Until I Collapse Part 23

4.3K 498 11
                                    

Inti Crucio, beserta 4 orang Aodra, masih setia menunggu di bangku seberang ruangan ICU dengan rasa khawatir yang menggebu.

Flora tiada hentinya mondar-mandir kesana kemari, kemudian kembali duduk lagi, hal itu terus terulang sampai yang melihatnya itu pusing sendiri. "Flo, duduk yang tenang, Freya pasti baik-baik aja percaya sama gue." ucap Ara yang berusaha menenangkan Flora.

Flora menepis tangan Ara dengan kasar. "Gimana gue bisa tenang, hah?! Kalo Freya nggak baik-baik aja gimana, Ra?" Flora membentak Ara dengan rahang yang mulai mengeras.

Ara memejamkan matanya sejenak. "Iya, gue tau. Duduk dulu, biarin lo tenang-" nafas Ara sedikit terengah. "Freya pasti baik-baik aja."

Akhirnya Flora menurut. Ia duduk di kursi samping Ara. Ia menunduk untuk menyembunyikan kekhawatirannya.

Mendengar nada tinggi dari suara Flora yang sangat ngegas, Olla jadi terkejut. "Buset, Flo! Ini rumah sakit, jangan teriak-teriak napa!" ucap Olla.

Oniel menyenggol lengan Olla. "Lo ya jangan teriak juga anjim. Jangan ngerusak suasana!" bisik Oniel dengan sedikit penekanan.

Olla menyengir. "Sorry sorry, kebawa emosi. Lagian si Flora nggak mau tenang sih, percaya deh Freya bakal baik-baik aja."

"Ya lo mikir dikit lah, lla, mana ada yang nggak khawatir pacarnya kecelakaan kayak gini." sahut Jessi.

Olla menatap Jessi dengan wajah polosnya. "Ya iya juga si."

Jessi membuang muka. Capek menggubris Olla nggak ada beresnya.

"Anjing emang Jasson! Ketemu gue gelindingin tuh anak di rel kereta mati aja sekalian!" gerutu Olla.

"Ssshhttt! Berisik!" balas Adel yang akhirnya Olla diam dan menciut.

"lla, please, jangan berulah!" sambung Zee.

"Oke. Gue diem." jawab Olla dengan polos.

Flora bangkit lagi dan terus mondar mandir, sesekali ia mencoba mengintip melalui kaca ruangan itu namun tetap saja hasilnya belum keluar.

Tidak hanya Flora, Marsha pun sama khawatirnya.

Sedari tadi, ia diam menunduk menahan diri agar tidak menangis. Ashel yang duduk di samping kanannya itu berusaha menenangkan Marsha.

"Tenang, Sha. Freya kuat." ujar Ashel.

Marsha menggeleng. "Gue belum siap kalo harus ditinggal sahabat gue lagi, Na."

Ashel terus mengusap punggung Marsha agar tenang.

"Sabar dulu ya? Freya sembuh ko, dia bakal baik-baik aja."

Zee merasa iba saat melihat Marsha menunduk seperti itu. Ia mendekat duduk di samping kiri Marsha dengan berhati-hati.

Merasa bangku yang ada di sampingnya itu terisi, Marsha menoleh melirik Zee sekilas. Tanpa aba-aba, Zee memberikan sebotol air mineral untuk Marsha.

"Minum. Pura-pura kuat butuh tenaga." ucap Zee bersamaan dengan Lulu yang juga memberikan sebotol air mineral untuk Marsha juga.

Marsha menatap Zee dan Lulu bergantian, kemudian ia terima sebotol air dari Lulu dan meminumnya seteguk. "Makasih Kak." Lulu mengangguk.

Zee hanya tersenyum saat melihat air pemberiannya tidak diterima oleh Marsha, lagi pula siapa dia? mau marah pun Zee tidak mempunyai hak apapun, berbeda dengan Lulu yang sudah kenal lama dengan Marsha. wajar kan jika Marsha lebih memilih pemberian dari Lulu? tapi kenapa rasanya sakit? batin Zee.

Beberapa menit kemudian mereka menunggu, akhirnya Dokter Rafi keluar dari ruangan ICU, membuat semua orang yang ada disana menghampirinya.

"Gimana, Dok keadaan Freya? Freya baik-baik aja kan?" tanya Flora yang tidak sabaran.

Until I Collapse (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang