"Jungkoo'ah, aku dapat ikannya wuhuuuu".
"Wah hyungie ! Hyungie hebat sekali! Jungkook ingin pegang hyungie."
Seokjin berjalan menghampiri si cantik yang sudah menemaninya selama empat tahun. Tinggal bersama di tempat sederhana di pusat perkotaan, di sebuah tempat yang orang sebut "rumah", dengan satu kamar tidur kecil yang menjadi tempat untuk mereka saling menghangatkan diri kala musim dingin mulai tiba dan akan menjadi replika dari neraka saat musim panas mulai datang.
"Ini sayang."
"Ini ikan apa hyungie, besar sekali? Hari ini kita akan makan enak."
Si cantik tersenyum sambil melihat ke samping atas dimana suara sang suami terdengar indah sekali mengalun di telinganya. Bahkan hanya dengan mendengar Seokjin memanggil namanya, Jungkook bisa sangat terlena. Ia lalu menaruh ikan ke dalam ember yang telah Seokjin sediakan di depan tempat duduknya.
"Yap, pelan-pelan sayang. Ikannya hampir saja lari kalau saja kamu tidak menaruhnya dalam ember dengan benar."
"Ikan itu berenang hyungie bukan berlari."
Kini Seokjin hanya tersenyum. Kemudian ia berlutut tepat di samping ember di depan istrinya. Meraih tangan yang tercinta lalu meletakkannya di depan perut si Jungkook.
"Aku tidak sabar menunggunya keluar Jungkook. Aku akan menceritakan padanya bagaimana rasanya menjadi orang paling bahagia di bumi ini. Terimakasih Jungkook'ah."
Jungkook mencoba meraih tubuh Seokjin, ingin memeluk bahu lebar yang sudah melindunginya selama ini. Ingin berterimakasih pada sang pencipta karena telah menghadirkan sosok yang selalu bisa membuatnya merasa sempurna. Dari Seokjin, Jungkook bisa merasakan cinta. Dari Seokjin, Jungkook bisa merasakan kasih. Dan dari Seokjin pula, Jungkook bisa melihat betapa indahnya dunia meski kedua matanya tak dapat menyaksikannya secara langsung.
"Kita sudah dapat dua ikan sesuai keinginan anak ini kan? Kalau begitu kita pulang ya sayang. Hari juga mulai sore. Mau ku bantu berdiri?"
"Terimakasih hyungie."
Seokjin meraih dengan lembut pinggang si cantik dan dibantunya berdiri lalu dituntun untuk berjalan menuju tempat penyewaan alat pancing yang di sediakan di sekitaran danau. Sesuai permintaan "anak ini" lah yang membuat Seokjin harus rela bangun pagi dan mempersiapkan perbekalan untuk dibawa ke sebuah danau di luar kota tempat mereka tinggal. Namun Seokjin tak pernah mengeluh. Bahkan jika Jungkook ingin ikan dari danau itu diambil dengan menggunakan kedua tangannya sendiri, maka Seokjin akan rela menyusuri setiap bagiannya agar ia bisa mendapatkan ikan-ikan seperti yang istrinya inginkan.
Dari balik punggung mereka masih terdengar bagaimana lembutnya suara Seokjin yang tak pernah berhenti menjabarkan keadaan danau saat itu.
"Jungkoo'ah ada tupai terbang!"
"Ah hyungie jangan bercanda, mana ada tupai terbang?"
"Kenapa kamu masih saja tidak percaya pada suamimu ini? Itu dia sedang membawa biji-bijian di atas ranting. Wahh Jungkoo'ah, ada anak-anaknya keluar dari balik pohon besar. Huwaaaa, pasti nanti begitu gambaran kamu dengan anak-anak kita. Huwaaa lucunya. Jungkoo'ah, nanti kita buat bayi yang banyak ya. Biar bisa jaga kamu, jadi nanti rumah kita.....................-"
Cinta tak selalu tentang kesempurnaan. Karena cinta itu sendiri datang untuk menyempurnakan. Meski Seokjin selalu mengatakan bahwa ia adalah orang paling beruntung karena telah ditemukan oleh Jungkook di halte bus malam itu namun bagi Jungkook, ialah yang sebenarnya sangat beruntung karena telah bertemu dengan Seokjin. Rasa syukur yang tak pernah mereka dustakan selalu mampu memupuk perasaan cinta yang makin mendalam bagi keduanya.
-end-
Rindu Jinkook? 😇 sabar ya kalian semua. Doakan saja yang terbaik untuk mereka.
-Chan-