Part 25

1.5K 131 4
                                    


Hal yang pertama ia rasakan saat membuka mata adalah, kehadiran ibunya. Ntah kenapa semenjak kepergian ibunya, Peat merasakan seperti kehadiran ibunya selalu disisinya. Memberi kekuatan dan dorongan untuk anaknya meneruskan hidup dengan caranya sendiri.

Detik berganti menit, lalu berganti jam, hari, minggu dan dalam sekejap bulan silih berganti. Hujan turun di sepanjang bulan Juli, seakan menemani Peat bersedih tiap harinya. Fort, semakin sibuk dengan pekerjaannya dengan cabang baru yang sebentar lagi selesai. Tapi kekasihnya itu selalu menyepatkan diri untuk mampir ke rumahnya. Sekedar menemani Peat menonton film pada hari libur sampai pagi, sampai ia tertidur di pelukan hangat Fort.

Lalu ke mana jagoan kita?

Alex, sekarang telah menjadi ketua kelas di kelompok Bee, di daycare. Dia akan berbaris paling depan dan memastikan lampu pejalan kaki menyala terang, sebelum menyebrang dengan teman-temannya yang mengikuti dari belakang. Sangat aktif, mandiri dan berani. Jika ada air mata lolos dari pelupuk mata Peat, Alex adalah orang pertama yang menyekanya dengan jemari kecilnya.

Peat menghela napas. Memasukan buku paket dan buku tulis yang semalam ia pakai untuk mengerjakan PR ke dalam tas. Ia mulai terbiasa dengan rutinitasnya akhir-akhir ini. Menghabiskan waktu di sekolah dari pagi sampai larut malam.

Ujian kelulusan berada di depan mata, teman-temannya berjuang untuk dapat masuk ke universitas terbaik. Bahkan seorang Noeul saja sampai seperti orang mau mati saat belajar. Itu semua ia lakukan karena ingin berada di universitas yang sama dengan pacarnya. Ya, Nut akan mengambil Nuclear Engineering di Bangkok University. Sedikit kaget saat mengetahui bahwa Nut tidak mengambil kedokteran ke jenjang selanjutnya.

Jangan tanya Zani, perempuan itu masih berada di dalam mimpinya. Berangan-angan dapat menjadi anggota salah satu girl group. Kerjaannya setiap hari adalah meloloskan diri untuk bisa mengikuti audisi-audisi yang kian menjamur di Korea Selatan.

Dan.. jangan tanya Peat juga. Karena ia benar-benar tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ia inginkan. Jujur, dia sering iri melihat teman-temannya yang mempunyai mimpi dan tujuan untuk digapai. Sedangkan ia? Dia tidak tahu apa yang ia inginkan. Kegelisahannya ini kerap kali tertangkap oleh Fort. Kekasihnya berkali-kali menanyakan secara tidak langsung, apa yang Peat inginkan untuk masa depan. Yang selalu terjawab dengan ekspresi Peat yang menerawang jauh.

Dengan segala kesabaran dan kebijaksanaannya, Fort selalu mengingatkan Peat. Bahwa pada saat di usianya adalah hal yang lumrah jika mempunyai suatu impian, jangan takut untuk bermimpi, semua orang berhak mempunyai mimpi. Hanya saja, selama ini Peat tidak pernah berharap akan sesuatu. Ia selalu menjalani saja apa yang berada di depannya. Jadi saat disuruh memilih, ia tidak mengerti bagaimana cara memilih.

Omongan Fort selalu terngiang di kepala Peat,

'Carilah dan temukan. Apa yang ingin kamu jalani dengan sepenuh hati, apa yang ingin kamu miliki untuk segenap hidupmu.'

'Kejar, lalu gapai. Aku akan selalu menjagamu, menjadi bayanganmu atau angin yang mengiringi langkahmu. Jangan takut, aku selalu ada.'

Kenyataan bahwa 'Fort selalu ada' adalah hal yang cukup bagi seluruh hidup Peat. Ia tak ingin yang lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang