23. Kepergian Azkia Part 2

281 10 0
                                    

Azkia yang setelah melihat pemandangan itu langsung pergi dan setengah berlari, kejadian ini seperti dejavu mengingatkannya pada Bella, namun sekarang kasusnya jelas berbeda karena Deffin memangku wanita itu berarti Deffin menerima semua perlakuan wanita itu.
Jika dulu ada para karyawan yang mencegahnya keluar dari gedung ini, namun sekarang tidak karena tidak ada instruksi dari Sekretaris Roy, dan ini membuat Azkia semakin berpikir buruk, berarti benar dugaannya selama ini, dia hanyalah alat yang digunakan Deffin untuk menyembuhkan alerginya terhadap wanita.
Dengan kasar Azkia membuka dan menutup pintu mobil sport milik Erwin, sedangkan yang di dalam mengumpat kencang karena kaget, namun emosinya segera sirna melihat betapa kacaunya wajah Azkia yang sedang menangis.
"Hei, apa yang terjadi?" Erwin membantu mengusap air mata Azkia, dengan lembut dia bertanya lagi, "Kenapa kamu menangis?"
"Sudah jangan banyak tanya dulu, cepat bawa aku pergi dari sini !!" perintahnya dengan napas yang memburu. Erwin yang mendengarnya bergegas menghidupkan mesin dan mulai melajukan mobilnya. Sedangkan di belakang mereka tampak Deffin berlari dan memanggil nama mereka berdua.
****************
Di dalam mobil.
Ponsel milik Erwin dan Azkia tidak berhenti berdering, namun tidak ada yang berniat menanggapinya, Erwin sengaja tidak mengangkat panggilan dari Deffin, sengaja memberikan ruang membiarkan Azkia melupakan emosi lewat tangisannya.
Azkia tetap bungkam ketika Erwin bertanya, membuat Erwin tidak bisa memaksa. Sedangkan di belakang mobil milik Sekretaris Roy berhasil mengikutinya.
"Mereka mengikuti kita, apakah kauingin kita berhenti dan mencoba dengarkan penjelasan tuan Deffin." Mata Erwin yang melihat spion untuk melihat situasi arah belakang, membuat Azkia mengikuti arah pandangnya.
"Jangan pernah berhenti, dan jangan antar aku pulang, atau aku akan pergi sendiri," ancaman Azkia yang terdengar tidak main-main.
"Baiklah, tapi bolehkah aku angkat telepon dari tuan Deffin, aku tidak ingin Sekretaris Roy kehilangan kesabaran dan menembaki mobil ini," ujar Deffin yang berbohong untuk menakut-nakuti Azkia.
Meski Azkia tidak cerita namun Erwin bisa menduga bahwa ada kesalah pahaman di sini, Dia sangat percaya bahwa tuan mudanya tidak akan menyakiti Azkia. Dan dia ingin sedikit memberikan ketenangan pada hati tuan mudanya yang mungkin saat ini sedang resah.
Tidak ada jawaban dari Azkia membuat Erwin berkesimpulan bahwa ia boleh mengangkat telepon dari Deffin.
"Berhenti sekarang!!!"
Terdengar teriakan dari asal suara ponsel yang tersambung itu, Erwin yang mengaktifkan loud speaker membuat Azkia mendengar juga dengan jelas. Erwin menebak mungkin gendang telinga Roy akan pecah jika Deffin duduk di sampingnya.
Erwin tidak menjawab hanya melirik Azkia, seolah bertanya menanggapinya bagaimana, namun dia mengurangi kecepatannya.
"Jangan berhenti Erwin, atau aku akan loncat sekarang," ancam Azkia melihat kecepatan laju mobil menurun.
"Sa-sayang jangan lakukan hal gila, tolong berhenti kita bicarakan baik-baik, kamu sekarang sedang salah paham, semua tidak sesuai yang kamu lihat," ucap Deffin dengan lembut namun tidak bisa menutupi rasa paniknya.
"Suruh mereka berhenti mengikuti Erwin, atau aku benar-benar pergi meninggalkannya selamanya," ucapan Azkia pada Erwin terdengar jelas di telinga Deffin.
"Sayang jangan begitu, baik aku biarkan kamu menenangkan diri dulu, Roy hentikan mobilnya sekarang, dan kau Erwin jaga nona muda baik-baik, aku percaya kau tidak akan mengkhianatiku kan," ucapnya terdengar dingin di akhir kalimatnya.
"Baik tuan muda," jawab Erwin singkat lalu memutuskan sambungan telepon itu.
Terlihat mobil milik Roy berhenti mengikuti, kini Erwin sudah melajukan mobilnya dengan tenang.
****************
Sedangkan di dalam mobil milik Sekretaris Roy.
"Roy, urus wanita tadi, dia suruhan siapa, berani-beraninya menyatakan perang secara terang-terangan." Deffin mendengus mengingat kejadian ini berawal dari orang yang berani ingin bermain-main dengannya.
Sebelum Deffin diingatkan oleh ketiga orang setianya, Deffin sudah tahu kalau Ellena adalah suruhan orang untuk menggodanya, dia rencananya akan menanyakan langsung pada Ellena dengan cara membiarkan dia mendekati dirinya terlebih dahulu. Dikarenakan permainan ini sangat rapi maka lebih baik hanya sedikit orang yang mengawasinya, termasuk merahasiakannya dari Azkia.
Akting Ellena yang natural seperti layaknya penggoda ulung seorang pelakor di kisah novel, menjadi poin plus agar bisa mengetahui isi hati Azkia untuk dirinya.
Dia mengetahui Ellena hanya berakting karena sebenarnya Ellena cintanya sudah di butakan oleh pesuruhnya, Deffin pernah mendengarnya ketika dia menelpon orang yang menyuruhnya, makanya dia tidak terlalu risih ketika Ellena mendekatinya.
Karena sang pesuruh sangat tidak terdeteksi oleh para bawahannya termasuk Roy dan Erwin, makanya dia nekat melakukan adegan itu, dan sialnya Azkia langsung memergoki sendiri langkah awalnya, karena memang semua ini tidak direncanakan bersama Erwin dan Roy maka berakhirlah dengan kejadian yang membuat dirinya gusar sendiri.
Dalam seumur hidupnya Deffin akan membenci ide konyolnya sendiri yang membuat Azkia benar benar marah padanya, namun ada rasa sedikit senang mengetahui jika Azkia cemburu dengan kedekatannya bersama Ellena, itulah yang dia dengar dari laporan Erwin, membiarkan Erwin dekat dengan Azkia bukan hal buruk, karena dari dulu Azkia memang suka curhat dengan Erwin.
Dan semoga kali ini Erwin bisa membantunya untuk membujuk Azkia, sesuai dengan pesan yang ia kirim untuk Erwin agar dia menceritakan tentang ini semua, agar kesalahpahaman ini tidak berbuntut panjang.
"Huh, akibat kebodohanku aku malam ini tidak bisa tidur dengan memeluk Azkia, baik aku akan membiarkan hanya malam ini saja, besok semua harus kembali seperti semula, persetan dengan nasihat bik Mur untuk tidak selalu mengekang Azkia tentang kebebasannya keluar rumah, lebih baik melihat wajah cemberutnya daripada seperti nanti malam tidur tidak memeluknya," gerutu Deffin dalam hati.
Akhirnya mobil sampai di rumahnya, dia sudah tidak berminat bekerja lagi, hanya bisa mengucapkan
selamat datang sepi...
****************
Sedangkan Erwin dan Azkia sampai di tempat tujuannya, yaitu villa megah di dekat pantai milik Erwin pribadi. villa yang di dominasi dinding kaca, hanya banyaknya pengawal yang berjaga membuat keindahannya ternoda di mata Azkia.
Namun pandangannya segera diarahkan ke arah pantai yang terbentang luas dan indah, dia menutup mulutnya yang menganga karena terkejut rumah impiannya berada di depan matanya.
Villa yang berada di sekitar pantai yang terkesan sepi karena perlu melewati area hutan yang panjang yang membuat turis malas datang kesini. Itulah alasan Erwin membangun villa di area ini, rumah impian wanita di sampingnya, hanya boleh dinikmati oleh dirinya sendiri, dan dengan senang hati jika Azkia mau menemaninya di sini.

Tuan Muda Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang