15. Kehancuran Part 1

375 11 0
                                    

Adegan panas itu berlangsung cukup lama, hingga Azkia merasakan sensasi aneh untuk pertama kalinya, Dia merasakan sesuatu yang sangat sulit untuk dijelaskan.
Dengan wajah yang terus menahan malu karena kelepasan mengeluarkan suara yang sangat terdengar merdu di telinga Deffin. Sedangkan bisikan dari Deffin malah semakin membuat pipi Azkia semakin memerah.
" Bagaimana rasanya? Nikmat bukan, akan kukasih yang lebih nikmat dari ini, tapi tidak sekarang. Jadi persiapkan dirimu untuk hari yang akan datang itu."
Setelah mengucapkan kata itu Deffin mencium kening Azkia dengan lembut, lalu dia berlalu menuju kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya sendiri.
"Huft, sial! Ternyata ingatan sialan itu belum bisa hilang sepenuhnya, tapi setidaknya aku ada kemajuan hingga ke titik itu," gumam Deffin.
"Astaga, apa yang terjadi tadi. Aaa.... aku bisa gila jika mengingatnya." Azkia menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala dengan selimut tebalnya. Malu telah menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tidak lama kemudian Deffin keluar dari kamar mandi, terdengar pintu kamar diketuk, yang ternyata dua orang pelayan wanita dan Erwin yang mengantarkan makan siang mereka.
Setelah kepergian para pelayan, Deffin berjalan mendekati ranjang.
" Hei, ayo bangun. Apa kau tidak merasa lapar? Sekarang cepat bersihkan dirimu."
Setelah mengucapkan itu Deffin menuju sofa yang di atas mejanya sudah tersusun makanan yang menggugah selera.
Azkia yang mendengar suara langkah kaki menjauh segera bangun dan setengah berlari menuju kamar mandi.
Deffin yang melihat tingkah lucu istrinya menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis.
Setelah cukup lama menunggu, keluarlah Azkia yang terlihat segar, Dia mendekat ke arah Deffin, dan mulai melayani makan siang untuk Deffin.
Tepat setelah Deffin menghabiskan makanannya, ponsel Azkia yang berada di atas meja sekejap bergetar , terlihat nomor asing yang mengirimkan pesan. Dengan santai Deffin membuka isi pesan itu.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, sesuatu yang penting. Temui aku di cafe Xperia jam tiga sore." Bella.
Azkia yang penasaran ikut melihat siapa yang mengirimkan pesan, dia terkejut melihat mantan adiknya yang ternyata mengirimkan pesan, lalu menduga apa yang ingin disampaikan Bella.
Begitu juga dengan Deffin yang sedang menerka apa yang akan direncanakan oleh keluarga Hendrawan. Deffin sedari awal sudah menerka, Hendrawan sudah pasti tidak akan semudah itu melepaskan tambang emasnya.
Masih banyak aset peninggalan almarhum ayah Azkia yang diatas namakan Azkia, sebelum semua harta jatuh ke tangan mereka, mereka akan selalu mencari cara agar semuanya bisa dimiliki.
Cukup lama mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, dengan ragu Azkia bertanya memecahkan keheningan tersebut.
"Apakah aku boleh menemuinya?" Memandang Deffin penuh harap, Azkia sangat penasaran, makanya ia ingin menemui mantan adiknya itu.
"Terserah, tapi pastikan pulang tidak ada masalah sama sekali," ujar Deffin.
"Yaitu luka sedikitpun," lanjut Deffin dalam hati, sengaja Deffin hanya mengucap kata itu untuk membuat jengkel Azkia, Deffin berlalu keluar kamar dengan senyum tipisnya,
"Tidak akan kubiarkan siapa saja menyakitimu sedikit pun, baik hati maupun fisikmu. Jika hal buruk itu terjadi, maka aku akan merasa suamimu ini adalah lelaki yang paling hina."
Sedangkan di dalam kamar.
Benar dengan pemikiran Deffin, Azkia yang mendengar jawaban Deffin mengerucutkan bibirnya, "Memang kau kira aku bocah pembuat masalah?"
***
Cafe Xperia
Kafe itu cukup ramai, jam sudah menunjukkan pukul tiga. Azkia yang baru datang berjalan dengan santai, tidak ada pengawal yang membuntutinya, terpaksa mereka mengikuti perintah Nona Mudanya untuk menunggu di mobil.
Karena Sekretaris Roy juga menyuruh mereka mengikuti kemauan Azkia. Tidak ada yang perlu ditakutkan, hanya untuk menghadapi tiga kecoak itu, namun tetap bagi Deffin keselamatan Azkia menjadi prioritasnya, akan tetap ada pengawal bayangan di sekitar Azkia selama keluar rumah, Jadi mereka yang mengawasi Azkia di dalam cafe.
Tampak tiga orang duduk dengan lagak sombong dan dandanan yang paling glamor di antara yang lain.
"Huh, seharusnya kalian minta aku menemui di restoran mewah, bukan cafe terkesan biasa seperti ini, sama sekali tidak cocok dengan penampilan kalian," kata hati Azkia melihat ketiga mantan keluarganya tersebut.
Mereka sengaja memilih tempat biasa agar tidak ada yang bisa menyaingi mereka. Azkia sudah mendekat dan langsung disuruh duduk.
"Langsung saja, Ayah tidak ingin basa basi karena sudah ditunggu kolega Ayah," menyerahkan beberapa berkas. "Tanda tangani semua ini untuk balas budi karena kami sudah merawatmu."
Azkia hanya melirik sekilas tanpa berniat memegang, lalu memberikan senyum mengejek sambil berkata, "Sampai kapanpun aku tidak akan menandatangani surat itu, Tuan Hendrawan, begitu serakahnya kalian, rumah dan perusahaan tidak cukup bagi kalian hingga meminta aset peninggalan almarhum ayahku yang lain." Azkia menekankan setiap perkataannya.
Ketiga orang itu terkejut, darimana Azkia tau rahasia besar yang mereka simpan selama ini.
"Jika kalian ingin hidup tenang, jalani saja kehidupan kalian seperti biasa, dan jangan pernah mengharapkan yang lain lagi."
Bella yang mendengar ucapan sombong Azkia, ia tidak terima. Dengan berapi-api dia membalas, "Jangan sok dulu kau Azkia, Ingat ucapanku di mall tidak main-main, akan kurebut semua yang jadi milikmu." Ancaman dari Bella dengan penuh percaya dirinya.
"Dengan senang hati aku menunggu usahamu." Dengan nada meremehkan Azkia bangun dari duduknya, menundukkan kepalanya lalu berlalu meninggalkan ketiga orang itu.
Terlihat wajah geram dari ketiga orang itu. Setelah kepergian Azkia mereka menyusun rencana, Tanpa permisi kejutan dari Deffin detik itu juga langsung menghancurkan semua rencana mereka.
"Apa?!!!" Hendrawan langsung memegang dadanya, ketika mendengar kabar dari sambungan telepon tersebut, sedangkan kedua wanita itu bingung melihat wajah Hendrawan yang sangat terkejut dan pucat.
"Se-semuanya ...." lanjutnya lagi dengan tubuh yang limbung ke lantai, dengan sigap orang yang di sekitar mereka membantu Hendrawan masuk ke mobil milik mereka, Bella yang mengemudi langsung bergegas membawa ayahnya ke rumah sakit.
Ternyata berita kebangkrutan dan semua aset yang dimiliki keluarga Hendrawan jatuh ke tangan Deffin dengan mudahnya, itulah yang membuat Hendrawan terkena serangan jantung mendadak.
Tidak hanya itu, penjara juga menantikan kedatangan mereka bertiga, bukan hanya penipuan tentang sertifikat yang mengakuisisi perusahaan milik ayah Azkia, namun pembunuhan kepada ibu Azkia, dan juga kasus percobaan pembunuhan Azkia yang terakhir juga telah menyeret Bella.
Semua bukti sudah didapatkan sekertaris Roy, Deffin yang sudah tidak sabar memintanya menyerahkan semua bukti itu hari ini, dan menuntut semua orang yang berada di belakang Hendrawan.
****************
Setelah sampai di rumah sakit, Bella dan ibunya mengantar Hendrawan hingga ke ruang UGD, Bella yang bisa menebak setelah ini mereka semua akan ditangkap polisi segera berinisiatif kabur.
"Bu, aku akan pulang ke rumah untuk ambil pakaian, Ibu tunggu Ayah di sini ya."
Ibunya yang sedang menangis hanya mengangguk dan mengucapkan hati-hati.
Bella dengan cepat berjalan ke mobilnya, dan setelah sampai di mobil dia berkata,
" Brengsek! Sialan kau Azkia!!! jika aku tidak bisa mendapatkan semua milikmu, tidak akan kubiarkan kau juga mendapatkan kebahagiaanmu, lihat saja apa yang aku lakukan besok ...."

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang