Part 8

2.9K 217 6
                                    


Sudah sekitar setengah jam dari bel pulang sekolah berbunyi. Gerbang dan lorong sekolah terlihat masih ramai dengan anak-anak yang memilih untuk tidak langsung pulang.

Begitu juga dengan Peat. Ia memilih untuk tenggelam di tumpukan buku, perpustakaan sekolahnya.

Setelah menyelesaikan PR, Peat menelusuri rak-rak buku satu persatu. Matanya masih terlihat sembab.Ia menemukan buku yang dicari. Setelah melihat keadaan, Peat memilih untuk duduk di lantai bersandar dengan rak.

Noeul sudah hampir menyerah, kalau saja dia tidak melihat tas Peat berada di atas salah satu meja perpustakaan sekolah. Penjaga perpustakaan menatapnya penuh sanksi. Noeul kan terkenal dengan berisiknya. Pria berpipi gembil itu tertawa canggung sambil berjalan perlahan-lahan melewati penjaga, langsung mencari Peat.

Peat sedikit berjengit ketika lutut Noeul menyentuh lututnya.

"Noeul? Tumben ke perpus?" Tanya Peat sarkastis sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dari pengamatan Noeul.

"Nut ada rapat, Zani sebentar lagi paling menyusul. Dia butuh melihat PRmu." Noeul melirik ke arah buku yang Peat sedang baca, temannya itu seakan menutupi dengan tangannya.

Suasana kembali hening. Tidak biasanya kedua anak itu bisa masing-masing terdiam dengan pikirannya seperti ini. Noeul melirik Peat. Ia bisa melihat mata sembab Peat dan kantung mata yang menghitam. Seharian ini Peat juga tidak bersemangat dan sering melamun.

Tidak tahan dengan keadaan, Noeul memutuskan untuk bertanya kepad Peat, "Peat, Phi Fort tuh gimana si orangnya kalau di balik layar?"

Peat melirik Noeul sambil menutup pelan-pelan buku yang sedang dibacanya, "phi Fort itu.. usil, tukang bohong, suka ngatur, pemaksa! Kalau tidur suka ngomong sendiri, susaaah dibangunin, dia juga boros dan berantakan banget orangnya."

Noeul ngangguk-ngangguk mendegar Peat yang begitu menggebu menceritakan Fort.

"Jadi, yang kita lihat di internet sama majalah itu palsu ya Peat?" Tanya Noeul

Peat menggigit bibir bawahnya sedikit, "Tidak juga sih. Dia baik dan pengertian, sikapnya juga sopan dan lembut sama orang lain." Pikiran Peat melayang pada saat Fort mengunjungi ibunya.

"Dia pekerja keras, sangat. Juga sangat bertanggung jawab. Oiya! Dia juga tidak pernah mengeluh. Dia akan memakan semua masakan yang aku buat, meski itu hanya telur dadar." Jelas Peat. Noeul sudah mengerti hanya dengan melihat ekspresi yang Peat keluarkan saat ia menceritakan Fort , tinggal satu pertanyaan lagi.

"Kalau Nut?" Peat memandang aneh ke arah Noeul, "Nut? Kenapa? Kan dia teman kita.."

"Ya, nanya saja. Menurutmu Nut itu gimana orangnya?"

Peat terlihat berpikir, kepalanya bergoyang ke kanan dan ke kiri, "Nut... baik sih."

"Pfftt!" Noeul menahan tawa mendengar jawaban singkat Peat.

"Kenapa sih? Ada yang kamu sembunyikan ya Noeul? Ngaku!" Peat menarik-narik bahu Noeul yang masih menahan tawanya.

"Beneran tuh cuman baik doang?" Peat mengangguk bingung, "Yaiya, memang Nut baik. Memang apa lagi?.." jawab Peat ragu.

Noeul menggeleng. Sedikit kasihan dengan Nut karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan Peat.

"Peat, nanti kan Zani ke sini nih. Mending kamu minta maaf deh buru-buru sama dia." Peat mengerutkan alisnya, "Kenapa?"

Noeul menatap dalam kedua manik obsidan Peat. Menyelami mata teman karibnya itu. Di mana tidak ada kepalsuan sama sekali yang ia lihat di sana.

"Soalnya kamu, sudah jatuh cinta sama Phi Fort."

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang