****
"Huh.... huh... huh.. Lepaskan! Lepaskan aku!"
"Hai, tenanglah! Kami tidak akan berbuat jahat padamu."
"Bohong! Kalian pembohong! Kalian jahat! Kalian semua iblis! Kalian membunuh teman-teman dan saudara-saudara tanah airku! Kalian jahat!!! Cepat lepaskan aku!!!"
Jungkook terus berteriak dan meronta. Peperangan yang melibatkan dua negara itu, telah menghasilkan beberapa sandera. Salah satunya adalah seorang pembawa berita yang ikut meliput keadaan di medan perang.
"Seokjin?! Ada apa? Ada masalah?" Seokjin tersenyum, lalu menjawab -
"Tidak ada apa-apa Nam, semua baik-baik saja."
"Apa dia menyusahkan mu?"
"Tidak. Dia hanya sedikit khawatir aku akan berbuat jahat padanya. Tak apa, semua akan bersikap seperti itu pada kita."
Namjoon hanya mampu tersenyum kecut. Sebenarnya siapa yang menyakiti siapa disini? Kenapa seluruh dunia seakan bungkam akan kebenaran?
"Hai! Aku Namjoon. Kamu tidak perlu takut. Kami akan membebaskan mu nanti. Sekarang makanlah! Aku bawa roti. Makan dan minumlah supaya kamu tetap sehat."
Jungkook muak! Nafasnya terengah dan ia merasa mual dengan sandiwara manusi-manusia kejam di hadapannya.
"Puihhh!! Jangan harap aku mau menerima pemberianmu, dasar iblis!"
Namjoon sedikit tersentak saat mengetahui sandera yang ditangkap oleh Seokjin, dengan gamblang meludahi makanan yang ia tawarkan. Bagaimana mungkin dia bersikap seperti itu pada 'nikmat' yang Tuhan berikan? Tidakkah ia tau di luar sana banyak dari warga, saudara serta teman-teman Namjoon yang menahan lapar karena keterbatasan makan dan minum?
"Jin, sepertinya yang satu ini tidak bisa diselamatkan!"
"Tidak! Aku mohon jangan Namjoon! Aku akan bertanggung jawab atas dia. Tolong! Tolong biarkan aku yang mengurusnya."
Melihat sahabatnya begitu teguh mempertahankan lelaki pongah di hadapannya itu, membuat Namjoon sedikit heran. Namjoon tau Seokjin adalah orang yang baik. Sangat baik. Tapi ia juga tau bagaimana pria itu begitu membenci orang-orang yang angkuh dan tamak.
Namjoon meraih lengan Seokjin dan membawanya menjauh dari Jungkook.
"Jin, ada apa denganmu? Kamu - kamu tidak menaruh hati padanya kan?"
Seokjin tersentak mendengar pertanyaan sang sahabat secara tiba-tiba. Menaruh hafi? A-apakah mungkin?
Memang benar! Bukan sekali dua kali Seokjin melihat lelaki manis ini berkeliaran di medan perang. Seokjin tau pasti siapa dia. Hal itu pun melanggar aturan penyanderaan yang tertulis. Tapi Seokjin dengan sengaja menyandera lelaki itu karena ia ingin seluruh dunia menyaksikan betapa baiknya Seokjin dan teman-temannya memperlakukan warga dari negeri musuh.
"Jangan bicara yang tidak-tidak Namjoon! A - aku hanya tidak tega."
"Tapi jika keberadaannya menyulitkan kita, kita diijinkan untuk -"