Part 7

3.1K 235 1
                                        


Ruangan yang dihuni oleh tiga orang pasien terlihat ramai hari ini. Mereka kedatangan tamu istimewa. Seorang kurcaci dengan senyum manis yang bisa membuat hati meleleh seperti permen kapas.

Alex menggoyangkan bokongnya dengan kedua tangan di pinggang.

Kali ini kedua tangan Alex berpindah ke kepala, membentuk tanduk.

Ibu Peat dan dua rekan rawatnya bertepuk tangan, mengiringi nyanyian Alex . Peat sendiri menjaga Alex di pinggir ranjang rumah sakit ibunya. Alex menari dan bernyanyi mengikuti lagu yang Peat nyalakan dari ponselnya. Ibu Peat memperhatikan dalam diamnya, melihat Peat mempunyai ponsel mahal.

"Kemari sayang!" Ucap salah satu bibi yang berada di ruangan.

Peat membawa Alex duduk di ranjang bibi itu, lalu ia kembali duduk di kiri samping ranjang ibunya. Usapan halus di kepalanya, mengalihkan perhatian Peat dari Alex . Ibunya tersenyum lembut.

"Nak.."

Peat tersenyum, ibunya terlihat lebih sehat sekarang. "Iya mae?"

Ibu Peat terlihat ragu, "Sejak kapan kamu punya ponsel?"

Seketika tubuh Peat membeku. Tadi ia sudah sempat menjelaskan pekerjaan barunya. Tapi tentunya, ia tidak menceritakan dengan detail seperti apa majikannya.

"Err.. ayah Alex yang membelikannya mae, supaya lebih mudah menghubungiku." Jawab Peat takut-takut.

Kerutan kecil tercipta di kening ibu Peat. Ia merasa ada yang tidak beres. Ia merasa masih sangat aneh melihat seorang majikan membelikan ponsel kepada pekerjanya. Apa ada maksud lain?

"Ayah tahu?" Tanya ibu Peat lagi.

Peat menggeleng lemah. Dia masih takut dan bingung, ingin memberitahu ayahnya dari mana.

"Kenapa tidak diberi tahu?"

Peat menunduk sambil memainkan jarinya gugup, "Aku takut ayah marah.. dan aku takut Phi Fort marah jika aku kembalikan."

"Phi Fort?" Tanya ibu Peat menyelidik.

"M-maksudku ayahnya Alex.." Peat tertawa gugup.

Ibu Peat masih menatap anaknya dengan pandangan penuh selidik Jujur, meski Alex anak yang baik dan manis. Ibu Peat tidak suka Peat bekerja sebagai pengasuh. Membawa anak kecil di usianya yang masih belia. Di mana seharusnya,

Peat sedang focus untuk kelulusannya atau bermain dengan teman-temannya seusianya. Anaknya justru merawat anak orang lain.

Ibu Peat memegang dadanya yang terasa berdenyut. Ini semua karenanya, jika bukan karena dia yang sakit-sakitan, anaknya tidak perlu sampai bekerja seperti ini.

"Mae.." Peat mengamati dengan khawatir ibunya yang tiba-tiba diam, "Ada yang sakit?"

Ibu Peat menggeleng lemah dan memilih untuk memperhatikan tingkah si kecil Alex. Peat terus mengamati ibunya, sampai ia teralihkan dengan panggilan di ponselnya.

"Halo.."

Fort tidak bisa menahan senyum ketika suara khas Peat menyapa pendengarannya.

"Masih di rumah sakit? Aku akan menjemput kalian." Fort mengapit ponselnya dengan bahu kanan. Tangan kanan memegang buket bunga dan tangan kirinya mencari kunci mobil di saku.

Fort mengernyit, mendengar Peat yang berbicara halus dan sopan menolak Fort menjemputnya, "Sejak kapan gaya bicaramu jadi seperti ini?"

"Sayangnya aku sudah di jalan." Ponsel berpindah ke tangan kiri, setelah Fort

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang