9. Kesialan Berujung Manis

439 11 0
                                    

Kini mereka sudah berada di mobil yang dikemudikan oleh Roy, perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Azkia yang sedari tadi bertanya mau ke mana, tapi sama sekali tidak ada yang mau menjawabnya.
Karena perut terasa kenyang, dan perjalanan membosankan yang tidak ada percakapan sama sekali, akhirnya rasa kantuk menyerang Azkia, kepalanya hingga terantuk kaca jendela mobil. Namun, dia sama sekali tidak terganggu karena rasa nyamannya udara di dalam mobil.
"Dasar gadis bodoh," ucap Deffin seraya tersenyum tipis, lalu ia mengarahkan kepala Azkia ke pahanya dan memposisikan kaki Azkia dengan benar hingga terlihat terasa nyaman. Dengan lembut dia mengelus rambut panjang itu dan mencuri ciuman mulai dari ujung kepala dan seluruh wajahnya.
"Ada untungnya juga kamu jadi Putri tidur." Dengan senyum semakin lebar, Deffin sangat senang melihat wajah cantik itu.

Sedangkan di bangku kemudi, Roy melirik kaca, untuk melihat kondisi kursi belakang, dia tersenyum merasa bahagia juga melihat senyum di wajah Tuan Mudanya. Akhirnya setelah bertahun-tahun Tuan Mudanya menemukan kebahagiaannya.
******
Mobil sampai di tujuan. Terlihat tempat wahana permainan yang luas dan besar. Namun, tidak ada satu pun kendaraan yang terparkir di area parkir khusus pengunjung itu. Hanya ada mobil mewah milik Deffin.
"Hei, bangun. Mau sampai kapan kamu tidur?" Deffin menggoyangkan kakinya agar Azkia terbangun.
Azkia mengerjapkan matanya, ia bingung sekarang  sudah ada di mana? Setelah tersadar dengan keadaannya sekarang, dengan cepat ia duduk dan menoleh ke arah Deffin.
"Enak sekali kamu tidur di pahaku, senyaman itu kamu tidur, kamu kira sedang tidur di ranjang dan pahaku kamu anggap bantal," ujarnya.
"Maaf," jawab Azkia sambil menundukkan kepalanya. "Salah sendiri kenapa tidak bangunkan aku dari tadi," gerutu Azkia dalam hati
.
"Ayo cepat turun," ucap Deffin sambil membuka pintu mobil. Dengan segera Azkia membuka pintu sebelahnya. Setelah keluar, ia kaget melihat pemandangan di luar, matanya berbinar, sudah lama dia tidak datang ke taman bermain. sudah terpikirkan wahana apa yang akan dimainkannya, bahkan wahana yang berbentuk kuda-kudaan itu yang akan menjadi list pertamanya.
Setelah masuk, baru Azkia tersadar bahwa di dalam tidak ada satu pengunjung pun kecuali mereka bertiga, hanya terlihat petugas yang berada di posisi masing-masing.
"Kok sepi, apa jangan-jangan tiket di sini mahal, sayang sekali tempat besar dan sebagus ini jadi bangkrut," batin Azkia.
*****
Setelah beberapa jam kemudian.
"Huek...Huek...." Azkia muntah untuk beberapa kali.
"Ha ha ha..." Sedangkan Deffin yang melihat, tertawa tanpa merasa bersalah, namun sesekali dia mengurut belakang leher Azkia.
"Sialan kau, dasar gila!!! Sesenang itu melihatku menderita, awas kau! Lain kali akan kubalas perbuatanmu ini," geram hati Azkia.
Dengan lemas Azkia bangun dari posisi jongkoknya. Namun dia langsung memekik karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang, kaget dengan ulah Deffin yang tiba-tiba saja menggendongnya ala bridal style.
"Mau coba wahana lain? Sekarang kubiarkan kamu yang memilih, aku sudah puas bermain wahana kesukaanku." Deffin tersenyum dengan senyum menyebalkan.
Azkia hanya melirik tajam. Hanya untuk berbicara saja dia sudah tidak sanggup. Tapi di dalam hatinya dia masih sangat kuat untuk memaki Deffin.
Azkia sudah sangat kapok menaiki beberapa wahana menegangkan tadi, mulai dari roller coaster, kora kora, dan yang lainnya.
Deffin memasukkan Azkia ke dalam mobil dengan hati-hati. Tidak lama kemudian mobil melaju di jalanan, secepat itu pula Azkia yang sangat lemas tertidur.
Mobil berhenti di depan pintu masuk hotel, langsung saja Deffin keluar dengan menggendong tubuh Azkia, menaiki lift menuju kamar pribadinya di hotel tersebut.
Setelah cukup lama Azkia tidur, Deffin membangunkannya.
"Hei, ayo bangun, cepat lakukan tugas barumu," ujar Deffin dengan alis yang di naik turunkan.
Dengan malas Azkia bangun, sudah tidak kaget lagi di mana sekarang, sikap Deffin yang seenaknya sendiri sudah tidak lagi mengejutkannya.
Setelah selesai mempersiapkan air di bak mandi, Azkia kaget ketika melihat Deffin yang berada di belakang sudah polos tanpa sehelai benang pun.
"Astaga!!! Dasar gila, apa yang kau lakukan,
meskipun aku akan memandikanmu kau tidak perlu melepaskan boxermu juga," gumam Azkia dalam hati.

Tapi, Azkia sedikit terpesona melihat tubuh kekar suaminya, lengan berotot, kulit yang putih bersih , dada dan perut kotak kotak itu.
Akh...
Dengan cepat Azkia menggelengkan kepalanya, "Apa yang baru saja kupikirkan," gumamnya.
"Sudah puas melihatnya, atau kau mau mencobanya di sini," ucap Deffin dengan suara beratnya, dia sedang menggoda Azkia yang pipinya sudah memerah hingga telinganya
.
Azkia membelalakkan matanya mendengar bisikan Deffin. Dia sangat terkejut hingga tidak menyadari bahwa Deffin sudah berendam di dalam bathtub.

"Kau ingin aku masuk angin, sampai kapan kau akan diam di situ. Cepat mandikan aku!" perintah Deffin membuyarkan keterkejutan Azkia.
Azkia menarik nafas perlahan ketika mulai menggosok punggung suaminya. "Hari ini aku benar-benar sial," ucap hatinya.
Sedangkan Deffin memejamkan matanya, menikmati perlakuan lembut Azkia. Lalu dalam hatinya berkata, "Sabar junior, tidak lama lagi kau akan menikmati bagianmu." Dia berpikir keras bagaimana cara menghilangkan kutukan itu.

"Karena kelakuan kakek dan ayah, aku yang harus menerima getahnya, sial!" Lanjut hatinya.

***
Setelah mereka selesai dengan penampilannya, kini mereka menaiki mobil menuju restoran tempat bertemu dengan kolega Deffin.
Terlihat di tempat VVIP itu sudah ada dua pria paruh baya duduk menunggu kedatangan Deffin. Sudah ada makanan menu seafood tersedia di atas meja. Mereka berlima sudah duduk dengan tenang.
"Maaf, Tuan. Bagaimana jika menunya diganti saja? Biar saya saja yang membayar semua tagihan." Ucapan Deffin membuat dua orang itu terkejut, biasanya tidak ada masalah jika makan bersama Tuan Deffin dengan menu ini, apalagi restoran ini terkenal dengan seafood nya yang enak.
"Apa ada masalah dengan makanannya Tuan?" Tanya salah satu koleganya.
"Oh tidak, hanya saja istri saya tidak menyukai seafood, kalau ikan air tawar dia suka, saya hanya kurang nyaman jika melihat apa yang tidak disukai istri saya terlihat di depan matanya," ucap Deffin sopan.
"Oh begitu ... Anda sangat mencintai istri Anda rupanya, beruntung beliau memiliki suami seperti Anda," puji kolega lainnya. "Baik tidak masalah, ganti saja dengan menu favorit istri Anda," lanjutnya tulus.
Azkia hanya diam tidak mengerti bahasa yang diucapkan suami dan koleganya itu, sampai para pelayan mengganti semua menu di meja dengan menu kesukaannya. Dia malah dengan senang hati akan menikmatinya.
****
Setelah selesai, kini mereka dalam perjalanan menuju pulang ke rumah.
"Mengapa setiap habis makan aku mudah sekali mengantuk, dan tidurku benar-benar seperti orang mati, aku merasa sangat nyaman, berbeda dengan dulu," batin Azkia.

Dan benar saja, tidak membutuhkan waktu yang lama, dia langsung terlelap. Lagi-lagi Deffin dengan sabarnya memperlakukan Azkia seperti biasanya tadi.
Sesampainya di rumah, Deffin menggendong Azkia sampai di kamar, setelah membaringkan tubuh Azkia, dia kemudian menyusul membaringkan tubuhnya sendiri di samping Azkia.
Memeluknya sambil berkata di dalam hati, "Tidurlah yang nyenyak, persiapkan dirimu untuk esok hari, mungkin kau akan merasa sedikit kesal. Namun, besok adalah hari yang paling membahagiakan untukmu. Selamat tidur istri tercantikku, semoga mimpi indah." Ucapan Deffin diakhiri dengan mengecup kening Azkia mesra.
***

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang