"Woy Leondra! Anak lo bawa lari aset gue!"
Teriakan itu menggema satu ruangan, Nevan baru saja masuk ke ruangan kepala sekolah usai membanting pintu secara bar-bar. Sontak Leondra mendongak, helaan napas kasar terdengar jelas, sebelum Leondra menatap Nevan nyalang, baguslah dia datang kemari, Leondra bisa mencincang habis daging Nevan.
"Lo kira cuma lo yang khawatir di sini?! Maika juga hilang! Kenapa lo nyalain anak gue soal perkara ini?!"
"Oh ya?!" Nevan berkacak pinggang. "Sebelumnya Niel nggak pernah kayak gini! Gue yakin ini pasti pengaruh buruk dari Maika! Sebenarnya lo ngedidik dia kayak gimana sih?!"
"HEH! NAPA BAWA-BAWA CARA DIDIKAN GUE! Itu cuma hipotesa lo tau! Bisa jadi Niel nggak lagi bareng Maika, mereka pergi masing-masing dan cuma karena timing-nya pas lo asal nyimpulan mereka kabur bareng?!"
"Emang bener kayak gitu kan?!"
Ketukan pintu terdengar, Dere masuk dari sana tapi ia langsung terkejut begitu melihat Nevan dan Leondra sudah saling adu mulut. Tuhan semesta alam mereka mulai lagi. Dere sampai muak dibuatnya, percayalah cuma badan mereka yang membesar, nyawa mereka tetaplah anak kecil.
"Nevan ada tam———"
"Nah Dere! Bagus lo disini," Nevan memutar tubuh ke arah Dere. "Gimana menurut lo? Niel sama Maika pasti kabur bareng kan? Iyakan? Masa kata Leondra mereka nggak pergi bareng, jelas-jelas ini bukan kebetulan! Yakan? Gue bener kan? Dih, situ aja yang nggak mau ngaku anaknya yang ngasih pengaruh buruk."
"HEH SIMPANSE BIRAHI! NAPA LO JADI SALAHIN MAIKA! Pertama lo aja nggak tau Niel kemana terus langsung sangkut-pautin ke Maika, kedua lo udah ngatain anak gue pengaruh buruk! LO TAU, LO JUGA PENGARUH BURUK BUAT ANAK-ANAK DI SEKOLAH! KETIGA! KELUAR DARI RUANGAN GUE SEKARANG!"
Dere mendesah, "Gais tolong jan———"
"HEH LELEMBUT SARANGJANA GUE NGGAK MAU KELUAR SAMPAI LO NGASIH TAU NIEL ADA DIMANA?!"
"Gais please ja——"
"GUE JUGA NGGAK TAU DIA DIMANA! ANAK GUE JUGA ILANG! DAN LO YANG DIGADANG-GADANG SEBAGAI HAXOR TERHEBAT LA LA LA TAI ANJ*ING AJA NGGAK BISA NEMUIN MEREKA?! HAH HACKER MACAM APA LU!"
"APA LO BILANG?! EH ASAL LO———"
Dere menggebrak kuseng pintu. "NEVAN ADA TAMU BUAT LO!!!!!!!"
Hening.
Leondra dan Nevan mendelik, barusan itu teriakan Dere. Keduanya diam, baru sadar kalau Dere juga punya batas kesabaran. Yah, dia manusia. Hanya saja, Dere jarang sekali menaikkan suaranya di atas satu oktaf.
"Ta-tamu?"
Dere mengembuskan napas. "Tamu!"
Nevan berdehem, ia tampak bingung. "Gue nggak ada janji sama siapapun hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Welnusa School II: The Summer After Rainy
RomanceBisa dibaca terpisah dari Welnusa School I; The Winter Found His Butterfly _______________________ Bagaimana jadinya kalau Sekretaris seorang anak konglomerat, justru mantan pasien Rumah Sakit Jiwa? Niel Bharta Kazuya tak pernah mengira bahwa Ayahn...