"Jadi... lo temenan sama dua orang Hanoman nggak jelas kayak begini?"
Azelea nyengir lebar, sepertinya sang kakak punya ekspetasi lebih soal anak Welais Nusantara. Mayoritas mereka memang kelihatan lebih intelek dan fancy. Jarang ada yang mau diajak ke pasar malam, mereka lebih prefer beach party VIP dengan bikini warna-warni buah tangan disainer ternama. Namun minoritas ada juga kok yang mau-mau saja diajak eksperimen pergi ke pasar dengan alasan penasaran, misalnya kayak Maika dan Tokyo. Tunggu, Tokyo? Iya, si selebgram cetar membahana ulala-tralala itu ikut.
Ceritanya panjang, singkatnya menurut keterangan Maika. Tadi sebelum berangkat Tokyo nungguin Maika di depan asrama cewek karena dia janji sesuatu ke Tokyo dan belum ditepati, cowok kemayu itu ngotot banget imbalannya harus diberikan lantas dari pada dia bad mood Maika iseng ngajakin Tokyo ikut ke pasar malam.
Azelea juga kaget pasca tahu Tokyo ikut, gengsi mainnya cowok itu ada di level high pricey, ngalor-ngidul keseluruh Bar ibu kota atau fine dining bareng anak selebgram hits sambil pamer instastory bikin anak-anak kos seindonesia raya iri hati. Tokyo sih kelihatan banget baru beradaptasi, tadi pas naik kora-kora jadul rohnya serasa mau kecabut dari raga, dia takut setengah mati karena wahananya kelihatan karatan dan tak menjamin keselamatan. Terlalu parno padahal banyak anak kecil yang naik dan sejauh ini aman-aman aja, usai turun pun mereka ketawa-ketiwi sepanjang jalan beda sama Tokyo yang langsung cari tong sampah buat muntah.
Dia teriak-teriak mau pulang tapi agaknya Maika nggak peduli, jauh dari kata bosan. Maika kelihatan paling bahagia, dia banyak belanja aneka ragam kuliner, barusan beli tanaman hias juga namanya lidah mertua-mini yang dia taksir dengan alasan imut dan sekarang dikala Tokyo sudah lemas sambil menyenderi tiang listrik, Maika masih full energi lari sana-sini buat lihat dagangan abang jualan Ayam warna-warni. Sejenak Azelea dan kakaknya cuma bisa berdiri diam, mengamati tingkah mereka dengan helaan napas panjang.
Angelina bergidik ketika sadar Tokyo sudah kelihatan kayak zombie, dengan wajah pucat-pasih dan kembali muntah ke tong sampah. "Tipekal anak orang kaya banget, lo yakin temen lo yang satu itu baik-baik aja?"
"Hm?" awalnya Azelea sedang mengamati Maika yang lagi asyik pilih Ayam warna-warni. Ditanya demikian bikin dia menoleh ke arah sang kakak yang lebih tua setahun darinya itu. "I don't think so, apa kita harus pulang aja?"
"Teman-teman lo beneran nggak bisa diajak masuk-keluar hutan, datang ke pasar malam aja salah-satu dari mereka udah kayak mau meninggoy." Angel menggelengkan kepala samar, dia melirik jam di ponsel. "Udah jam segini, ayok balik."
"Kayaknya Maika masih lihat-lihat Ayam, kita tunggu aja sampai selesai."
"Lo udah bilang ke temen lo kalau Ayamnya nggak bener-bener warnanya gitu kan? Itu cuma pake pewarna buatan."
"Udah tadi."
"Dan dia tetap mau beli?"
"Biarin aja, Maika itu lagi ada ditahap penasaran banget sama lingkungan sekitar, dia suka bereksperimen dan kepengen coba segala hal. Maklum, dia belum lama tinggal di dunia luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Welnusa School II: The Summer After Rainy
RomanceBisa dibaca terpisah dari Welnusa School I; The Winter Found His Butterfly _______________________ Bagaimana jadinya kalau Sekretaris seorang anak konglomerat, justru mantan pasien Rumah Sakit Jiwa? Niel Bharta Kazuya tak pernah mengira bahwa Ayahn...