akan merasakan kebahagiaan lagi." -Kim Seokjin-
***
"Hoba, apa Jungkook terbangun?"
..
"Hoba balas pesan hyung. Apa kamu juga sudah tidur?"
..
"Telepon aku jika kamu terbangun."
..
"Astaga orang tua ini kenapa berisik sekali sih? Aku heran, jika berurusan dengan kelinci satu ini pasti dia heboh sendiri. Padahal aku sudah memperingatkan untuk membiarkan Jungkook sendiri lebih dulu." Hoseok mengguman dalam diam.
"Hyung. Apa kau mengatakan sesuatu?"
Saat ini, tepat pukul satu dini hari. Baru saja Hoseok mendaratkan pantatnya pada sofa mahal di apartemen milik Jungkook, tapi ia sudah di hebohkan dengan getaran-getaran pada ponselnya yang baru saja terhubung oleh wifi.
Tak ayal Hoseok begitu geram. Meski ia tak tau menahu tentang masalah yang tengah dihadapi oleh pasangan yang baru saja melangsungkan pertunangan satu bulan yang lalu, tapi melihat dari raut wajah si adik termuda dan bagaimana si kakak tertua yang tak henti menganggunya dengan pertanyaan yang diulang-ulang, membuat Hoseok bisa sedikit menyimpulkan jika sepertinya kakak tertuanya berada dipihak yang salah. Ingin rasanya ia menanyakan masalah apa itu tapi rasanya sungguh tak sopan. Meski sebenarnya Jungkook mungkin akan menceritakan keadaan yang sesungguhnya namun Hoseok akan merasa lebih baik jika dirinya diam dan tidak ikut campur terlalu jauh. Ia tau bagaimana cinta keduanya. Mereka juga sudah sama-sama dewasa, ia harap Jungkook dan Seokjin bisa menyelesaikan masalah mereka dengan kepala dingin.
"Hyung? Kenapa malah melamun? Hyung mau tidur disini? Akan ku buatkan minum dulu, mau minum apa?"
"Jika tidak menggangu, mungkin aku bisa menginap disini? Aku lelah sekali Kookie."
"Maafkan Kookie hyung."
Baru saja Hoseok ingin menjawab aduan yang lebih muda, namun si kelinci itu sudah pergi saja menuju arah dapur. Sepertinya ia akan membuatkan secangkir minuman hangat untuk kakaknya.
Hoseok merebahkan tubuhnya sejenak setelah ia menyambar remote TV dan menyalakan youtube untuk mencari video-video bangtan selama beberapa tahun terakhir sebelum virus mematikan yang membuat gaduh seluruh dunia berhasil menunda kegiatan-kegiatan mereka.
Tak berselang lama, Jungkook datang dengan dua cangkir teh hitam bersama dengan empat cup ramen instan dan terlihat butiran telur setengah matang sudah siap di atas wadah sebagai toppingnya .
"Aku sudah kenyak Kook. Lagipula malam-malam seperti ini makan-makananan instan berkarbohidrat? Itu tidak sehat."
"Aku tidak membuatkannya untukmu sih hyung. Aku lapar dan ingin makan. Sebentar lagi aku mau beres-beres jadi aku butuh banyak tenaga."
"Astaga benar juga. Aku lupa. Ini sudah lebih dari jam satu dini hari. Selamat ulang-"
"Aniyo! Tidak-tidak aku tidak ingin mendengar ucapan itu."
Hoseok yang semula ingin mengucapkan selamat ulangtahun untuk Jungkook namun urung sebab yang punya hajat melarangnya. Tidak tau pasti apa sebabnya namun-
"M-maaf maksudku s-sebentar hyung a-aku mau lihat handphone dulu untuk memastikan kalau memang sudah lewat jam dua belas."
Memastikan jam? Melalui handphone? Aneh sekali anak itu. Sudah jelas jam digital di atas TV menunjukkan pukul 01.42 dini hari. Belum lagi saat tadi Jungkook masuk ke dalam apartement dan memasukkan kartu, disana juga tertera tulisan selamat datang disertai pemberitahuan waktu pukul 01.06.
![](https://img.wattpad.com/cover/321180335-288-k443376.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One shot - AU JINKOOK
Любовные романыtop Jin bot Kook cerita fiksi bxb 🔞 #jinkook