19 | Mereka Menyebutnya, Si Anak Badai

128 13 22
                                    

Niel merasakannya lagi, rasa takut kehilangan yang sama di detik-detik terakhir Mama dinyatakan tiada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Niel merasakannya lagi, rasa takut kehilangan yang sama di detik-detik terakhir Mama dinyatakan tiada. Mirip sekali, Niel tak tahu kenapa hal itu muncul ketika dia melihat Maika terluka. Satu kediaman Kazuya heboh karena insiden kecelakaan Maika, dokter langsung dikerahkan, Naira dan Sebastian juga ikut-ikutan panik dan kaos putih Niel sudah tak berwarna sebagaimana mestinya, karena baju itu penuh oleh noda darah. Kala semua orang takut Maika kehabisan darah atau kemungkinan paling buruk nyawanya melayang, Maika yang masih sadarkan diri malah senyam-senyum waktu belakang kepalanya dijahit dan diberikan perban.

Niel bengong, gadis itu baik-baik saja. Iya biar Niel ulangi, DIA BAIK-BAIK SAJA!

Dokter berkata kalau hanya belakang kepala Maika yang luka, kacanya menggores kulit kepalanya hingga sobek, tak besar tapi tak kecil juga. Setelah diberikan pereda sakit, bagian luka Maika dijahit, dan diperban. Dokter bilang untuk pemeriksaan bagian dalam akan segera dilakukan jika Maika setuju, tapi tahu apa jawaban gadis itu? Dia bilang begini. "Eeeeyyy, nggak usah. Nggak apa-apa, ini cuma luka kecil. Aku pernah lebih parah dari ini, dulu di RSJ aku sempet berantem sama suster pake botol wine."

Tentu saja mendengar riwayat Maika pernah tinggal di RSJ, bikin dokter jadi planga-plongo Nih pasien sebenarnya siapa? Anaknya Joker sama Harley Quinn apa gimana?

Tuan Kazuya sampai keluar dari ruang kerjanya untuk menjenguk Maika. Namun Niel rasa ke khawatirannya sia-sia, karena usai di obati, Maika malah lari sana-sini main sama Nao dan Ciyo——mereka adalah anjing Kuil berjenis Akita Inu yang dipelihara oleh pekerja, dan suka mondar-mandir di kediaman Kazuya—— Niel nggak pernah main sama Nao maupun Ciyo, dia nggak suka dekat-dekat hewan, begitupun Naira, Papa dan Mama Hanna. Yaka? Yah, cuma tuh cowok yang sering ngajak anjing-anjing penjaga Kuil buat main.

Niel baru selesai ganti baju, dan sekarang nemenin Maika main di taman belakang dekat pohon bungur, gadis itu sedang berjongkok sambil mengelus-elus pipi Nao dan Ciyo yang tampak padat oleh lemak. "Nieeel, mereka lucu banget. Boleh gue bawa pulang?"

Niel membalas datar. "Nggak."

Entah kenapa Niel merasa, Nao, Ciyo dan Maika berekspresi sama. Mereka seperti kecewa mendengar jawabannya. Well, kalau Karina dengar dia juga pasti sepakat, mau jadi apa kamar mereka kalau ada anjing, kucing dan Ayam. Emang dikira pasar satwa?

Hari sudah gelap, mereka diterangi oleh lampu-lampu taman, setelah acara makan malam tadi Niel terus memperhatikan tiap langkah Maika, Naira bilang Niel kelihatan kayak babysitter yang lagi ngasuh bayi baru belajar ngerangkak, percuma minta Maika istirahat, dia pecicilan, nggak bisa diam, dan lebih suka ngalor-ngidul meski tahu otaknya hampir geger tadi. Sesekali ia akan meringis begitu bertingkah agak kelewatan, bekas luka yang sudah diperban itu tetap saja masih nyeri, tapi Maika anggap dirinya adalah Thanos yang kuat dan tangguh. Haruskah Niel sentil bekas lukanya biar dia tahu serapuh apa dia sekarang?

Maika kuwalahan, Nao dan Ciyo sangat hiperaktif, akhirnya ia capek sendiri, lalu mendekat ke bangku taman tempat Niel duduk. Maika agak resah karena lukanya sesekali nyeri dan bikin dia kelihatan lemah. Ada sebersit rasa malu tiap matanya bertemu dengan pupil hitam Niel, Maika jadi teringat kalau tadi ia menangis karena takut mati. Sial banget, susah-susah membangun image cewek tangguh dan independent, sekalinya nangis malah di depan Niel, udah gitu alasannya konyol lagi. Apa Maika pulang sendiri aja ya? Harga dirinya terluka.

Welnusa School II: The Summer After RainyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang