"Kalau lo nggak bolehin gue masuk, gue bakal bakar petasan di depan kamar lo."
Maika serius, dia sudah siap dengan gendolan petasan rentet di depan kamar Niel Bharta Kazuya, gara-gara kejadian mereka digiring ke ruangan WWG kemarin, Niel sama sekali tak mau ngobrol sama Maika. Bukan ngambek, biasalah Niel kalau marah bawaannya silent treatment alias butuh space. Alhasil Maika inisiatif sendiri bangun lebih subuh supaya bisa recokin Niel langsung di asrama cowok. Chatnya sama sekali tidak dibalas, tapi begitu Maika gedor-gedor pintunya dan disusul telepon, syukurnya cowok itu masih mau terima telepon walaupun belum ngomong.
"Gue serius loh, kalau lo nggak buka pintunya dalam hitungan tiga gue bakar petasannya."
"..."
Maika melihat layar ponsel, belum diakhiri kok.
"Niel, mulut lo nggak tiba-tiba pindah di pantat kan? Ngomong dong, halo!"
Panggilan diakhiri.
Bangsat! Maika menganga lebar, wah nantangin nih cowok, nggak tau aja dia lagi berurusan sama orang gila. Ya Maika bangga kalau dia mantan pasien RSJ.
Maika mematik korek hingga sulutan api keluar lalu dia membakar ujung petasan dan melemparnya ke lantai. Buru-buru Maika langsung lari kepojokan sambil nutup telinga, sontak dengan hebohnya satu lorong asrama cowok langsung dipenuhi bunyi ledakan berentet yang bergema hingga ke penghujung kamar. Suaranya meledak sangat kencang, persis seperti orang sedang baku tembak. Maika tertawa puas layaknya penyihir berhasil meracuni Snow white pakai sianida ——ya kan kalau pake apel nanggung cuy, kelamaan mending sianida praktis dan murah, nggak perlu ngilmu di gunung lawu—— Baiklah tidak penting, sejenak tawa Maika makin lebar lagi ketika, pintu penghuni kamar di sepanjang lorong kompak terbuka lebar, cowok-cowok mulai keluar, penasaran dari mana asal suara itu berasal.
Ledakannya yang bombastis bikin semua penghuni kamar lantai 5 bangun di tengah-tengah pagi buta yang bahkan imam masjid saja belum adzan subuh cuk! Ada yang masih bertelanjang dada, muka kusut baru bangun tidur, rambut kayak singa, baru abis mandi bahkan yang lagi gosok gigi pun ikut keluar panik. Mereka melotot ketika melihat lorong penuh percikan api dan bunyi nyaring memakan telinga. Kelakuan Maika yang diluar akal sehat ini, bikin asrama cowok heboh sampai teriak-teriak kayak orang keserupan.
"Tenang, tenang bukan aksi grebek satuan satpol PP, ini cuma aksi protes kecil-kecilan. Kalian boleh salahin Niel, ya benar Niel. Kalian nggak salah dengar, biar lebih jelas Niel Bharta Kazuya ketuanya The Rebilia. Soalnya dia nggak mau bukain pintu buat gue. Maki dia abis ini oke? Kirim spam chat sumpahin biar harinya senin terus."
Erion yang kamarnya saling berhadapan dengan Niel membuka pintu, dia nggak kelihatan kayak orang baru bangun tidur, sebaliknya ada kantong mata hitam yang melingkar tebal di wajahnya yang sangat putih. Tatapannya kelihatan sangat malas saat menemukan rupa Maika sedang berdiri, hendak membakar petasan kedua. "Maika, gue baru dapet tidur tiga puluh menit yang lalu. What are you doing hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Welnusa School II: The Summer After Rainy
RomanceBisa dibaca terpisah dari Welnusa School I; The Winter Found His Butterfly _______________________ Bagaimana jadinya kalau Sekretaris seorang anak konglomerat, justru mantan pasien Rumah Sakit Jiwa? Niel Bharta Kazuya tak pernah mengira bahwa Ayahn...