20 | Pendaratan di Kota Istimewa

72 13 10
                                    

Niel rasa, dia emang sudah sinting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niel rasa, dia emang sudah sinting.

Niel nggak tahu tekad dan motivasi dari mana sampai ia setuju, waktu Maika nawarin buat kabur ke Jogja. Bisa-bisanya logika Niel mati suri lalu mengiyakan ide gila si sekretaris. Menyesal? Ya, mungkin sedikit. Ini adalah pengelaman bolos pertama Niel selama hidup 17 tahun, jelas akal sehatnya merontak, gelisah, was-was dan cemas. Tapi, bagai angin yang meniup segala gundahnya, berkat pembawaan Maika yang terlampau tenang, acap kali bikin rasa khawatir Niel memudar.

Wajah Maika selalu dihiasi senyum, lantas dengan enteng dia berkata. "Nggak apa-apa, kan ada gue di sini nemenin lo. Dunia nggak bakal hancur lo tinggalin sebentar, Niel."

Meskipun Niel juga tahu, dia sedang berurusan sama 'orang gila' tapi ucapan ngawur Maika terbukti bikin Niel tenang. Ajaib sekali bukan? Toh, kalau mau ikut aturannya Niel nggak ngelanggar amat kok, seminggu penuh Niel cuti dari kegiatan The Rebilia, dia belum punya schedule baru untuk kegiatan orkestra, dan besok Niel libur les. Dia cuma bolos kelas sehari, harusnya itu nggak apa-apa dong. Yah, aman kan ya?

Niel berdecak, bodo ah! Mending dia tidur.

"Nieeeeell, nih gue bawa puding cokelat buat lo. Bae kan gue? Iya dong, calon bini masa depan harus inisiatif yekan."

Mata Niel yang tadinya terpejam sontak terbuka. Ia menatap Maika pongah, dikala gundah merana, Niel masih harus meladeni sikap aneh Maika. Perlu digaris bawahi itu adalah puding ketiga yang cewek itu bawa kemari.

Kini mereka ada di lounge bandara, dengan penerbangan Jakarta-Yogyakarta, seluruh rencana impulsif ini diinisiasi oleh Maika. jadi Niel nggak perlu repot mikir abis ini dia harus ngapain. Cewek itu sudah menghubungi klien yang membeli guci sebelumnya, mereka hanya perlu kesana, ngambil tsume milik Mama terus balik lagi ke Jakarta, selesai. Niel harap ini nggak makan waktu, kecil-kecil begitu tsume peninggalan Mama tetaplah barang yang sangat berharga bagi Niel.

Beliau memberikannya sebelum meninggal, Niel merasa gagal kalau sampai barang sekecil itupun harus hilang dari hidupnya. Naira pasti marah besar karena Niel pergi tanpa kabar, tapi satu sisi Niel juga penasaran apa yang terjadi kalau dia menghilang? Terus terang Niel lelah, dia hanya ingin mengambil napas sejenak sebelum kembali ke realitas.

Maika dan Niel sepakat menonaktifkan semua alat elektronik, sebenarnya ini lebih ke idenya Niel. Begitu tahu Maika mau chatan sama Six, buru-buru Niel langsung ngelarang. "Lo yang ngajak gue kabur, dimana-mana kabur tuh nggak ninggalin jejak apapun, dan nggak ngabarin siapapun. Harus totalitas, matiin hapenya!"

Maika cuma pelanga-pelongo waktu dikatain Niel, tapi kalau dipikir ada benernya juga. Jadi dengan terpaksa Maika mematikan ponselnya sampai waktu yang nggak jelas. Maika nggak tahu kenapa Niel sensi banget, padahal Maika cuma mau chat-tan sama Six bentar doang kok, dasar aneh.

"Nanti kalau udah sampe Jogja, kita ngapain ya? Hemm, jalan-jalan ke Prambanan seru nggak sih?" sambil mengunyah puding, muka Maika tampak antusias. "Oh atau kita naik skuter keliling Malioboro?! Sama mampir ke pasar Bringharjo beli batik! Ihhh pasti seru bang——"

Welnusa School II: The Summer After RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang