19. Bertemu Mantan Pacar

336 11 0
                                    

Minggu demi Minggu telah terlewati, Deffin dan Azkia semakin dekat, kisah masa lalu mereka berdua masih tetap menjadi misteri. Semua aturan Deffin membuat Azkia terbiasa menjalankan tugas itu, sekarang tidak ada lagi beban di hatinya ketika menjalankannya.
Karena sekarang bagi Azkia Deffin tidak menyeramkan seperti waktu pertama bertemu, kali ini dia lebih berani untuk berpura-pura merajuk, sedangkan Deffin yang sudah dibutakan cinta, merasa tingkah Azkia semakin menggemaskan.
Malam yang biasanya hangat terasa dingin bagi Deffin, sudah seharian ini dia tidak bisa memeluk istri kesayangannya. Lama kelamaan Azkia mulai menunjukkan sifat aslinya, dia seorang perempuan yang tegar namun akan manja jika berada di samping orang yang membuat nyaman dirinya.
Perempuan yang keras kepala, berani, dan agak licik tentumya. tapi kelicikannya bukan untuk hal jahat pastinya.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam, jika biasanya dua orang itu akan bergelung di dalam selimut yang sama, dan terkadang dihiasi ciuman dengan sensasi yang berbeda. Malam ini Azkia yang sedang merajuk sudah tertidur setelah makan malam.
Semalam dia minta izin kepada Deffin untuk diizinkan keluar rumah, sudah berminggu-minggu dikurung di dalam rumah membuatnya bosan, namun sang tuan muda tetap melarangnya dengan alasan takut masih ada orang suruhan Bella yang akan mencelakai Azkia.
Padahal ketakutan Deffin adalah Azkia akan kabur karena kejadian tentang Bella. Dia takut Azkia mempunyai pikiran yang macam-macam, mengingat sifat beraninya yang terkadang membuat Azkia bertindak nekat.
Alhasil Azkia seharian ini hanya menjalankan tugasnya, tanpa ada pembicaraan dengan Deffin, hanya ada anggukan dan gelengan kepala. Dia seolah-olah menghindari Deffin, sebagai aksi protesnya tidak diizinkan keluar.
Ancaman dan hukuman ciuman dari Deffin ditanggapinya dengan cuek, Deffin semakin dibuat frustasi dengan sikap dingin Azkia, untuk melampiaskan rasa kesalnya dia sekarang membaca buku di ruang kerjanya.
Tok...tok..tok..
Suara ketukan pintu mengganggu aktivitas Deffin, setelah mempersilahkan masuk terlihat Erwin membawa nampan berisi kopi dan camilan. Dia meletakkannya dengan hati-hati di hadapan Deffin.
"Tuan muda, apa boleh saya memberikan saran?" ucap Erwin dengan sopan.
"Apa?!" sahutnya ketus.
" Dari pada anda tersiksa dengan sikap nona muda, lebih baik Anda menuruti kemauannya."
Dengan senyum yang membuat Deffin melihatnya semakin sebal.
"Memang kau bisa pastikan ketakutanku tidak akan terjadi." sahut nya sinis.
"Saya akan menjamin itu, karena saya tidak akan pernah mem--"
" Stop!!!!"
Belum selesai Erwin bicara sudah di potong oleh Deffin.
" Aku benci mendengar lanjutannya," lanjut Deffin.
Erwin hanya mengangguk sopan namun hatinya berkata lain, "Sayatidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Azkia sang peri kecilku."
"Huh.. aku sebenarnya benci mengatakan ini, tapi baiklah aku izinkan Azkia keluar besok, pastikan semua keamanannya."
"Baik tuan, apa perlu saya antar nona agar lebih terjamin." Erwin mencoba mengambil kesempatan.
"Hei..!!! Enak saja kau!" ucapnya sambil mendaratkan buku tepat di kepala Erwin,
sedangkan Erwin hanya terkekeh untuk menutupi rasa kecewanya, lalu dia membungkukkan badan pamit undur diri.
****************
Hari kebebasan Azkia telah tiba, meski sore hari di bolehkannya untuk keluar, tidak menyurutkan rasa bahagia Azkia.
"Hah ... Leganya akhirnya bisa keluar, untung Deffin ada meeting dadakan sore ini, kalau tidak masih menunggu besok baru aku bisa keluar. Itu orang sepertinya sengaja biar aku nggak bisa keluar, buktinya dia niat bolos ke kantor hari ini agar ada di rumah terus, beruntung Dewi Fortuna berpihak kepadaku," gumam hati Azkia yang sambil tersenyum bahagia melihat mobil telah sampai di parkiran mall.
Azkia berjalan dengan riang gembira bagaikan anak kecil. tapi rasa senangnya seketika terhenti, ketika para pengawal terus mengikutinya dengan jarak dekat, bagaikan seorang tawanan yang terenggut kebebasannya.
Dengan kesal dia menoleh,
"Bisakah kalian semua mengawasi dari jauh seperti biasanya?!" ucap nya dengan wajah kesal yang menggemaskan. Jika Deffin melihat para pengawal menikmati raut wajah menggemaskan itu sudah pasti mereka semua kehilangan bola matanya.
"Maaf Nona ini perintah tuan muda, kami harus mengawasi Anda dari jarak dekat," sahut salah satu pengawal dengan sopan.
"Aku akan kabur kalau kalian tidak menuruti perintahku!" ancam Azkia.
Kompak semua menahan tawa, lucu sekali nona mudanya. mana ada orang yang diawasi jarak dekat bisa kabur.
"Sekali lagi maafkan kami, kami hanya menjalankan perintah."
"Terserah," jawab Azkia jengah. Dia melanjutkan memilih pakaian, namun ada senyuman mencurigakan yang tidak diketahui semua orang.
Cukup lama berkeliling tapi belum mendapatkan apa yang dia inginkan, dia akan menjalankan rencananya untuk mengerjai para pengawal yang tidak mau menuruti keinginannya.
Azkia berjalan menuju lorong toilet, setelah tepat berada di depan lorong toilet khusus wanita dia berbalik.
"Berhenti !! Apa kalian juga akan masuk?!"
Tanpa ragu mereka kompak mengangguk.
"Baik, kalau kalian ingin di hajar wanita-wanita di sini karena kalian mau buat mesum."
Ucapan Azkia menyadarkan para pengawal dimana keberadaan mereka, dengan cepat mereka menggelengkan kepala, lalu akhirnya mereka menunggu di depan lorong.
Setelah kepergian mereka dengan cepat Azkia kabur lewat lorong yang berlawanan, dia sedikit berlari sambil sesekali tertawa, puas bisa mengerjai pengawal yang mengesalkan.
****************
Selang beberapa menit kemudian.
Erwin yang mendapat kabar Azkia kabur, dengan cepat bergegas menuju mall. Dan sialnya Deffin menelpon dia untuk menanyakan Azkia sudah pulang apa belum, karena ponsel milik Azkia mati.
Kemarahan Deffin sudah tidak bisa dibendung lagi, segala umpatan sudah didengar Erwin sampai puas. Hingga akhirnya mereka bertemu di mall itu, dan mencari Azkia bersama sama.
" Aku akan membunuh kalian semua jika Azkia tidak ketemu!" ucap Deffin marah.
Roy, Erwin dan beberapa pengawal yang mengikuti Azkia tadi diam semuanya, tidak ada yang berani menjawab.
Semua pihak keamanan di mall itu dan pengawal tambahan juga diarahkan untuk mencari Azkia.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di toko pakaian. Azkia sedang memilih baju dengan santai, hingga seseorang wanita paruh baya mengganggu kesenangannya.
"Lama tidak berjumpa gadis murahan."
Azkia yang mendengar segera menoleh ke asal suara itu, dengan jengah dia memalingkan wajahnya lagi, malas melihat wajah ibu mantan pacarnya.
"Tidak bisa mendapatkan anakku, kau merayu tuan Deffin. Dasar wanita tidak tahu diri!"
Kembali berkata yang membuat emosi Azkia terpancing.
"Maaf ya ibunya Mark yang terhormat, saya tidak pernah merayu tuan Deffin, dan saya tidak pernah merayu anak Anda, justru anak Anda yang memaksa saya untuk jadi pacarnya."
Jawaban Azkia membuat ibu itu malu, dia hendak melayangkan tamparan untuk Azkia, namun seseorang mencegahnya.
"Cukup Bu," Mark berkata sambil memegang tangan ibunya, "Apa yang di katakan Azkia memang benar, aku yang mengejar dan memaksa Azkia," ucap Mark yang kini sudah mendekat, tadi dia melihat kelakuan ibunya ke Azkia dari jarak cukup jauh. kejujuran Mark membuat ibunya semakin malu.
"Azkia maafkan ibu yang tidak pernah tahu kebenarannya," ucap Mark dengan wajah sendu, sorot matanya memiliki dua arti, yaitu penyesalan karena menyerah memperjuangkan wanita yang dicintainya, dan bahagia karena bisa bertemu orang yang dirindukan selama ini.
Azkia tidak berniat menjawab, hanya kata permisi yang diucapkannya, lalu dia berlalu dengan perasaan jengkel, sudah agak jauh dari toko itu langkahnya terhenti karena tangannya ditarik seseorang.
"Maaf, maafkan semua kesalahanku, bisakah kita memulainya lagi dari awal," ucap Mark dengan tetesan air mata.
Kedua orang itu tidak sadar, Ada yang melihat mereka dari jauh....
"Kia ... Apa kau sekarang sedang berselingkuh? Awas kau! Terima saja hukumanmu nanti."

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang