22. Rahasia Freza

100 4 1
                                    

Malam ini aku memilih untuk tidak pulang ke rumah, aku menginap di hotel tempat aku dengan Freza datang dulu.

Sebelumnya aku takut dengan tempat ini, tetapi ketika Freza membawaku ke sini dan mulai bersikap lembut padaku, membuatku tidak takut untuk datang ke sini lagi.

Tempat ini merupakan tempat yang membuatku kehilangan kesucianku. Ya, malam itu adikku yang membawaku ke hotel ini dan seorang pria yang merenggut kesucianku.

Aku benar-benar benci ketika mengingatnya, apalagi karena ulah mereka kini aku harus mendapat bencananya.

Cukup lama aku terdiam di kamar, hanya keheningan yang menemaniku malam ini. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kamarku.

Suara langkah kaki itu benar-benar nyata dan semakin dekat. Aku terkejut, segera aku bersembunyi di dalam lemari.

Beruntungnya lampu di kamar itu sedikit pencahayaannya, sehingga membantuku untuk menyembunyikan diriku.

Samar-samar aku mendengar suara pria yang begitu akrab dengan telingaku. Wajahku mendekat untuk mengintip keadaan di luar.

Kedua mataku membulat sempurna ketika melihat sosok yang berdiri di depanku adalah Bryan—asisten Freza.

"Bagaimana bisa dia ada di sini? Dan kenapa?" Itulah yang kupikirkan saat ini.

Bryan tampak menatap ke sekeliling seperti mencari orang. Hingga tiba-tiba tatapannya jatuh pada lemari yang tengah menyembunyikan diriku.

Aku tersentak, jantungku berdetak dengan cepat. Tubuhku menjadi kaku tidak bisa digerakkan, hingga suara seorang pria membuat Bryan menolehnya.

Kutarik nafas panjang, aku bisa selamat dari Bryan yang seolah tahu aku tengah bersembunyi.

"Bagaimana? Apakah ada jejak?" Kedua mataku kini membulat lagi, jantungku semakin berdetak dengan cepat.

Aku sangat mengingat suara siapa ini, kucoba untuk memastikannya dan semuanya tepat seperti dugaanku.

Hal yang semakin membuatku terkejut adalah Freza yang berdiri!?

"Di dia bisa berdiri?" tanyaku menatap Freza yang tengah berdiri dengan tetap menghadap ke arah Bryan.

Bryan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, Tuan. Namun, apakah tuan baik-baik saja tidak memakai kursi roda? Saya takut orang-orang yang dikirim tuan Ardhan berada di sekitar sini dan mengetahui jika Tuan tidak benar-benar lumpuh," tuturnya berhasil membuatku terdiam membatu.

Tubuhku benar-benar lemas mendengarnya, bagaimana bisa Freza menyembunyikan hal sebesar ini padaku? Sebenarnya Freza siapa?

"Diamlah, kau mengungkapkannya sekarang. Aku harus menemukan gadis itu, sekarang dia pasti tengah mengandung," balas Freza sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan? Menurut informasi, gadis itu sudah pulang sejak lama," ucap Bryan membuat Freza terdiam.

Aku terus memperhatikan ke depan, kedua mataku mengerjap berkali-kali. Dan ternyata memang benar aku melihat Freza berdiri dengan tegap tanpa kursi rodanya.

"Kenapa? Kenapa lo sembunyiin hal besar ini sama gue, Za? Gue kira lo udah mulai buka hati dan nerima gue, ternyata semua hanya sebuah pernikahan di atas kertas," tuturku sambil memejamkan mataku.

Hatiku berdenyut sakit, aku benar-benar tidak habis pikir dengan sikap acuh Freza yang begitu.

Kepalaku terasa pusing, aku ingin keluar tapi Freza dan Bryan masih ada di dalam kamar.

Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam pikiranku, tetapi tidak tahu mengapa kedua mataku tiba-tiba menutup perlahan.

Samar-samar aku mendengar suara Freza. Dia mencari seorang gadis? Siapa gadis itu sehingga Freza harus mencarinya ke seluruh kota?

Perlahan kesadaranku menghilang, hal yang terakhir aku ingat adalah wajah khawatir yang ditunjukan oleh Freza.

"Siapa dia?"

*

Cahaya matahari yang perlahan masuk ke dalam kamar membuatku perlahan bangun dari tidurku.

Semalaman aku tidur di dalam lemari, sebenarnya adalah karena aku yang kehabisan oksigen di sana membuatku pingsan.

Kubuka lemari dan bergegas keluar, rasanya masih seperti mimpi melihat Freza bisa berdiri seperti orang biasa.

"Apa semalam itu semuanya benar?" Aku ragu dengan penglihatanku sendiri.

Kucoba untuk menyangkalnya dengan mengatakan semua itu hanyalah mimpi, tetapi mengingat aku yang bangun dari tidur dalam keadaan di dalam lemari, begitu bisa kusangkal.

Akan tetapi, jika semalam adalah kehidupan nyata, lalu bagaimana dengan Freza? Apakah dia benar-benar bisa berdiri?

Lalu mengapa Freza harus menyembunyikan hal sebesar itu pada semua orang? Aku tidak mengerti dengan semuanya.

Kupikir Freza adalah pria pada umumnya, ternyata banyak sekali teka-teki dengan dirinya.

Pikiranku melayang, aku kembali teringat dengan ucapan Freza tadi malam.

"Mencari seorang gadis? Siapa dia? Kenapa Freza harus mencarinya? Dan seberapa penting gadis itu dalam hidupnya?"

Hatiku benar-benar hancur, air mataku perlahan jatuh. Aku begitu cemburu dan kesal ketika mengingat Freza yang termenung diam, memasang raut wajah khawatir ketika membicarakan soal gadis yang dicarinya.

Kutundukan kepala, perasaanku pagi ini benar-benar kalut. Aku tidak tahu apa yang tengah Freza rencanakan, mengapa dia harus mengejar seorang gadis sedang statusnya adalah seorang suami dari wanita lain?

Aku adalah istri sahnya, lalu mengapa Freza tidak mencariku dan malah mencari orang lain? Apa hubungannya?

Berbagai pertanyaan itu muncul dalam benakku, tentu saja pertanyaan itu semua tidak bisa kujawab.

Ingin sekali aku mendatanginya sekarang dan bertanya, tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk hal itu.

Aku sungguh tidak mengerti, ada hal yang aku sembunyikan begitu juga dengan Freza. Apakah semua ini benar?

Kuusap wajahku dengan gusar, rasanya hatiku masih merasa tak nyaman. Tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk selanjutnya.

Sedikit demi sedikit aku tahu rahasia Freza selama ini, tetapi aku belum tahu pasti dia menyembunyikannya atas dasar apa.

"Za, gue gak suka kayak gini. Gue cuman pengen kita kayak dulu, sulit banget, ya?" tanyaku bermonolog sendiri.

Tatapanku menatap lurus ke depan, pikiranku kembali melayang dan terus memutar bagaimana Freza yang begitu gusar mencari seorang gadis.

Apakah dia cinta pertamanya? Kenapa? Tanpa sadar air mataku kembali keluar, aku menangis karena rasa cemburuku yang membara di hati dan tidak ada yang memadamkannya.

Freza menyembunyikan sesuatu yang begitu besar padaku, apakah yang kurasakan saat ini juga dirasakan oleh Freza?

Aku ingin sekali mengaku dan menceritakan segalanya pada Freza. Namun, waktu yang berputar terlalu cepat membuatku tidak bisa mengutarakan yang sebenarnya.

Sekarang aku harus bagaimana? Freza sudah mengacuhkanku begitu saja. Dan kedua mertuaku sedang tidak ada di sini, hanya merekalah yang bisa membantuku.

Kuusap wajahku yang basah karena menangis. Hatiku masih gundah dibuatnya, malam ini ada undangan yang harus aku datangi.

Saat itu apakah Freza masih akan tetap mengacuhkanku? Bagaimana reaksinya jika aku tahu rahasia terbesarnya?

"Ayolah Fiona, lo gak perlu mewek gini. Masih pagi juga, inget tujuan awal lo nikah sama Freza buat ngabisin hartanya," tuturku mencoba menyemangati diriku sendiri.

Priaku di Kursi RodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang