10. Hadiah Untuk Azkia

403 11 0
                                    

Udara pagi yang terasa dingin, karena diluar langit sedang menangis, seorang perempuan di bawah selimut semakin erat memeluk guling, guling yang sangat nyaman dan harum, padahal terasa keras, namun kenyamanannya bisa menembus hati.
Tunggu, sejak kapan guling ini jadi keras dan wangi. Dengan cepat Azkia membuka mata, niat akan mundur dia urungkan, karena terpesona dengan wajah tampan yang sedang tertidur pulas. Mata yang biasanya menatap tajam bagaikan elang, kini telah terpejam. Bulu mata yang lentik layaknya perempuan membuat Azkia tersenyum geli. Lucu sekali, pikirnya.
Pandangannya turun ke hidung mancung itu, lalu memandang bibir yang membuat pipinya merona dan jantung yang berdetak kencang itu, dan jangan lupakan rahangnya yang tegas, semakin menggoda Azkia untuk menyentuh wajah milik Deffin.
Hingga akhirnya Azkia membelai wajah tampan sempurna itu, meski sekilas, namun mata Azkia tidak bisa berhenti untuk menatapnya. sehingga...

"Sudah puas menikmati wajah tampanku," ucap Deffin dengan senyum menjengkelkan.

Azkia tidak menjawab, dia tidak mengelak dan terlalu malu untuk mengakuinya. Dengan cepat dia bangun, namun secepat itu pula Deffin menarik tangannya, hingga akhirnya dia terjerembab dalam pelukan Deffin.
"Berikan ciuman untukku, enak sekali kau semalam menyuruhku menggendong sampai kamar, kau kira tubuhmu tidak berat."
Azkia cengo, dalam hati dia berkata, "Siapa juga yang menyuruhmu menggendongku?" Dengan cepat Azkia menggelengkan kepalanya, lagi-lagi dia lupa dengan aturan tertulis itu.
"Berarti dua ciuman," ucap Deffin santai.
"Nanti saja sayang, aku belum gosok gigi." Elaknya.
"Tiga ciuman."
Azkia melototkan matanya, "apa-apaan sih dia."
"Dasar gadis bodoh, kelamaan." Deffin hendak mendekatkan wajahnya, namun Azkia masih berusaha untuk menolaknya.
"Sayang, bau tau, nanti kamu jijik."
"tidak akan. Tidak percaya, sini aku buktikan."
Akhirnya bibir Itu tertempel juga, melakukan hal yang sama seperti di kantor waktu itu, Deffin tidak berani melakukan lebih, karena masih teringat dengan kejadian di hotel yang membuatnya kesal waktu itu.
"Satu.."  Lalu dia melumat bibir Azkia lagi.
"Dua.."
"Sekarang ketiga..."
Namun, Deffin sedikit melakukan kecurangan untuk yang ketiga kali, dia melumat bibir Azkia sangat lama hingga nafas Azkia tersengal.
"Bernapas bodoh, ayo ulangi lagi yang ketiga belum sah."
"Hah, apa ?" Belum sempat Azkia menjawab. Namun, Deffin segera melumatnya lagi, karena masih kaget Azkia lupa lagi untuk bernapas.
"Kamu sengaja ya melakukan kebodohan lagi, biar kita bisa mengulanginya lagi." Sampai akhirnya kejadian itu terulang hingga beberapa kali, hingga akhirnya panggilan telepon dari Sekertaris Roy membuyarkan kegiatan mereka.
"Kenapa aku jadi merasa bodoh beneran ya, dasar bodoh.. bodoh.. mau saja kamu dibodohi Tuan Gila itu," gumam Azkia sambil membenturkan kepalanya dikamar mandi, setelah dia berhasil kabur ketika Deffin menerima panggilan telepon tersebut.
*******
Kini Deffin, Azkia dan Roy menaiki mobil menuju tempat hadiah Azkia, Sesuai janji Deffin jika Azkia patuh selama seminggu dia akan memberikan Azkia hadiah.
Mobil berhenti di depan bangunan seperti ruko yang besar. Terlihat ada beberapa awak media yang sudah bersiap di tempatnya.
Sekretaris Roy turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Deffin, Deffin yang sudah keluar, tangannya segera menyambut tangan Azkia, seperti peragaan drama romantis, mereka berjalan anggun di depan kamera.
Setelah sampai di dalam toko yang siap terisi dengan pakaian-pakaian mahal. Deffin berpidato di panggung kecil yang sudah dipersiapkan itu.
"Selamat pagi semuanya, terima kasih telah hadir memenuhi undangan kami, untuk acara peresmian pembukaan butik Grizelle. Untuk kedepannya ruko ini akan diisi pakaian yang khusus didesain istri tercinta saya. Ini adalah impian istri saya semenjak kecil, untuk kedepannya mohon bantuan kerja samanya, terima kasih."
Seperti itulah pidato singkat Deffin yang diakhiri dengan pemotongan pita yang dilakukan Deffin dan Azkia.
Hari ini Deffin sengaja mengundang media untuk memperlihatkan betapa dia sangat mencintai Azkia, apa yang diinginkan istri kesayangannya, dia akan wujudkan.
Dan secara tidak langsung memberitahukan ke seluruh dunia, jangan sampai ada yang bertindak kurang ajar pada istri kesayangannya , jika tidak ingin berurusan dengannya.
Namun, bagi Azkia Deffin saat ini hanya akting saja, dia sedang berperan menjadi seorang suami idaman, ada rasa haru yang sedang ditampiknya, tanpa sadar di dalam hatinya mulai terukir nama Deffin Wirata, seseorang Tuan Muda Arogan yang bersikap seenaknya sendiri, namun disisi lain bisa memunculkan bunga bunga yang bermekaran di hatinya.
*****
Setelah acara Deffin dan Azkia sedang duduk di sofa sambil mengawasi para pegawai yang akan bertugas di butik Grizelle milik Azkia.
"Sesuai janjiku, ini hadiah untukmu. jadi simpan saja tabunganmu, dan kau gunakan kartu-kartu ini untuk bersenang-senang," Menyerahkan beberapa kartu yang salah satunya kartu kredit tanpa batas.
"Kau bebas boleh pergi ke mana pun, tapi harus dengan izinku, dan keluar di saat aku sedang bekerja di kantor."
Azkia hanya mengangguk, dia masih terkejut menatap kartu-kartu itu. "Buat apa kartu sebanyak ini? Sedangkan keperluanku saja sudah terpenuhi, tapi terserah lah anggap saja gaji jadi pelayan pribadi," ujar Azkia dalam hati.
"Meski sekarang butik ini milikmu, jangan sering datang kesini. Gambar pakaian saja di rumah, urusan di sini serahkan saja pada mereka." Tunjuknya kepada orang orang yang sedang sibuk menata barang.
Azkia hanya mengangguk lagi, lalu dengan senyum tulus Azkia memandang wajah Deffin. "Terima kasih," ucapnya.
"Aku tidak perlu kata-kata, ayo tunjukkan langsung rasa terima kasihmu, kita ke lantai atas."
"Kenapa harus di lantai atas?"
"Baik, kalau kamu maunya disini, dengan senang hati orang-orang bisa melihat bukti cintamu padaku," ucapnya tulus, namun bagi Azkia Deffin kembali menyebalkan.
Tanpa membantah karena tidak mau sampai nanti ada tugas yang akan merusak kebahagiaan hari ini, Azkia mengikuti langkah Deffin yang menggandengnya naik ke lantai atas.
****
Di lantai atas mereka sedang menikmati ciuman memabukkan, kali ini entah mengapa tidak ada rasa terpaksa dari Azkia, dia benar-benar tulus berterima kasih kepada Deffin, meski permintaan konyol Deffin yang meminta ciuman darinya.
Tadi Azkia yang lebih dulu menempelkan bibirnya, memulai semuanya dengan kaku, karena gemas akhirnya Deffin yang memimpin, namun kepasifan Azkia membuat Deffin senang, karena berarti dia orang pertama kali merasakan bibir manis itu.
"Aku tidak mau hanya hari ini saja, aku mau minimal dua kali dalam sehari kamu menciumku duluan untuk ungkapan terima kasihmu, ini aturan.  Jika kamu lupa, akan ada hukumannya," ujar Deffin agar ia bisa leluasa menikmati bibir yang menjadi candunya itu.
Azkia hanya mengangguk, tapi di dalam hatinya dia berkata, "Bisa tidak sih meminta dengan cara yang manis, kalau ada yang mendengar perintah otoritermu itu mereka akan percaya semua sikap manis yang kau lakukan padaku hanya akting, dasar Tuan Aneh. Tapi apa yang terjadi padaku, kenapa aku merasakan perasaan aneh ini, apa ini yang di namakan jatuh cinta, tidak mungkin. Aku yang berpacaran lama dengan Mark saja tidak pernah merasakan ini, padahal sikapnya jauh lebih manis dari Tuan Arogan ini."
Masih ada keraguan di hati Azkia, namun mereka tetap melanjutkan kegiatan indah mereka.

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang