Until I Collapse Part 55

3K 359 14
                                    

"Ya Allah Gusti! Olla jangan ndusel-ndusel ke gue goblok! Geli!"

Jessi sedari tadi marah-marah kepada Olla
karena manusia itu tidak ada hentinya mendekati Jessi dengan beralasan takut. Untungnya area yang mereka dapat itu masih aman. "Ya lo jangan jauh-jauh dari gue su! Ntar gue di gorok dari belakang gimana?" ujar Olla ikut ngegas.

"Ya bagus lah. Tentram hidup gue," jawab Jessi asal.

Olla melotot. "Astaghfirullah, lo pengen gue mati?"

Jessi berdecak. "Ck! Diem lo. Gila aja, ya enggak lah. Lo pikir mati itu gampang? Nanggung beban dosa dunia aja kepikiran, boro-boro mau mati, masuk neraka gimana gue ntar,"

"Ya itu tadi lo bilang tentram hidup lo itu apa? Tega
lo Jess sama gue," ujar Olla yang semakin penasaran dan juga mendramatis.

"Karena lo banyak bacot dari tadi, ngeselin su, greget gue sama lo. Au ah capek gue ngeladenin lo," Jessi sudah angkat tangan dengan sikap Olla hari ini.

Hari ini Olla terus menyusahkan Jessi. Bahkan saat Ara ingin menelusuri area lain bersama Jessi, Olla menolak. Entah kenapa hari ini Olla terus lengket bersama Jessi. Jika di tanya kenapa, Olla hanya menggeleng.

"Lo kenapa sih? Cerita sama gue makanya, diem-diem mulu yang ada lo makin kepikiran," ujar Jessi. Kali ini ia mencoba untuk bersabar, meskipun nantinya bakalan ngegas juga.

Tapi di balik rasa kesalnya Jessi terhadap Olla, ia pasti akan menanyakan keadaan sahabatnya yang suka merengek tidak jelas itu. Tidak hanya ke Olla, tapi ke semua inti Crucio juga. Di balik marah-marahnya Jessi, rasa khawatir terhadap sahabatnya itu sangat tinggi. Bahkan Jessi paling peka di banding yang lain.

Olla diam sebentar. "Christy. Dia marah sama gue, lo kan tau," Olla mengusap wajahnya gusar. "Ya Allah, kenapa lagi? Ya lo sih pake acara ngisengin anak orang segala, marah kan Christy sama lo. Masih untung nggak minta putus tuh cewek,"

"Bantuin gue met," rengek Olla polos.

Jessi membuang nafas kecil. "Lla, kita sekarang lagi genting kayak gini gimana gue mau bantuin lo kutil. Kita lagi fokus ngelacak sesuatu, lo jangan nambahin beban gue dulu deh ya. Malam ini aja, please,"

"Terus gimana?" tanya Olla.

"Iya nanti lla. Sekarang fokus tujuan dulu. Lo sabar ya, susah mikir gue kalo keadaan lagi gini," jawab Jessi. Dan hal itu di balas anggukan kecil oleh Olla.

Jujur, Jessi sendiri sebenarnya juga tidak tega. Tapi jika Olla itu terus di manjakan, bisa-bisa melunjak. Kalau kata Jessi, bisa-bisa positif darah tinggi.

"Udah sekarang kita mencar geli sendiri gue ngeliat lo galau gitu, kita nggak dapet apa-apa juga gara-gara lo nih dari tadi ngerengek nggak jelas,"

Olla menyengir tanpa dosa. "Hehe sorry," ucapnya seraya menggaruk tengkuknya.

Jessi memutar bola matanya malas. "Nyengir lo tai! Udah ah gue ke arah kanan, lo kiri. Awas lo ngerengek lagi!" ancam Jessi.

***

Freya masih berada di posisinya. Ia sudah pasrah dan tidak tahu lagi harus melewati arah mana lagi untuk keluar. Bahkan mengintip saja ia tidak berani.

Ia sempat memikirkan apa yang cowok tadi katakan melalui panggilannya bersama seseorang, saat ini Freya tidak bisa berpikir jernih. Yang ia bingungkan sekarang, bagaimana cara agar cepat keluar dari ruangan itu.

Ini gue keluar gimana? Kalo nyerobot yang ada mah ketahuan nggak lucu! batin Freya kesal.

Cowok itu bangkit dari duduknya, ia melangkah memandangi rak buku besar nan tinggi di seberang meja Freya bersembunyi. Tatapan cowok itu berbeda. Seperti ada secercah harapan yang membuatnya merasa antara iya atau tidak.

Until I Collapse (FreFlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang