22. Kepergian Azkia Part 1

335 11 0
                                    

Tidak terasa pernikahan Deffin dan Azkia sudah memasuki usia satu tahun. Mereka berdua semakin dekat, sama seperti pasangan suami istri pada umumnya, yang terlihat saling mencintai.
Namun, sampai sekarang masih belum ada kata cinta dari mulut mereka berdua, Deffin yang masih menjunjung tinggi rasa gengsinya, sedangkan Azkia, semua aturan Deffin yang tetap membelenggunya, tidak bisa membuat Azkia percaya jika Deffin mencintainya, jika tidak pernah ada kata cinta yang keluar untuknya.
Deffin yang ingin segera mengetahui perasaan Azkia untuknya, telah berpikir konyol yang mungkin akan menjadi ingatan yang paling dia sesali seumur hidupnya.
****************
Sudah satu bulan Deffin kembali menjadi lelaki normal, dia sudah tidak mual jika berdekatan dengan wanita, namun meski begitu, dia tetap menjaga jarak dengan wanita, aturan mematahkan tangan setiap wanita yang menyentuhnya karena niat menggoda tetap berlaku sepanjang hidupnya.
Pagi yang cerah, tapi tidak dengan suasana hati Azkia, masa periode bulanannya yang membuat moodnya kian memburuk.
Sudah tiga hari ini dia uring-uringan, dan yang jadi pelampiasan rasa kesalnya adalah Erwin.
Lelaki berwajah tampan dan imut itu yang bisa bikin suasana hatinya agak membaik, hanya karena lelucon receh Erwin, Azkia bisa menorehkan senyumnya lagi.
" Sudah ah, aku capek suruh ngelawak terus," ucap Erwin dengan memanyunkan bibirnya.
Cerita konyol Erwin di masa sekolah membuat Azkia terpingkal-pingkal. Erwin tidak akan memakai bahasa formal jika hanya berdua dengan Azkia, dia akan tetap seperti dulu, yaitu selalu mengikuti semua keinginan Azkia.
Mereka kini di ruang baca, tentu mereka akan mengobrol akrab jika Deffin sudah berangkat kerja. Deffin sebenarnya sudah tidak bisa menahan rasa cemburunya. Namun, nasihat dari Bik Mur yang membuatnya bisa bertahan agar tidak meluapkan emosinya.
"Ish, kau sudah tidak asyik lagi, kamu kan tahu kalau aku lagi ingin makan orang," ucapnya jengkel ketika mengingat ada orang baru yang menjadi asisten pribadi Deffin.
Sudah tiga hari ini wanita bernama Ellena menjadi asisten Deffin, dia bahkan juga tinggal di rumah utama, meski selalu ada Roy di antara mereka, namun tetap tidak bisa membuat hati Azkia tenang, hatinya terasa dicubit setiap melihat Ellena berada di sisi Deffin.
Tidak tahu apa yang direncanakan Deffin, padahal Roy, Erwin dan Bik Mur sudah memperingatkan Deffin kalau Ellena punya maksud tersembunyi ketika mereka pertama kali melihatnya. Namun, Deffin tidak menggubrisnya. Demi ingin mencapai tujuan, bukankah biasa jika harus bersakit dahulu.
Alhasil Deffin harus membayar dengan rasa cemburunya demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Karena membawa ular berbisa masuk ke rumah, sama saja dengan bunuh diri.
Dan lukanya Deffin adalah jika terjadi apa-apa dengan Azkia, maka dari itu dia rela cemburu melihat Erwin yang dekat dengan Azkia, karena ia tidak ingin ada bahaya yang menimpa Azkia, Deffin memerintah Erwin agar selalu mengawasi Azkia dengan jarak dekat.
"Memang apa yang membuatmu ingin makan orang, apa gara-gara cemburu melihat Ellena yang selalu di dekat Tuan Deffin," ejekan Erwin membuat Azkia melemparkan bantal yang ada di pangkuannya.
"Sembarangan !!!  Siapa yang cemburu? Aku cuma kesal saja mentang-mentang penyakitnya sembuh dia pakai asisten pribadi, wanita lagi. Padahal Sekretaris Roy bisa menhandle semuanya, tapi kenapa tiba-tiba dia pakai asisten pribadi," sungut Azkia, yang paling membuatnya kesal dia tidak bisa menanyakan tentang ini kepada Deffin, Azkia juga takut dikira cemburu oleh Deffin.
"Sudahlah jangan cemberut seperti itu, Tuan Deffin tidak akan macam-macam kok, meski di sebelahnya ada bidadari cantik, karena dia kan sudah dibutakan olehmu," hibur Erwin.
Azkia cuek saja mendengar perkataan Erwin, namun dalam hatinya dia tidak bisa menampik rasa senangnya mendengar perkataan Erwin.
"Tapi ... bagaimanapun aku juga masih ragu dengan Deffin, aku takut jika aku cuma digunakan sebagai alat agar menyembuhkan penyakitnya, dia kan dari awal tidak pernah mual berdekatan denganku, dan sekarang penyakitnya sudah sembuh, mungkinkah ini langkah awal dia akan mendepakku jika aku sudah tidak digunakan," ucapnya melemah membayangkan semua terjadi seperti yang ia pikirkan.
"Apalagi tidak ada kata cinta yang keluar dari mulutnya." Rasa sesak semakin melingkupi dada Azkia ketika mengucapkannya.
Erwin yang sudah pindah duduk di samping Azkia, ketika Azkia mengungkapkan apa yang menjadi keresahan hatinya, dengan santainya dia menonyor pelan kepala Azkia.
"Kau ini bicara apa, makanya jangan banyak menonton drama, kamu jadi terbawa perasaan kan," ucap Erwin dengan bersungut-sungut, namun dalam hatinya dia mengumpati keputusan bodoh Deffin yang memperkerjakan Ellena.
"Tapi bagaimana jika beneran terjadi." Azkia mengatakannya dengan mata berkaca-kaca, yang membuat Erwin semakin sakit melihatnya.
"Tenang saja, aku adalah orang pertama yang akan membawamu pergi dari sini." Erwin menepuk lembut puncak kepala Azkia.
Perlakuan Erwin membuat Azkia merasa tenang, sekarang senyumnya kembali terbit.
"Terima kasih," cicitnya. Entah mengapa Azkia merasa nyaman jika curhat dengan Erwin, ada sesuatu yang pernah ia rasakan sebelumnya, tapi entah itu apa.
"Oh ya, bagaimana jika sekarang kamu antar aku ke kantor Deffin, aku akan berikan dia kejutan dengan mengantar bekal makan siang," ucap Azkia kembali riang, dia sedang menguatkan tembok di hatinya agar tidak jatuh cinta duluan pada Deffin.
Erwin hanya mengangguk sebagai jawaban, Azkia segera bangkit dari duduknya untuk menuju dapur menyiapkan bekal Deffin.
Sedangkan Erwin menatap kepergian Azkia penuh arti.
"Tuan Muda mungkin jadi prioritasku selama ini, namun aku tidak akan membuang kesempatan kan, jika kau yang lari dalam pelukanku. Janjiku padamu tetap sama, tidak ingin membuatmu bersedih ataupun terluka."
****************
Di dalam mobil sport yang melaju dengan kecepatan sedang, Azkia mengeluarkan suaranya untuk memecahkan keheningan.
"Memang kamu beneran tidak tahu tentang Ellena, dia kok bisa jadi karyawan istimewa dibanding kalian bertiga yang telah lama setia dengan Deffin, kalian saja tidak pernah satu meja makan dengan kami, tapi Ellena bahkan dari awal sudah dipersilahkan satu meja oleh Deffin, dan kurang ajarnya, dia menggunakan alasan karena menjadi asisten pribadinya, makanya dapat perlakuan istimewa," ucap Azkia kesal dengan pemikiran Deffin yang lebih memilih mengistimewakan orang yang baru dia kenal ketimbang tiga orang yang selalu setia di belakangnya semenjak kecil.
Erwin yang mendengar protes Azkia mencengkeram kemudi dengan erat, rasanya ia ingin segera membelah tubuh wanita itu dengan samurai kesayangannya, kedatangannya telah membuat goresan di hati Azkia.
Erwin tidak menjawab karena mobil sampai di depan kantor, dia akan menunggu Azkia di dalam mobil untuk menahan emosinya agar tidak melakukan apa yang sudah dipikirkannya jika bertemu dengan wanita itu.
Sedangkan Azkia yang sudah sampai di depan ruangan Deffin, ia membuka pintu itu pelan.
Pyaarr....
Rantang yang dibawanya terjatuh melihat pemandangan yang membuat dadanya terasa sangat sakit, bahkan air matanya langsung menetes tanpa ia minta.
Lelaki yang selama satu tahun ini yang mengisi hari-harinya, bahkan namanya telah terukir besar di hatinya. Deffin lelaki yang mungkin sudah membuatnya jatuh cinta, kini dia sedang memangku seorang wanita dengan mesra, dengan tangan berotot yang melingkar di pinggang wanita itu.
Sedangkan sang wanita, ia mengalungkan tangannya ke leher Deffin,
Mungkin mereka kini sedang melakukan adegan ciuman yang memabukkan.
Hanya satu kata yang dirasakan Azkia ketika melihat pemandangan itu.
Sakit.....

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang