DEDITUS 🔞

2.7K 112 31
                                    








"Mulai berani hm?" Pria tampan dengan bahu lebar bermaga Kim itu tersenyum miring. Melihat tangan namja yang ada di bawahnya sedang menyentuh daerah privasinya.

Jungkook, namja manis yang diketahui baru bekerja beberapa hari di perusahan besar K&S's Corp itu tidak sengaja menyentuh daerah privasi sang CEO saat sedang mengambil gelas di pantry. Walaupun menjabat sebagai CEO, ia terkadang bosan saat harus terus-terusan berada di dalam ruang kerjanya. Jadilah ia suka berkeliaran kesana kemari di area perkantoran miliknya.

Berawal dari Jungkook yang diminta membuatkan kopi untuk team leader. Ketika ia ingin mengambil piring tatakan cangkir yang ada dibilik bawah pantry. Tangannya tidak sengaja menyentuh sesuatu yang kenyal namun keras.

Matanya membulat sempurna saat melihat tangannya dengan tanpa dosa bertengger ditempat yang seharusnya tidak boleh disentuh oleh siapapun itu kecuali se-ijin sang pemilik. Keringat dingin mulai bercucuran saat kepalanya mendongak dan melihat siapa yang ada di hadapannya.

Kim Seokjin, CEO dari K&S's Corp berdiri dengan angkuh menatap namja manis didepannya kemudian pandangannya beralih kearah tangan namja imut itu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Mata setajam elang itu sama sekali tak melepas tatapannya. Pikiran Jungkook kosong dan jantung yang serasa ingin lepas dari tempatnya. Mengetahui fakta bahwa dirinya melakukan hal yang paling bodoh dan memalukan. Tiba-tiba saja angannya terasa kaku dan tidak bisa ia gerakkan.

'Tamatlah riwayatmu Jeon Jungkook'

Seandainya saja tangan memiliki akal sehat. Namun sayang tangan dan otak Jungkook sama sekali tak bersahabat, dengan tidak sadar meremat daerah privasi milik pimpinan perusahaan tempat ia bekerja membuatnya sekali lagi membelakkan mata terkejut. Merutuk kesal pada dirinya sendiri karena tak dapat mengontrol apa yang seharunya bisa ia kendalikan. Ingin sekali rasanya berteriak dan menangis sekencang-kencangnya.

Tangan satunya terus memukul kepalanya sendiri, berharap otak kecilnya itu dapat berkerja kembali dan tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang masih terus diam dan memperhatikannya.

"Aku tanya sekali lagi, sudah mulai berani?" Suara serak dan berat menyapa pendengarannya. Jungkook akhirnya sadar dari pikirannya dan segera melepaskan tangan bodohnya dari benda yang kini menggembung sempurna. Ia segera berdiri dan menunduk dalam, meminta maaf atas perbuatan tidak senonohnya pada sang atasan.

"M-maafkan saya tuan. S-sungguh saya t-tidak bermaksud melalukan itu. Tolong maaf kan saya tuan." Jungkook masih setia menunduk. Ia memejamkan matanya erat seakan siap menerima apapun perlakuan sang CEO untuk membuat dirinya jera. Ia bermakrifat atas perbuatannya. Sungguh dirinya tidak benar-benar bermaksud melakukan itu.

Beberapa detik berlalu. Jungkook merasa heran karena ia tidak merasakan apapun, dirinya seperti berdiri sendiri diruangan tersebut.


Klek...


Jantungnya berdegup dengan cepat ketika mendengar suara pintu pantry yang dikunci dari dalam. Keringat dingin yang semula berhenti mulai bercucuran kembalu. Suara ketukan
sepatu pantofel semakin mendekat kearah Jungkook. Tubuhnya membeku saat hembusan nafas seseorang menerpa telinganya.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, Jeon Jungkook!" Bisik Jin dan terkekeh pelan di telinga sang bawahan.

"Nggh... T-tuan." Tanpa basi-basi benda basah tak bertulang berhasil menyapu daun telinga miliknya. Gerakan yang memutar dan sesekali menggigitnya dengan seduktif membuat tubuh Jungkook meremang. Tangannya mencoba mendorong tubuh sang CEO, tapi mau bagaimanapun tubuhnya tak akan menang melawan genggaman Seokjin.

One shot - AU JINKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang