Part 24

1.6K 142 11
                                    


Di sebuah kuil yang terletak di sekitar perbatasan kota Bangkok terlihat ramai. Setidaknya ada puluhan orang yang mendatangi rumah duka dengan setelan hitam-hitam. Orang-orang yang ada di sana saling menyapa. Sapaan dilakukan dengan membungkuk dan kemudian dibalas oleh para tamu.

Perempuan cantik itu mengucapkan salam kepada keluarga, ia melihat seseorang yang sangat ia kenal mengenakan setelan hitam dengan memakai ban lengan yang menunjukan bahwa ia kerabat almarhum. Ia menyadari, bahkan beberapa pelayat berbisik-bisik ketika melihat pria itu.

Setelah itu ia duduk bersila lalu membungkuk di atas kaki, melakukan penghormatan terakhir untuk mendiang. Mengambil dupa yang dibakar dan membungkuk kecil tanpa berlutut, satu kali untuk keluarga.

"Terima kasih sudah datang," Ucap Fort dengan wajah layu.

Irene mengangguk samar. Ia mengusap bahu Fort yang biasanya berdiri tegap, namun sekarang terlihat menurun. Pria itu berusaha tegar menemani seorang pria tua yang kondisinya sama buruk dengannya.

Mata Irene beralih kepada Peat yang sedang duduk termenung, dengan mata yang memerah. Pandangannya kosong, meski Alex yang sedang berada di pangkuannya terlihat sesekali mengajaknya berbicara.

"Peat?.." Irene bersimpuh di hadapan Peat. Membelai wajah anak itu, dan tidak mendapat respon darinya sedikitpun.

Satu bulir bening menetes dari matam Irene, ia tidak tega melihat kondisi Peat saat ini. Buru-buru ia hapus kasar air matanya. Ia melangkah keluar, ke ruang makan yang disediakan khusus untuk para pelayat. Ruangan ramai, terisi oleh para tamu yang menyantap hidangan duka sambil bercerita tentang mendiang.

Irene memperhatikan seluruh ruangan, sampai matanya menangkap seorang wanita yang mengenakan pakaian berwarna hitam dengan pita kecil berwarna putih di surainya. Perempuan itu terlihat sibuk melayani para pelayan yang datang.

"Biar aku bantu."

Ploy terdiam, ia terkejut dengan kehadiran perempuan cantik yang tidak ia kenal, menawarkan bantuan untuknya.

"Ah, aku Irene temannya Fort." Melihat raut wajah kebingungan orang di hadapannya membuat Irene memperkenalkan diri. Ingatan Ploy tentang Irene yang sering Peat ceritakan muncul. Dengan cepat ia tersenyum dan memperkenalkan diri.

"Aku Ploy Wasuthorn. Phinya Peat," Ucapnya sopan.

"Mari, ikut aku. Ada ibu dari Fort juga yang membantu," Sambungnya.

Irene mengangguk kecil, sambil berlalu mengikuti Ploy. Kejadian itu tidak luput dari pengamatan anak perempuan yang sedang terduduk di salah satu meja.

"Phi Irene datang," Serunya pelan. Memberitahu kepada teman-temannya yang duduk disekitarnya.

"Siapa?"

"Itu loh, perempuan cantik anak dari pemilik perusahaan terkemuka dari Singapore. Dia yang datang menjemput Peat waktu itu," Jelas Zani kepada Nut.

Noeul mendelik tajam ke arah Zani, "Di situasi seperti ini kamu masih bisa mengurusi hal itu?"

"B-bukan begitu maksudku.. hanya saja-" Tanpa menunggu Zani selesai berbicara, Noeul melempar pandangan ke arah lain. Membuat Zani tambah menunduk sedih.

Nut sadar akan situasi yang terjadi, ia mengambil tangan Noeul dan membawanya ke pangkuannya. Membuat Noeul memandangnya bingung.

"Kendalikan dirimu, kita semua sedang berduka," Bisik Nut. Ia menunjuk Zani yang sedang tertunduk dengan dagunya, mengisyaratkan Noeul untuk segera meminta maaf.

"Maaf Zani." Meski pelan, Zani bisa mendengar permintaan Noeul. Ia mengangguk, namun masih takut untuk menaikan wajah.

"Kalian tidak pulang?" Noeul yang pertama kali menyadari kehadiran Fort di meja mereka langsung menegakan tubuh.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang