14. Hurt

7.1K 436 4
                                    

Happy Reading!

.

.

Tak perlu menunggu lama, Jaemin pun kembali keluar dari dapur dan membawakan pesanan si lelaki yang memasang wajah dingin sejak tadi.

"Ini pesananmu."

Suara lembut yang menyapa pendengaran membuat Jeno mengalihkan pandangannya. "Terimakasih." jawabnya singkat tak seperti biasanya. 

Jaemin hanya mengangguk singkat. Sejujurnya ia penasaran dengan tingkah pemuda didepannya ini. Ada sedikit rasa yang mengganjal dihati saat melihat sikap Jeno yang tak acuh padanya. Menghembuskan nafasnya pelan, Jaemin pun beralih duduk didepan Jeno.

"Jika kau ada masalah, kau bisa ceritakan padaku." ucap Jaemin singkat tanpa menatap lelaki yang menjadi lawan bicaranya.

Jeno tersenyum tipis. Jika suasana hatinya sedang baik, bisa-bisa ia jungkir balik sekarang juga saat melihat sikap Jaemin yang peduli padanya. 

"Adik bungsuku diganggu. Mungkin ini terdengar berlebihan bagimu, tapi hal itu membuatku ingin membunuh pengganggu sialan itu. "

Jaemin mengernyit. "Diganggu seperti apa memangnya?"

"Ia membully dan melukai adikku, meninggalkan luka fisik padanya yang bahkan aku dan keluargaku menjaganya sedemikian rupa agar dirinya tidak terluka." ucap Jeno dengan nafas sedikit memburu. Emosi nya memang belum stabil sejak tadi, bahkan tangannya kembali mengepal dengan erat.

Tidak ada jawaban dari Jaemin. Namun pemuda manis itu mengalihkan pandangannya pada Jeno dengan tatapan teduh miliknya. 

"Aku paham. Jika aku menjadi kau pun aku juga akan melakukan hal yang sama. Tapi jen, saranku jangan terlalu mengikuti emosimu. Jangan gegabah dalam bertindak apalagi melakukan hal yang dapat berdampak pada masa depanmu. " ucap Jaemin dengan tenang.

Jeno memejamkan matanya sejenak berusaha meredam emosinya. Perkataan Jaemin mampu membuatnya kembali berpikir jernih. Mata tajam itu kembali terbuka dengan tatapan lembut seperti biasa saat menatap sang pujaan hati, meskipun guratan amarah masih sedikit tampak pada kedua maniknya.

"Thanks na," ucap Jeno singkat kemudian meminum es americano didepannya.

"Wahh, ini americano terenak yang pernah kuminum." oke sepertinya Jeno si penggoda ulung sudah kembali.

Jaemin memutar bola matanya malas. "Gausah lebay, omongan lo pait kaya rasa tu minuman." 

Yah, kembali lagi deh si jutek dengan logat lo-gue nya. 

"Ck! Balik lagi deh ni kulkas.." gerutu Jeno saat melihat Jaemin yang sudah kembali seperti biasanya.

"Dahlah gue mau balik kerja. Gausah lama-lama disini, bosen gue liat muka lo." ucap Jaemin ketus kemudian beranjak dari duduknya.

"Yak! Jung Jaemin! Wajah tampan gini dibilang ngebosenin." teriak Jeno membuat Jaemin berbalik dengan matanya yang melotot.

"Marga gue Nakamoto, sialan!" balas Jaemin sambil mengacungkan jari tengahnya yang justru membuat Jeno tertawa. 

Jaemin kembali berbalik menuju dapur dengan kaki yang sedikit dihentakkan kesal. Kebiasaannya saat kesal sejak kecil yang tidak dapat ia hilangkan hingga sekarang. Membuat Jeno semakin melebarkan senyumnya hingga matanya hilang. Ah sungguh menggemaskan!

Tanpa sepengetahuan Jeno, Jaemin sedikit menyunggingkan senyumnya saat mendengar tawa Jeno. Yah setidaknya Jung Jeno yang menyebalkan jauh lebih baik dari pada Jung Jeno yang bersikap dingin dan penuh emosi. Terlihat menyeramkan!

Diamond of Jung's (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang