18. Hukuman Untuk Para Pengganggu

340 12 0
                                    

Beberapa hari ini kesehatan Deffin berangsur membaik, tidak ada pembicaraan antara Deffin dan Azkia yang menyinggung kejadian kemarin.
Deffin yang tetap tidak mau menceritakan tentang dirinya, begitu pula dengan Azkia yang pura-pura tidak tahu.
Sudah seminggu tidak berangkat ke kantor, Deffin menggunakan waktunya sebaik mungkin, yaitu bermanja-manja dengan Azkia.
Sedangkan Azkia tidak merasa keberatan sama sekali, dia sudah terbiasa dengan sikap aneh Deffin.
Hari ini sudah siang, bayi besarnya sedang tidur siang, sedangkan Azkia sama sekali tidak mengantuk karena bangunnya tadi kesiangan.
Semalam mereka membicarakan hal menyenangkan hingga membuat kedua orang itu begadang, Alhasil Deffin membiarkan Azkia bangun kesiangan, sedangkan dia mengurusi pekerjaan kantornya di rumah.
Merasa bosan Azkia berniat ke lantai bawah, hanya ingin melihat taman di belakang rumah, banyak tumbuhan buah-buahan dan aneka macam bunga warna warni yang tumbuh subur, ada beberapa ekor kelinci, dan macam-macam burung yang menambah keramaian taman itu.
Meski duduk agak jauh namun Azkia sudah merasa puas untuk memandang, hingga kesendiriannya mengundang bik Mur untuk mendekat.
"Meski siang namun tidak mengurangi keindahannyakan, Nona?"
Pertanyaan basa-basi bik Mur.
"Eh, iya ik, silahkan duduk Bik." Azkia yang terkejut kehadiran bik Mur, segera menyuruh wanita paruh baya tersebut untuk duduk.
"Nona sedang memikirkan apa?" tanyanya ramah.
" Hehe.. Bik Mur tahu saja kalau saya sedang memikirkan sesuatu." Menarik napas "Emm cuma ingin tahu bagaimana kabar Bella sekarang, terakhir melihat kondisinya sungguh mengerikan," jawabnya takut, tapi rasa penasarannya mengalahkan semuanya.
"Yakin Anda mau membahas mantan saudara Anda?" tanyanya menyeringai.
"Ish.. kenapa tidak ada yang mau menyebutkan namanya saja. Tapi kenapa wajah bik Mur bereaksi seperti itu," ujar Azkia dalam hati.
Azkia menganggukkan kepalanya, memberikan ekspresi meyakinkan bahwa dia ingin mendengar kondisi Bella saat ini. Bik Mur yang melihat antusias nona mudanya tidak langsung menjawab, namun matanya menerawang jauh, sangat yakin Erwin melakukan tugasnya seperti yang dia pikirkan.
****************
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di ruang bawah tanah yang gelap, pengap dan tercium bau anyir yang kuat, Ruang bawah tanah itu terdapat di rumah yang cukup besar dan rapi, kedua tempat itu sangat berbeda walaupun satu atap.
Di sinilah penjara bagi orang orang yang tidak akan cukup jika dihukum sesuai dengan aturan negara. Tempat Orang-orang bodoh yang mencari masalah dengan Deffin, dan kesalahan itu sangat tidak bisa diampuni.
Sama sama mendapat ancaman hukuman penjara seumur hidup, atau mati dari negara, lebih baik Deffin menghukumnya sendiri dengan caranya. dan tentu ini akan jadi tugas pelayan devilnya.
Tap
Tap
Tap
Suara beberapa pasang sepatu menggema, harum wangi parfum tidak bisa mengalahkan bau anyir darah yang sangat kuat.
Terdengar teriakan meminta ampunan bagaikan paduan suara disetiap langkah kaki mereka berjalan. langkah kaki itu berhenti di depan salah satu ruangan yang bersekat jeruji besi yang kokoh.
Terlihat wanita yang dulu berpenampilan selalu cantik dan modis, kini sangat jauh sekali dengan penampilannya dulu. Bahkan senyum terakhirnya seminggu yang lalu tersemat di bibirnya. Yang ada kini rintihan kesakitan yang tidak pernah luntur dari bibirnya.
Rambut acak-acakan, pakaian sobek, meski tidak ada banyak memar seperti penghuni lain, namun luka bekas tembakan itu sudah sangat menyiksanya. Bekas piring dan gelas plastik kotor yang menumpuk di sudut ruangan adalah tempat bekas makanan yang diberikan membuat area itu sangat bau.
Lalat dengan suka cita berpesta di situ, apalagi ada bekas luka yang sudah di kerubuti makhluk hidup lain, sangat menambah rasa jijik untuk melihat wanita yang bernama Bella.
Siksaan yang dia terima sudah membuatnya menyerah untuk menghirup udara.
Bella yang seminggu lalu baru datang, dia dip*rkosa oleh banyaknya para penjaga yang haus akan belaian.
Itu hukuman untuk wanita jalang yang menyentuh tubuh tuan Deffin, ucap Erwin kepada para penjaga yang ditugaskan, mereka semua tidak ada yang mengobati luka bekas tembakan Deffin, jadi kini Bella kakinya sedang mengalami pembusukan.
Erwin datang untuk menambah siksaan untuk Bella, sengaja seminggu ini membiarkan Bella hanya kesakitan karena luka yang dideritanya.
"Bagaimana kabaramu jalang?!" tanya Erwin dengan nada mengejek.
Bella tidak menjawab hanya memberikan sorot mata tajam.
"Bukankah aku termasuk orang baik, masih memberikanmu makan?!" Melihat tumpukan piring dan gelas yang tampak habis tak tersisa. Mereka akan membakar peralatan itu setelah sang penghuni mati.
Cuih.. Bella meludah, membuat Erwin murka, tapi masih belum mau memberikan siksaan fisik.
"Sebenarnya kau cukup cantik, pasti darahmu rasanya manis, tapi aku tidak sudi merasakan darah wanita jalang," ucapnya dengan nada mengerikan.
Bella yang pertama kali mendengar langsung bergidik ngeri, namun tidak mempercayai ucapan Erwin. Tepat di saat itu ada wanita manis yang berlari berlutut di kaki Erwin, dia berhasil melepaskan cekalan tangan para pengawal yang baru saja membawanya.
"Tuan ampuni saya ...." Ucapnya penuh permohonan ampun, tangisannya  bahkan tidak memiliki jeda.
Erwin menoleh kepada anak buahnya, sorot matanya seperti bertanya apa kesalahannya.
dengan sigap pengawal mengatakan..
"Dia berusaha mencelakai nona muda, dia termasuk orang bayaran Bella yang menyelinap menjadi pelayan," ucap pengawal itu mantap.
Memang semua pengawal bekerja dengan sangat baik, semua harus tuntas sampai akarnya, termasuk menangkap orang terakhir suruhan Bella yang sekarang berada di hadapannya.
Tanpa mau mengulur waktu dan basa basi, Erwin mengambil samurai yang di bawa anak buahnya, dengan sekali sambitan kepala wanita itu menggelinding tepat di depan kaki Bella.
Dengan santainya Erwin menjilat darah yang mengalir di samurainya. Pemandangan itu semakin membuat tubuh Bella bergetar hebat.
"Cuih.. darahmu ternyata pahit, tapi tak apa.. sudah lama aku tidak mencicipi darah segar semenjak tinggal di rumah utama."
Lalu tanpa aba-aba Erwin mengambil besi yang sudah di panaskan, dengan santai menempelkan besi itu ke lengan Bella dan juga pahanya.
Teriakan rintihan kesakitan itu menggema di ruang bawah tanah itu. Erwin dan para pengawal itu hanya tertawa jahat. Setelah itu Erwin mendekat membisikkan sesuatu di telinga Bella.
"Itu hukuman untuk sikap kurang ajarmu kepada Azkia, ini dendam pribadiku. Untuk kematianmu tuan Deffin sendiri yang akan menentukannya."
Setelah mengucapkan itu Erwin berdiri tegak,
"Nikmati semuanya sebelum ajal menjemputmu, dan sebuah keberuntungan bagimu jika kau cepat mati." Dengan senyum devil Erwin dan anak buahnya meninggalkan Bella.
****************
Di rumah utama.
" Lebih baik Anda tidak perlu tahu Nona, nafsu makan Anda akan hilang jika mendengar siksaan yang diberikan Erwin," ucap bik Mur setelah diam cukup lama, sambil diakhiri kekehan kecil, lalu pamit undur diri.
Sedangkan Azkia hanya membatin, "Memang hukuman apa yang dilakukan laki laki menggemaskan itu untuk Bella, kalau saja aku bertemu Erwin duluan aku mau jadi pacarnya, hehe ...."
Begitulah pemikiran konyol Azkia.
***

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang